Menumbuhkan kecerdasan moral pada
seseorang sangat penting agar terwujud karakter yang baik membuat manusia
berkualitas. Karakter sebagai kemampuan melakukan apa yang memang semestinya
dilakukan tanpa merencanakan tindakan sebelumnya (suatu tindakan spontanitas
dengan tujuh kebajikan utama sebagai landasan tindakan). Pertama empati
kemampuan untuk merasakan keadaan untuk mengerti dan merupakan suatu
subsitusi diri sendiri pada diri orang lain. Kedua, hati nurani
menentukan baik buruk hal ini merupakan kesadaran moral yang sudah timbul dan
berkembang atau penerapan kesadaran moral tindakan etis yang tertentu dalam
segala situasi. Ketiga, kontrol diri merupakan pengendalian
pikiran dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupun dari luar
sehingga dapat bertindak dengan benar, keempat rasa hormat menghargai
orang lain dengan berlaku baik dan sopan. Kelima kebaikkan hati
menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. Keenam
toleransi menghormati martabat dan hak semua orang, meskipun keyakinan dan
perilaku mereka berbeda dengan kita dan ketujuh keadilan yakni berpikir
terbuka serta bertindak adil dan benar. Tujuh kebajikan utama dibutuhkan untuk
melakukan tindakan benar sebagai langkah untuk menghadapi berbagai tekanan yang
bertentangan dengan etika.
Key word: kecerdasan moral, empati,
hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikkan hati, toleransi, keadilan,
etika
I.
PENDAHULUAN
Bila kita ajukan pertanyaan kepada para
orang tua, pentingkah para guru menyisipkan pendidikan nilai etika,
moral, sopan santun? Pada umumnya mereka akan merespon positif artinya setuju
sepenuhnya. Hal ini dapat dipahami bahwa tingkah laku anak manusia dikendalikan
oleh aturan-aturan tertentu (regulated behavior). Etika, moral, sopan
santun, pertama beretika untuk melakukan sesuatu harus melakukan
orientasi maka akan tahu arah tujuan dan bertindak, moral selalu mengacu pada
baik-buruknya manusia yang berhubungan dengan nilai norma moral sebagai tolok
ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari
segi baik buruknya sebagai manusia. Norma-norma ini bersifat umum yakni norma
sopan santun, norma hukum dan norma moral. Norma sopan santun menyangkut sikap
lahiriah dapat mengungkap sikap hati dan karena itu mempunyai kualitas moral,
norma hukum dituntut tegas oleh masyarakat untuk menjamin tertib umum.
Kecerdasan moral dan karakter anak
terbentuk dari berbagai macam pola. Diantaranya adalah lingkungan disekitarnya.
Beberapa hal yang memperngaruhi pola karakter dan perilaku moral anak dari tiga
lingkungan utama yakni: lingkungan rumah, lingkungan sekolah, dan lingkungan
teman sebaya. Anak memiliki naluri dan keyakinan masih lemah serta kepekaan
moral yang kurang, hal ini membuat anak mengalami hambatan dalam bertindak
sebagai kesadaran moral. Kesadaran moral atau kesadaran etis pada
perkembangannya memerlukan pendidikan berupa teladan, penyuluhan dan bimbingan,
akan berfungsi sebagai tindakan konkret untuk memberi putusan terhadap tindakan
tertentu tentang baik-buruknya.
Berdasarkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah
Dasar (SD) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik
sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi
dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat
(Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja,
tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen
oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan
orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung
kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan
bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
II. PEMBAHASAN
Landasan Moral
Landasan moral (akhlak) dalam proses kegiatan pendidikan, merupakan salah satu kunci keberhasilan membina, memberdayakan, dan ‘menciptakan’ SDM yang berkualitas, terutama kualitas akhlaknya. Peletakan landasan moral ini sangat strategis dan bermakna, karena kepribadian individu harus berakar pada ‘akhlak mulia’ yang sudah pasti membawa kebahagiaan bagi yang bersangkutan.
