BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum, media
pendidikan mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain:
hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas, sikap siswa yang pasif,
pengamatan siswa yang kurang seragam, sifat objek belajar yang kurang khusus
sehingga tidak memungkinkan dipelajari tanpa media, tempat belajar yang
terpencil dan sebagainya.
Media pembelajaran
setiap tahun selalu mengalami perkembangan, karena masing–masing media itu
mempunyai kelemahan, berdasarkan penggunaannya perlu diadakan penemuan media
baru dan pemanfaatan media yang telah diperbaharui. Karena peserta didik cepat
merasakan kebosanan, saat menerima pelajaran, sebab dengan media yang kurang
menarik akan bersifat verbalistik, maka diadakannya perbaikan media guna
menunjang proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan kurikulum pembelajaran
pada proses belajar mengajar maka perlu didukung media dan bahan ajar yang baik
yaitu bahan ajar yang mampu menarik minat siswa, sesuai dengan zaman dan tidak
menyimpang dari kurikulum.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan beberapa
alasan diatas, penulis merasa perlu untuk membuat sebuah karya ilmiah yang
dalam kesempatan ini sekaligus akan di presentasikan pada mata kuliah media dan
desain pembelajaran dengan tujuan adanya pengembangan dalam media pembelajaran
disekolah, khususnya pada pembelajaran bahasa arab. Pembahasan ini juga
sekaligus melahirkan sebuah topik inti yang dibahas dalam karya ilmiah ini,
yaitu:
-
Pengembangan Media Pembelajaran meliputi (penyusunan rancangan,
penulisan naskah, produksi media dan evaluasi program media.
1.3.
Tujuan Penyusunan
-
Untuk mengetahui Pengembangan Media Pembelajaran meliputi
(penyusunan rancangan, penulisan naskah, produksi media dan evaluasi program
media
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk melakukan
pengembangan media pembelajaran Prosedur pengembangan adalah langkah-langkah
prosedural yang harus ditempuh oleh pengembang dalam membentuk produk,
pengembang tinggal mengikuti langkah-langkah seperti yang terlihat dalam model
pengembangan. Prosedur pengembangan berguna untuk lebih memperjelas tentang
bagaimana langkah prosedural yang harus dilalui agar sampai ke produk yang
dispesifikasikan.
Prosedur pengembangan
media audio visual VCD, berdasarkan model pengembangan sebagai berikut :
2.1. Tahap Penyusunan Rancangan
Dalam tahapan
pembuatan rancangan ini, dilakukan perancangan terhadap isi atau garis besar
isi program media yang terdiri dari tiga komponen, yaitu :
a. Penetapan Topik
Topik disebut juga pokok bahasan. Pokok
bahasan menjadi dasar pengajaran dan menggambarkan ruang lingkupnya.Topik
ditentukan berdasarkan kurikulum yang digunakan guru dalam mengajar.
b. Merumuskan Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional dirumuskan setelah
topik ditentukan. Dalam tujuan instruksional disebutkan kemampuan, pengetahuan
dan sikap yang diharapkan dimiliki oleh sasaran didik setelah berperan serta
dalam proses belajar dengan media.
c. Merumuskan Pokok – Pokok Instruksional
Pokok – pokok materi instruksional
merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari tujuan yang telah
dirumuskan.
2.1.1
Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar
mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan,
keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan,
keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Bila yang kita
inginkan, misalnya, siswa dapat menguasai 1000 kosa kata bahasa Inggris,
sedangkan saat ini mereka hanya menguasai 200 kata, ada kesemjangan 800 kata.
Dalam hal ini terdapat kebutuhan untuk mengajar 800 kata Bahasa Inggris kepada
siswa itu.
Bila yang kita
inginkan ialah siswa dapat menjumlahkan, mengurangi, mengalikan, dan membagi,
sedangkan pada saat ini mereka baru dapat menjumlahkan saja, kebutuhan
pembelajaran itu ialah kemampuan dan keterampilan dalam mengurangi, mengalikan
dan membagi. Bila yang kita inginkan ialah siswa dapat bersikap bersih dan
menghargai kebersihan, sedangkan pada saat ini mereka masi suka membuang sampah
sembarangan, belum bersedia mandi dan gosok gigi atas kemauan sendiri, tidak
merasa risih memakai baju kotor dan sebagainya, jelas sekali masi terdapat
kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan kenyataan dengan ada saat ini.
Dari kesenjangan itu dapat diketahui apa yang diperlukan atau dibutuhkan siswa.