Landasan moral (akhlak) dalam proses kegiatan pendidikan, merupakan salah satu kunci keberhasilan membina, memberdayakan, dan ‘menciptakan’ SDM yang berkualitas, terutama kualitas akhlaknya. Peletakan landasan moral ini sangat strategis dan bermakna, karena kepribadian individu harus berakar pada ‘akhlak mulia’ yang sudah pasti membawa kebahagiaan bagi yang bersangkutan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.
Mahatma Gandhi memperingatkan tentang
salah satu tujuh dosa fatal, yaitu jika“education without character”(pendidikan
tanpa karakter). Dr. Martin Luther King mengatakan pendidikan plus
karakter….itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya). Theodore
Roosevelt berpendapat: “To educate a person in mind and not in morals is to
educate a menace to society” (Mendidik seseorang pada aspek kecerdasan otak
dan tanpa aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat pendidikan).
Menghindari tantangan tekanan etika
dikehidupannya kelak anak, dibutuhkan kebajikan-kebajikan utama yang akan
melindungi agar anak tetap berada di jalan yang benar. Semua dapat diajarkan,
dicontohkan, disadarkan, serta akan mendorong anak mencapai sikap baik
seumur hidup, dengan tujuh kebajikan utama yakni: (1) empati; (2) hati nurani;
(3) kontrol diri; (4) rasa hormat; (5) kebaikan hati; (6) toleransi dan (7)
keadilan.
Pertama, empati merupakan inti emosi moral
yang mengartikan bahwa memahami perasaan orang lain membuat anak peka atas
kebutuhan untuk terdorong menolong orang lain dengan beberapa hal berkenaan
dengan empati: (1) indikasi dengan kecerdasan atau seolah mengalami sendiri
dengan perasaan, berpikir tentang perilaku orang lain; (2) lukisan besar itu
menggambarkan pantulan diri sendiri.
Hasrat ingin menolong, meringankan
beban perasaan dan masalah orang lain mengenai berbagai hal. Bila seseorang
semakin empati, mereka semakin mendukung prinsip tindakan moral. Emosi
moral yang kuat mendorong bertindak benar karena dengan melihat kesusahan orang
lain sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai orang lain.
Empati berjalan terus menerus terlibat dalam pertimbangan moral, sebab
merupakan dilema moral yang melibatkan korban untuk mendapatkan pertolongan berupa
tindakan, sebagai dasar tingkah laku yang sesuai norma
Setiap orang memiliki tingkatan empati
tidak sama, hal ini karena adanya perbedaan perasaan atau keadaan jiwa
masing-masing orang yang tidak sama, perbedaan ini karena dipengaruhi oleh
latar belakang dari kehidupan orang itu.
Telaah yang dilakukan oleh Shotland dan
Huston (1979) mengidentifikasikan lima karakteristik utama yang mengarahkan
pada empati. Empati merupakan kejadian darurat seperti: (1) sesuatu terjadi
secara tiba-tiba dan yang tidak terduga; (2) ada ancaman bahaya yang jelas
terhadap korban; (3) tindakan yang membahayakan korban cenderung meningkat bila
tidak ada campur tangan seseorang; (4) korban tak berdaya dan membutuhkan
bantuan orang lain; (5) ada beberapa kemungkinan cara campur tangan yang
efektif .
Mengembangkan empati dan kepedulian
mampu menempatikan diri dalam posisi orang lain, dan menyadari apa yang
dirasakan oleh orang lain yang mengalami kesedihan. Mereka yang mempunyai
kemampuan empati kuat cenderung tidak begitu agresif dan rela terlibat dalam
perbuatan yang lebih prososial serta memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk menjalin hubungan yang akrab dengan teman. Apabila mereka berbuat
sesuatu sehubungan dengan perbedaan yang mereka rasakan dengan tindakan sosial
yang nyata, mereka dianggap telah betul-betul menguasai keterampilan EQ (Emotional
Quotient), yaitu empati sebagai dasar keterampilan sosial, secara alamiah
sudah ada pada sebagian besar anak.