Jika kita membuat
program media tentu saja kita berharap program yang kita buat itu akan
digunakan atau dimanfaatkan oleh siswa. Program tersebut hanya akan digunakan
kalau program itu memang akan diperlukan. Jadi, sebelum kita membuat sesuatu
program media tentulah kita harus bertanya apakah program itu diperlukan? Untuk
dapat menjawab pertanyaan itu kita harus bertanya kemampuan, atau keterampilan,
sikap apakah yang ingin dimiliki siswa? Mengenai kemampuan, keterampilan atau
sikap yang diinginkan itu dapat diketahui dengan berbagai cara.
Mungkin sesuatu
kemampuan atau keterampilan yang diinginkan untuk dimiliki oleh para calon
sekretaris. Apa yang diinginkan itu dapat juga merupakan tuntutan lingkungan,
misalnya norma masyarakat. Seorang pengendara mobil dituntut untuk dimiliki
setiap calon pengemudi calon pengemudi mobil sebelum memperoleh SIM maupun
konfensi yang berlaku di masyarakat setempat.
1. Perumusan
tujuan
Tujuan merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat memberi arah
tindakan yang kita lakukan. Tujuan ini juga dapat dijadikan acuan ketika kita
mengukur apakah tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita berhasil
atau gagal.
1. Pengembangan Materi Pembelajaran
Untuk dapat
mengembangkan bahan instruksional yang dapat mendukung tercapainya tujuan itu,
tujuan yang telah dirumuskan tadi harus dianalisis lebih lanjut. Seperti halnya
pada waktu kita merumuskan tujuan khusus kita bertanya kemampuan apa yang harus
dimiliki siswa sebelum ia memiliki kemampuan apa yang dituntut oleh tujuan umum
itu, demikian pulalah yang harus kita lakukan dalam kita mengembangkan bahan
yang harus dipelajari siswa. Setiap tujuan instruksional khusus harus kita
analisis.
Kepada setiap tujuan
itu pertanyaan yang harus kita ajukan: kemampuan apa yang harus dimiliki siswa
sebelum siswa memiliki kemampuan yang dituntut oleh tujuan khusus ini? Dengan
cara ini kita akan mendapatkan sub kemampuan dan sub keterampilan, serta
sub-sub kemampuan dan sub-sub keterampilan. Bila semua sub kemampuan dan
keterampilan serta sub-sub kemampuan dan keterampilan telah kita identifikasi
kita akan memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan itu.
2. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan
Dalam setiap kegiatan
instruksional, kita perlu mengkaji apakah tujuan instruksional dapat dicapai
atau tidak pada akhir kegiatan instruksional itu. Untuk keperluan tersebut kita
perlu mempunyai alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa.
Alat pengukur
keberhasilan siswa ini perlu dirancang dengan seksama dan seyogyanya
dikembangkan sebelum naskah program media ditulis atau sebelum kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan. Alat ini berupa tes, penugasan, ataupun daftar cek
perilaku.
Alat pengukur
keberhasilan harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan
pokok-pokok materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa. Hal yang
diukur atau yang dievaluasi ialah kemampuan, keterampilan atau sikap siswa yang
dinyatakan dalam tujuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai hasil
kegiatan instruksional itu.
2.2 Penulisan Naskah
2.2.1. Pengertian
Dalam tahapan
penulisan naskah, format rancangan isi program media ini dituangkan atau
dialihkan ke dalam naskah. Ada beberapa langkah dalam pembuatan naskah langkah pembuatan naskah mencakup :
1) Menulis rasional dari produk yang
dibuat.
2) Membuat synopsis.
3) Menetapkan identitas program.
4) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
dan Tujuan
5) Pembelajaran Umum.
6) Mengidentifikasi audience.
7) Mengidentifikasi garis-garis besar
program pembelajaran, GBIP terdiri dari Produk Media, Mata Pelajaran, Sasaran,
Durasi, Topik,Tujuan Umum, Tujuan Khusus, Pokok-Pokok Mater dan Sumber.
8) Menetapkan treatment.
9) Membuat naskah, naskah terdiri dari
spesifikasi program.
Tiap-tiap jenis
mempunyai bentuk naskah yang berbeda. Tetapi pada dasarnya, maksud dalam naskah
tersebut sama yaitu sebagai penuntun ketika kita memproduksi program media itu.
Artinya, naskah tersebut menjadi penuntun kita dalam mangambil gambar dan
merekam suara. Naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil
oleh kamera serta bunyi dan suara yang harus direkam.