Anak yang dibesarkan pada lingkungan
peduli dan kasih sayang kepada orang lain, maka terbentuk suatu dorongan secara
alami pada diri anak untuk membantu dan memahami orang lain, mereka dapat
lebih sering dan lebih konsisten menunjukkan perilaku empati.
Kedua, hati nurani adalah suara hati atau
kesadaran moral sebagai pengetahuan yang menentukan ada baik dan buruk, hal ini
untuk memilih jalan yang benar agar tetap berada jalur yang bermoral; membuat
dirinya bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya. Hati
nurani merupakan penerapan kesadaran moral tindakan etis yang tertentu dalam
segala situasi haruslah menggunakan pertimbangan untuk pengambilan keputusan.
Suara hati selalu jujur dalam memberikan putusan menurut keyakinannya. Tiap
kali tindakan etis terjadi hati nurani sebagai tuntunan untuk melakukan yang benar.
Ada 3 cara kerja suara hati: (1) kesadaran bahwa ada baik dan ada yang buruk
(kesadaran moral); (2) orang bertindak secara etis, sebagai tindakan konkret
dan (3) sesudah ada tindakan kemudian menentukan putusan yang baik, maka
jadikan hati nurani sebagai pembimbingmu.
Membedakan hal yang benar dan yang
salah merupakan landasan yang kuat bagi kehidupan yang baik, kehidupan
bermasyarakat yang baik, serta perilaku etika yang berkaiatan dengan moralitas.
Melakukan kebaikan itu suatu keharusan, hal ini demikian dalam tertanam pada
hati manusia, sehingga tidak terlepas dari kesadaran etis. Jadi kesadaran etis
pada hakekatnya tidak hanya sadar akan adanya baik dan buruk, tetapi sadar
pula, bahwa orang harus berbuat baik. Tindakan baik wajib sebagai tuntunan suara
hati dan tanggungjawab tindakan sesuai dengan penerangan dan suara hati.
Suara hati harus dididik, pengaruh
pendidikan baik informal maupun formal dengan demikian dapat mengembangkan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan sikap moral. Mendidik suara hati berarti
bersikap terbuka, mau belajar, mau mengerti seluk-beluk masalah yang sedang
dihadapi, mau memahami pertimbangan-pertimbangan etis yang tepat.
Fenomena suara hati merupakan suatu
kesadaran dengan segala keanehan dan keterbatasan, oleh karena itu suara hati
tidak mutlak benar. Kesadaran mutlak terikat oleh Allah sebagai saksi, sehingga
jika penilaian keliru maka kesadaran Allah sebagai kemutlakan tuntunan untuk
melakukan kewajiban kesadaran moral.
Kemampuan untuk mendengarkan suara hati
dan untuk bertindak sesuai dengan Nya tergantung pembebasan diri dari
penguasaan emosi dan dorongan irrasional yang terus menerus merongrong kesatuan
jiwa. Untuk tidak terombang-ambing oleh segala emosi, nafsu perasaan dangkal,
perlu pengembangan sikap-sikap yang akan membentuk kepribadian lebih
kuat, lebih otonom, lebih mampu untuk menjalankan tanggungjawab.
Jadi sanggup mendengar suara hati untuk membimbing kearah mana yang betul-betul
bernilai pada tanggungjawab sebagai manusia, adalah kata jawa “rasa” atau
perasaan.
Mengembangkan rasa merupakan unsur
penting dalam pendidikan tradisional Jawa. Untuk itu dengan rasa dimaksud untuk
“merasakan” segala demensi hidup, dari perasaan jasmani indrawi, melalui
penghayatan suatu hubungan interpersonal sampai kesadaran batin akan kenyataan
sebenarnya. Dari tingkat rasa kepribadian seseorang dapat diketahui, dengan
rasa yang mendalam menunjukkan bahwa seseorang telah sampai ke demensi realitas
yang sebenarnya dan menempatkan dirinya sesuai dengan keselarasan realitas
seluruhnya, mengalir sikap yang tepat terhadap hidup, terhadap masyarakat dan
terhadap kewajiban dan tanggungjawab.