Pada umumnya,
lembaran naskah dibagi menjadi dua kolom. Pada naskah media audio (radio dan
kaset) kolom sebelah kiri merupakan seperempat bagian halaman dan pada kolom
ini dituliskan nama pelaku, dan jenis suara yang harus direkam. Kolom sebelah
kanan berisi narasi atau percakapan yang harus dibaca para pelaku, nama lagu,
dan suara-suara yang harus direkam.
Pada naskah film
bingkai, film, dan video/tv lembaran naskah dibagi dua sama lebar. Kolom
sebelah kiri dicantumkan urutan gambar yang harus diambil kamera serta
penjelasan tentang sudut pengambilan gambar itu.pada kolom sebelah kiri itu
akan dapat dibaca apakah gambar harus diambil dalam close up, medium shot, long
shot, dan sebagainya. Kalau gambar harus diambil dari kiri bergerak ke kanan,
atau dari bawah ke atas, atau dari jauh mendekat, dan sebaliknya, hal-hal yang
seperti itu dijelaskan juga di kolom sebelah kiri. Di kolom sebelah kanan
dituliskan narasi atau percakapan yang harus dibaca para pelaku, serta musik
dan suara-suara yang harus direkam.
Dalam menuliskan
naskah semua informasi yang tidak akan disuarakan (dibaca bersuara) oleh pelaku
harus ditulis dengan huruf besar sementara itu, narasi dan percakapan yang akan
dibaca oleh pelaku ditulis dengan huruf kecil. Uraian lebih lanjut tentang
naskah untuk masing-masing media akan diberikan kemudian.
2.2.2 Treatmentu
Treatment adalah
uraian berbentuk esai yang menggambarkan alur penyajian program kita. Dengan
membaca treatment ini kita akan dapat mempunyai gambaran tentang urutan visual
yang akan nampak pada media serta narasi atau percakapan yang akan menyertai
gambar itu. Bila musik dan efek suara akan digunakan, hal tersebut akan
tergambar juga dalam treatment ini. Treatment ini biasanya digunakan oleh
pemesan naskah dan penulis naskah dalam mencari kesesuaian pendapat mengenai
alur penyajian program media yang akan diproduksi. Setelah treatment disetujui,
treatment tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya.
1) Penulisan Naskah
Audio
Media audio adalah
sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk menyampaikan
informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan menarik karena
program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarnya. Karena itu,
sesuatu program audio akan sangat efektif bila dengan menunggankan bunyi dan
suara kita dapat merangsang pendengar untuk menggunakan daya imajinasinya
sehingga ia dapat memvisualkan pesan-pesan yang ingin kita sampaikan. Media
audio ini meliputi radio, kaset audio, dan laboratorium bahasa.
Berikut ini beberapa
petunjuk yang perlu kita ikuti bila kita menulis naskah program media audio.
a. Bahasa.
Bahasa yang digunakan
dalam media audio adalah bahasa percakapan, bukan bahasa tulis.
1. Musik dalam program audio.
Agar pendengar tidak
bosan mendengar program kita dan program kita tidak terasa kering, kita perlu
menggunakan musik dalam program kita. Fungsi musik yang utama dalam hal ini
ialah menciptakan suasana.
2. Keterbatasan daya konsentrasi.
Berdasarkan
penelitian yang diadakan, daya konsentrasi orang dewasa untuk mendengarkan
berkisar antara 25 s/d 45 menit, sedangkan pada anak-anak hanya 15 s/d 25
menit.
3. Beberapa istilah yang sering digunakan
dalam naskah.
Istilah-istilah yang
biasa digunakan dalam penulisan naskah audio diuraikan di bawah ini.
2) Penulisan Naskah Film Bingkai
Pada film bingkai
pesan dapat disampaikan melalui dua saluran, yaitu audio dan visual. Karena
itu, menulis naskah program bingkai tidak diperlukan narasi atau percakapan
yang panjang-panjang seperti dalam program audio.
3) Penulisan Naskah Film dan Video
Penulisan naskah
secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih
praktis, hal tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media
melalui tahap-tahap pe-rencanaan dan desain, pengembangan, serta evaluasi.
Naskah merupakan
persyaratan yang harus ada untuk suatu program yang terkontrol isi dan bentuk
sajiannya ( bandingkan dengan program ‘live’ yang diambil begitu saja apa
adanya meskipun dapat direka rambu-rambu pengendaliannya).
Di bawah ini kita
bahas satu per satu tahap-tahap kegiatan tersebut.
a) Sinopsis.
Sinopsis diperlukan
untuk memberikan gambaran secara singkat dan padat tentang tema atau pokok
materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah mempermudah pemesan menangkap
konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin
dicapainya, dan menentukan persetujuannya.
b) Treatment.
Agak berbeda dengan
sinopsis, treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara deskriptif (bukan
tematis) tentang bagaimana suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa
instruksional (instructional events) nantinya akan dianggap sebagai
ilustrasi perbandingan, di bawah ini akan dapat Anda ikuti beda antara suatu
sinopsis dan treatment yang dikembangkan dari tema yang sama, yaitu “terdampar
di pulau karang”.
c) Storyboard.
Tujuan pembuatan
storyboard antara lain adalah untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang
akan divisualkan telah sesuai dengan garis cerita (plot) maupun sekuens
belajarnya.
d) Skrip atau naskah program
Dalam perbuatan
program film maupun video, skrip atau naskah program merupakan daftar rangkaian
peristiwa yang akan dipaparkan gambar demi gambar dan penuturan demi penuturan
menuju tujuan perilaku belajar yang ingin dicapai.. Tujuan utama suatu skrip
atau naskah program adalah sebagai peta atau bahan pedoman bagi sutradara dalan
mengendalikan penggarapansubstansi ke dalam suatu program. Karena itu skirsp
yang baik akan dilengkapi dengan tujuan, sasaran, sinopsis, treatment, dan bila
berperang yang terlibat di dalamnya.
e) Skenario
Skenariolebih
merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan
programnya. Skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat produksi yang
akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis operasional. Dalam skenario
inilah beda antara film dan video akan tanpak karena video mempunyai efek
visual tertentu yang tidak dimiliki oleh media film, misalnya dissolve, wipe,
superimpose, split image, dan sebagainya. Pengaruh lain yang juga tercermin
dalam penulisan skenario adalah beda dalam pendekatannya. Bila dalam pendekatan
filmis perpindahan umumnya bersifat ‘cut-to-cut’ dan pengambilannya
boleh meloncat-loncat dengan pengelompokkan menurut keadaan waktu, cuaca,
lokasi maupun sifatnya (di dalam atau di luar gedung/studio), perpindahan dalam
pendekatan video transisional dan bersifat sekuensial. Dengan singkat, skenario
untuk program video mempergunakan lebih banyak istilah-istilah atau “bahasa”
produksi dan petunjuk-petunjuk teknis operasional bagi kerabat dan teknisi
produksi.
2.3. Produksi Media
Kegiatan produksi ini
memiliki tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin
produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personil itu mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju satu tujuan yaitu
menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis yang baik.
Program produksi
memiliki tingkat kerumitan yang berbeda antara media yang satu dengan media
yang lainnya. Produksi audio dapat dilakukan oleh seorang sutradara dengan
dibantu dua orang teknisi dan beberapa orang pemain. Dalam produksi film
bingkai jumlah kerabat kerja yang diperlukan sudah lebih banyak, kecuali
lerabat kerja untuk merekan audionya sutradara perlu dibantu pula oleh juru
kamera, dan grafik artis. Pada produksi TV/Video dan film jumlah kerabat kerja
tersebut sudah menjadi lebih kompleks. Selain itu, juru audio dan grafik artis
diperlukan juga juru kamera lebih dari seorang, juru lampu, juru rias, pengatur
setting, juru perlengkapan dan juru catat. Karena kompleksnya pekerjaan,
sutradara perlu dibantu oleh pembantu sutradara.
a.
Produksi Audio
b.
Produksi film bingkai
1. Produksi visual
Pada bagian ini
produksi visual yang meliputi gambar-gambar grafis dan caption serta
gambar-gambar yang dapat diambil dari benda sesungguhnya atau modelnya
diproduksi semuanya.
2. Produksi audio.
Produksi audio yaitu
narasi dan musik serta sound effect.cara memproduksinya sama dengan memproduksi
program audio yang telah diuraikan di bagian terdahulu. Bahkan biasanya lebih
sederhana. Hal yang perlu diperhatikan ialah narasi dan musik serta FX-nya
harus sesuai dengan visualisasinya.
3. Alat yang Diperlukan, antara lain:
- Kamera
- Film yang digunakan
- Tiang penyagga untuk mengkopi
- Alat perekam audio.
2.4. Evaluasi Program Media
Menurut Sujana evaluasi pada dasarnya adalah memberikan
pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Sedangkan
menurut Joesmani mengemukan evaluasi adalah suatu proses menentukan sampai
seberapa jauh kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran.
a) Macam
Evaluasi
Ada dua macam bentuk
pengujicobaan media yang dikenal, yaitu evaluasi formatis dan evaluasi sumatif.