Dalam filsafat Jawa “rasa” merupakan
sikap moral dasar yang dilandasi suara hati seseorang, mencapai rasa yang
mendalam berarti bahwa seseorang selalu memilih yang baik dan benar, maka ia
sanggup bertindak semata-mata dengan melihat pada tanggungjawabnya.
Ketiga, kontrol diri suatu mengendalian pikiran
dan tindakan agar dapat menahan dorongan dari dalam maupun luar sehingga dapat
bertindak dengan benar, sebagai kebajikan utama berperilaku moral berdasarkan
pikiran dan hati nurani. kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu
mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Kontrol diri
diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas
dan membantu mengatasi berbagai hal merugikan yang dimungkinkan berasal dari
luar. kontrol diri merupakan kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri
dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls- impuls
atau tingkah laku impulsif.
Kontrol diri adalah individu-individu
yang diatur oleh proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Di
mana kontrol diri ini penting untuk dikembangkan karena individu tidak hidup
sendiri melainkan bagian dari kelompok masyarakat. Individu mempunyai kebutuhan
untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya, sehingga agar tidak mengganggu dan
melanggar kenyamanan dan keselamatan orang lain, individu harus mengontol
perilakunya. Kedua, masyarakat menghargai kemampuan, kebaikan yang dimiliki
individu sehingga dapat diterima masyarakat lainnya, kontrol diri menggambarkan
keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitifnya untuk menyatakan
perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu
seperti apa yang dikehendaki. Hal ini berarti kontrol diri untuk memahami
keseluruhan khazanah pengungkapan diri baik yang positif maupun negatif
sehingga individu menyadari apa yang bisa membangkitkan ekspresi-ekspresi
positif maupun negatif di dalam dirinya. Jika individu mampu menghindari
situasi-situasi yang dapat memicu sifat-sifat negatif berarti individu tidak
membiarkan diri menyerah pada kecenderungan-kecenderungan untuk bereaksi secara
negatif ketika individu menghadapi realitas keras dalam hidupnya.
Individu dalam mengontrol perilaku
melibatkan tiga hal yaitu, (1) memilih dengan sengaja; (2) pilihan antara dua
perilaku yang bertentangan, dalam artian satu pihak perilaku menawarkan
kepuasan dengan segera, sedangkan perilaku yang lain menawarkan ganjaran jangka
panjang; (3) memanipulasi stimulus, agar satu perilaku yang kurang mungkin
dilakukan dapat dilakukan dengan perilaku lain yang lebih mungkin dilakukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol
diri terdiri dari faktor eksternal dan internal. Dimana faktor eksternal, salah
satunya terdapat dalam keluarga, dalam lingkungan keluarga terutama orangtua
akan menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Pola asuh
orangtua dalam menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak
dini dan orangtua bersikap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan
anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap konsistensi ini
akan diinternalisasi oleh anak dan kemudian akan menjadi kontrol diri bagi
anak. Orangtua dalam hal ini menempati posisi penting dan sangat menentukan
pembentukan kepribadian anak. Dengan kata lain, baik buruknya anak ditentukan
oleh cara atau perilaku orangtua. Faktor internal yang turut andil dalam
kemampuan mengontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang maka
semakin baik kemampuan mengontrol dirinya. Selain itu kematangan juga
mempengaruhi kontrol diri. Salah satunya adalah kemasakan kognitif, kematangan
kognitif yang terjadi selama masa pra sekolah dan masa kanak-kanak secara
bertahap akan meningkatkan kapasitas individu untuk membuat pertimbangan sosial
dan mengontrol perilakunya. Di mana ketika individu beranjak dewasa akan
memiliki kemampuan berpikir yang lebih kompleks.
Aspek-aspek Kontrol Diri terdapat tiga
aspek kontrol diri, yaitu: pertama kontrol perilaku (behavioral control),
mengontrol kognisi (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional
control). Kontrol perilaku adalah kemampuan untuk memodifikasi suatu
keadaan yang tidak menyenangkan, kemampuan kontrol perilaku adalah: (1) Kemampuan
mengontrol perilaku yaitu kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan
situasi. Individu yang dirinya baik akan mampu mengontrol perilaku, akan mampu
mengontrol perilaku dengan kemampuan dirinya, bila tidak mampu maka individu
akan menggunakan sumber eksternal untuk mengatasinya. (2). Kemampuan mengontrol
stimulus yakni kemampuan untuk menghadapi stimulus yang tidak diinginkan dengan
cara mencegah atau menjauhi sebagian dari stimulus menempatkan tenggang waktu
diantara rangkaian stimulus yang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum
berakhir dan membatasi intensitas stimulus. Kontrol kognitif yaitu
kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara
menginterpretasikan, menilai, atau memadukan suatu kejadian dalam suatu
kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan.
Kemampuan ini meliputi: (1) Kemampuan mengantisipasi peristiwa atau keadaan
melalui berbagai pertimbangan secara relatif-objektif dan ini didukung oleh
informasi yang dimilikinya.(2) Kemampuan menafsirkan peristiwa atau keadaan
dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subjektif. Kontrol dalam
mengambil keputusan adalah kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan
suatu yang diyakini atau disetujui.
Kontrol pribadi dalam menentukan
pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau
kemungkinan pada diri individu untuk memilih beberapa hal yang sama
memberatkan. Dengan demikian, maka aspek-aspek dalam kemampuan mengontrol diri
yang akan diukur adalah kemampuan mengontrol perilaku, kemampuan mengontrol
stimulus, kemampuan mengatisipasi suatu peristiwa, kemampuan menafsirkan suatu
peristiwa dan kemampuan dalam mengambil keputusan untuk pada suatu
peristiwa .
Keempat, rasa hormat berarti menghormati orang lain, rasa hormat mendorong untuk memperlakukan orang lain dengan baik.rasa hormat adalah menghargai (takzim, khidmat, sopan) dan sepatutnyalah dilakukan seorang anak kepada orang tua; rasa hormat merupakan perbuatan yang menandakan rasa khidmat atau takzim, hal ini berkaitan erat dengan sopan santun.
Keempat, rasa hormat berarti menghormati orang lain, rasa hormat mendorong untuk memperlakukan orang lain dengan baik.rasa hormat adalah menghargai (takzim, khidmat, sopan) dan sepatutnyalah dilakukan seorang anak kepada orang tua; rasa hormat merupakan perbuatan yang menandakan rasa khidmat atau takzim, hal ini berkaitan erat dengan sopan santun.
Sopan-santun adalah peraturan hidup
yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan
berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Contoh-contoh norma kesopanan ialah: (1) Menghormati orang
yang lebih tua; (2) Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan; (3) Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong; (4) Tidak meludah di sembarang tempat. Salah satu konsep
komunikasi antar personal yang terbaik adalah sopan santun, dalam konteks luas
merupakan adat kebiasaan positif yang diterapkan dan diberlakukan dalam
komunikasi masyarakat. Menerapkan sopan santun dalam kehidupan bermasyarakat
atas keberadaan manusia akan selaras. Simbol keberadaban sebuah komunitas
adalah sopan santun, maka keberadaan diri semakin terhormat karena masuk dalam
tatanan aturan kehidupan dalam masyarakat, nilai diri tergantung pada cara
bersikap dalam kehidupan.
Sopan santun merupakan pengejawantahan
sikap dasar yang ada pada diri seseorang, semakin dipegang sopan santun dalam
kehidupan, maka semakin tinggi kualitas pribadi seseorang. Orang-orang yang
memiliki sopan santun yang tinggi dalam kehidupannya penuh rasa kasih sayang sesamanya,
mereka begitu respek terhadap setiap kejadian yang ada di masyarakat. Mereka
memberi perhatian ekstra terhadap orang-orang yang membutuhkan eksistensinya.
Sikap hidup suka menolong orang lain juga diartikan sopan santun sebagai konsep
dasar hidup bermasyarakat, sikap ini harus dikembangkan dalam keseluruhan
kehidupan masyarakat .
Suatu tingkah laku yang amat populis
dan nilai yang natural sebagai sopan santun, dan sebagai sebuah konsep
nilai tetapi bukan dipahami, sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi.
Itulah pengertian umum dari sopan santun adalah sikap seseorang terhadap apa
yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi, kondisi apapun. Sikap santun
yaitu baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan
santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati
siapa saja. Dan mungkin semua orang sudah mengerti apa itu sopan santun, karena
sifat ini telah ditanamkan sejak kecil pada diri individu tersebut. Sopan
santun dapat dipengaruhi oleh apapun dan hal apa saja. Misalnya sopan santun
yang buruk disebabkan oleh lingkungan yang tidak ada tata tertibnya, individu
yang tak pernah mengenal pentingnya kepribadian, kurangnya pengenal sopan
santun yang diajarkan oleh orang tua sejak dini, pembawaan diri individu itu
sendiri. Kemudian sopan santun yang baik dapat dipengaruhi oleh latar belakang
individu itu sendiri. Pendidikan yang cukup, pembawaan diri yang baik terhadap
situasi apapun, tutur kata yang dijaga, terkadang faktor gen juga dapat
mempengaruhi individu tersebut. Bagaimana nantinya setiap orang memiliki sikap
sopan santun tetapi hanya kadarnya saja yang berbeda dan bagaimana
mengembangkan sikap itu.
Kelima, kebaikkan hati atau Baik Hati
adalah pribadi-pribadi yang hangat dan suka menolong hal ini menunjukkan
kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain. Kebaikkan hatilah yang menjadikan
manusia beradab, berperikemanusiaan, dan bermoral. Orang lebih belas
kasih dan tidak terlalu memikirkan diri sendiri. Di dalam kehidupan ada
banyak orang yang lugu dan baik hati. baik hati adalah etika moralitas yang
paling tinggi diantara karakter manusia, orang yang berbuat banyak kebajikan,
patut dikagumi. Jikalau seseorang memiliki hati yang baik, barulah bisa
menyempurnakan kehidupannya sendiri. Seseorang tidak serta-merta rugi sesuatu
hanya dikarenakan kebaikan hati dan perbuatan baiknya sendiri, malah sebaliknya
ia akan memperoleh imbalan rejeki berkat akumulasi berkahnya. Meskipun pada
hal-hal sepele di dalam kehidupan sehari-hari, orang yang baik hati juga bisa
merasa gembira atas suka cita orang lain, merasa bahagia atas kebahagiaan orang
lain, pada setiap saat tidak akan bergendang paha dan merugikan orang lain demi
keuntungan diri sendiri. Insan yang bermoral jiwanya bertalian dengan Tuhan, di
kala marabahaya senantiasa hanya keterkejutan yang dialami tapi tidak sampai
membahayakan, memperoleh kemujuran dikala bencana, menjumpai kesulitan akan
beralih menjadi suka-cita.. Di tengah kehendak takdir, Tuhan melindungi orang
yang baik hati. Kebaikan tanpa pamrih acap kali bisa memperoleh imbalan tak
terduga, ini merupakan kodrat alami dari sebab-akibat yang gilir berputar.
Manusia yang baik hati seringkali membahagiakan orang lain, yang sesungguhnya
juga membawa rezeki bagi dirinya sendiri. “Membantu orang lain, sama dengan
membantu diri sendiri.” Perkataan ini mutlak bukan hanya berupa imbalan sebab
akibat yang sederhana, melainkan adalah hal pokok menjadi seorang manusia.
Biarkanlah kebajikan eksis bersamaan dengan jiwa, ini merupakan berkah besar
bagi manusia. Asalkan terdapat kebajikan di dalam jiwa, tentu keceriaan akan
sering hadir dalam kehidupan; asalkan terdapat kebajikan di dalam jiwa,
kebahagiaan akan senantiasa mendampingi kehidupan seseorang; dengan adanya
kebajikan di dalam kehidupan, barulah jiwa bisa membubung dengan tiada henti.
Baik hati adalah emas di dalam kehidupan, baik hati adalah sinar kehidupan yang
paling mulia di dalam karakter manusia. Hati yang baik berkilauan bagaikan emas
murni, bersih dan kemilau bagaikan sari embun. Hati yang bajik pasti luas dan
lapang, mampu mewadahi seluruh mahluk alam semesta, dan menciptakan
kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia. Orang yang berbuat kebaikan tanpa
pamrih acap kali bisa memperoleh imbalan tak terduga, ini merupakan kodrat
alami dari sebab-akibat yang gilir berputar. Manusia yang baik hati seringkali
membahagiakan orang lain, yang sesungguhnya juga membawa rezeki bagi dirinya
sendiri. “Membantu orang lain, sama dengan membantu diri sendiri.” Perkataan
ini mutlak bukan hanya berupa imbalan sebab akibat yang sederhana, melainkan
adalah hal pokok menjadi seorang manusia. Biarkanlah kebajikan eksis bersamaan
dengan jiwa, ini merupakan berkah besar bagi manusia. Asalkan terdapat
kebajikan di dalam jiwa, tentu keceriaan akan sering hadir dalam kehidupan;
asalkan terdapat kebajikan di dalam jiwa, kebahagiaan akan senantiasa
mendampingi kehidupan seseorang; dengan adanya kebajikan di dalam kehidupan,
barulah jiwa bisa membubung dengan tiada henti. Baik hati adalah emas di dalam
kehidupan, baik hati adalah sinar kehidupan yang paling mulia di dalam karakter
manusia.
Tingkah laku meletakkan “hidup” dalam
“kehidupan yang selaras”. Kebiasaan menunjukkan apa yang dilakukan, termasuk
pemikiran, emosi, dan tindakan yang diambil. Kebijakan merupakan suatu hal yang
membawa manusia untuk mengikuti kata hati
Keenam, toleransi adalah menghormati martabat dan hak semua orang
meskipun keyakinan dan perilaku mereka berbeda, menahan diri, bersikap
sabar,membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang
yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak berarti membenarkan
pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi
para penganutnya.
Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu:
a. Negatif: Isi ajaran dan
penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja
karena dalam keadaan terpaksa.
b. Positif: Isi ajaran ditolak,
tetapi penganutnya diterima serta dihargai. keyakinan pada ajaran agama Anda,
tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
c. Ekumenis: Isi ajaran serta
penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur
kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.
Toleransi sejati didasarkan pada sikap
hormat terhadap martabat manusia, hati nurani
dan keyakinan serta keikhlasan sesama
apapun agama, suku, golongan, ideologi, atau pandangannya. Seorang yang toleran
berani mengadakan wawancara atau berdialog dengan sikap terbuka untuk mencari
pengertian dan kebenaran dalam pengalaman orang lain, untuk
memperkaya pengalaman sendiri dengan
tidak mengorbankan prinsip-prinsip yang diyakini. Bertoleransi dapat
diungkapkan secara verbal, fisik, maupun kombinasi keduanya, bersikap hangat,
menghargai orang sebagai kebajikan moral mengurangi kebencian, kekerasan, dan
kefanatikan. Semua orang berhak mendapatkan kasih sayang, keadilan, rasa hormat
meskipun tidak sependapat dengan keyakinan atau perilaku mereka.
Hidup rukun dan bertoleransi tidak
berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan. Jadi
sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban,
serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri
kehidupan yang rukun, tertib, dan damai. karena pengertian toleransi itu
sendiri juga berarti suatu sikap perbuatan yang dilandasi oleh kasih saying
sesama manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, sudah
pasti memerlukan orang lain. Contoh: sebagian rezeki kita, datang lewat rezeki
orang lain. Sebagian dari keberlangsungan kehidupan kita, bergantung pada
keberadaan orang lain. Sebagian dari kesuksesan adalah bertumpu kepada
kesuksesan orang lain. Adakah yang bisa hidup sendiri di dunia ini tanpa orang
lain?
Sikap toleran, seperti semua sifat yang
terpuji, dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui pembelajaran dan pembiasaan
(learning habits). Diakui, proses pembelajaran ini akan berjalan lebih
cepat dan produktif bila didukung faktor bawaan dan lingkungan, yaitu keluarga
dan pergaulan, baik sebagai individu maupun bangsa.
Ketujuh, keadilan Adil disini berarti keadaan yang seimbang, menurut
Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan
sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan
terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila
kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan,
maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau
tidak sama, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama,
sedangkan pelanggaran terhadap proporsi terscbut berarti ketidakadilan.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan
adil adalah orang yang mengendalikan difi, dan perasaannya dikendalikan oleh
akal. Keadilan dalam pengertian “simetri” dan “proporsi” termasuk dalam
konsekuensi sifat Mahabijak dan Maha Mengetahui Allah. Berdasarkan ilmu-Nya
yang komprehensif dan kebijaksanaan-Nya yang meyeluruh. Dia mengetahui bahwa
penciptaan sesuatu meniscayakan proporsi tertentu dari berbagai undur. Dia
menyusun unsur-unsur itu untuk menciptakan bangunan tersebut.
Keadilan adalah kondisi kebenaran
ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar.
Plato berpendapat bahwa keadilan dan
hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat dan menjaga
kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan
pekerjaan yang menurut sifat dasamya paling cocok baginya. Pendapat Plato itu
disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal. Keadilan
timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras. Keadilan
terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai
raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pcndapat ini terbatas pada
nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan
bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan
kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang
memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama
dan kekayaan bersama. Berdasarkan kesadaran etis, seseorang mendapatkan
keselarasan antara hak dan kewajiban.
Dari pembahasan tersebut di atas
Kecerdasan moral merupakan bagian dari manusia yang mempertajam pedoman moral
manusia dan memastikan bahwa tujuan konsisten dengan pedoman moral. Kompetensi
moral merupakan kemampuan untuk bertindak berdasarkan prinsip moral kita.
Kompetensi emosional merupakan kemampuan untuk mengatur emosi kita dan orang
lain dalam situasi tuntutan moral. Tanpa kecerdasan moral tidak ada pelatihan
yang akan membawa kita pada moral kepemimpinan, disebut juga dengan otak anak
kecil yang terluka. Tidak peduli seberapa keras orang tuanya berusaha untuk
mengisi nilai-nilai positif, mereka benar-benar kekurangan neurologika dasar,
alat untuk membedakan antara benar dan salah.
Kecerdasan moral bukan hanya penting
untuk mengefektifkan tindakan manusia untuk membangun pribadi yang berkarakter
kuat berkualitas, namun juga merupakan “pusat kecerdasan” bagi seluruh manusia.
kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat
sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki
tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan
peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa
kecerdasan moral menuntun seseorang tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
Daftar Pustaka
Alison Bernes dan Paul Thagard, Empathy
ang Analogy (Waterloo: Ontario) (http:/waterloo.ca/articles/pages/empathy.html).
1997
Borba Michele, Membangun Kecerdasan
Moral ( Jakarta: Perguruan Tinggi Gramedia Pustaka Utama) .2008
Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar
Masalah-masalah Pokok Filsafat Dasar (yogyakarta: Kanisius). 1991
Maurice J Elias dkk, Cara-cara
Mengasuh Anak dengan EQ (Bandung: Kaifa). 2001
I R Poedjawijatna, Etika Filsafat
Tingkahlaku (Jakarta: IKIP Jakarta). 1977
Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan
Emotional Intelegence ( Jakarta: Perguruan Tinggi Gramedi Pustaka Utama).
1998
No comments:
Post a Comment