Berikut ini dua bentuk pengujicobaan tersebut.
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data tentang evektifitas dan evisiensi bahan-bahan pembelajaran
(termasuk ke dalamnya media). Tujuannya untuk mencapai ujuan yang telah
ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk
finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan, perlu dikumpulkan data. Hal itu
untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi
tertentu. Di samping itu, untuk menentukan apakah media tersebut benar-benar
efektif seperti, yang dilaporkan. Jenis evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.
b) Tahap
Evaluasi
Ada tiga tahapan
evaluasi formatif, yaitu efaluasi lawan setu (one to one), evaluasi
kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field
evaluation).
(1) Evaluasi satu lawan
satu
Pada tahap ini
pilihan dua siswa atau lebih yang dapat mewakili populasi target dari mereka
yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau
media itu didisain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya,
sementara Anda mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut,
hendaknya satu orang dari populasi target yang kemampuan umumnya sedikit
dibawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata.
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai
berikut.
1. Jelaskan kepada siswa bahwa Anda sedang
merancang suatu media baru dan ingin mengetahui bagaimana reaksi siswa terhadap
media yang sedang dibuat.
2. Katakan kepada siswa bahwa apabila
nanti siswa berbuat salah, hal itu bukanlah karena kekurangan dari siswa,
tetapi karena kekurangsempurnaan nedia tersebut, sehingga perlu diperbaiki.
3. Usahakan agar siswa bersikap rileks dan
bebas mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut.
4. Berikan tes awal untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa terhadap topik yang dimediakan.
5. Sajikan media dan catat berapa lama
waktu yang Anda butuhkan, termasuk siswa untuk menyajikan/mempelajari media
tersebut. Catat pula bagaimana reaksi siswa dan bagian-bagian yang sulit
dipahami; apakah contoh-contohnya, penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, ataukah
yang lain.
6. Berikan teks untuk mengukur
keberhasilan media tersebut (post test).
7. Analisis informasi yang terkumpul.
Prosedur yang perlu ditempuh adalah
sebagai berikut.
1. Jelaskan bahwa media tersebut berada
pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.
2. Berikan tes awal (pretest) untuk
mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang dimediakan.
3. Sajikan media atau minta kepada siswa
untuk mempelajari media tersebut.
4. Catat waktu yang diperlukan dan semua
bentuk umpan balik (langsung ataupun tak langsung) selama penyajian media.
5. Berikan tes untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dapat tercapai (post test).
6. Bagikan kuesioner dan minta siswa untuk
mengisinya. Apabila mungkin, adakan diskusi yang mendalam dengan beberapa
siswa. Beberapa pertanyaan yang perlu didiskusikan antara lain: a). menarik
tidaknya media tersebut, apa sebabnya b). mengerti tidaknya siswa akan pesan
yang disampaikan c). konsistensi tujuan dan materi program; cukup tidaknya atau
jelas tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Apabila pertanyaan-pertanyaan
tersebut telah ditanyakan lewat kuesioner, informasi yang lebih detail dan jauh
dapat dicari lewat diskusi ini.
7. Analisis data yang terkumpul.
(2)
Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan
atau field evaluetion adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang
perlu dilakukan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita
buat itu diuji. Pilih sekitar tiga puluh orang siswa dengan berbagai
karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia,
kemajuan belajar, dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi sasaran.
Satu hal yang perlu dihindari baik
untuk dua tahap evaluasi terdahulu maupun lebih-lebih lagi untuk tahap evaluasi
lapangan adalah apa yang disebut efek halo (hallo effect).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Media pembelajaran
setiap tahun selalu mengalami perkembangan, karena masing–masing media itu
mempunyai kelemahan, berdasarkan penggunaannya perlu diadakan penemuan media
baru dan pemanfaatan media yang telah diperbaharui. Karena peserta didik cepat
merasakan kebosanan, saat menerima pelajaran, sebab dengan media yang kurang
menarik akan bersifat verbalistik, maka diadakannya perbaikan media guna
menunjang proses belajar mengajar. Untuk mencapai tujuan kurikulum pembelajaran
pada proses belajar mengajar maka perlu didukung media dan bahan ajar yang baik
yaitu bahan ajar yang mampu menarik minat siswa, sesuai dengan zaman dan tidak
menyimpang dari kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Ftaman
blog di : http://ftaman.wordpress.com/2010/01/11/pengembangan-desain-pembelajaran/,
diakses pada tanggal 25-April-2010.
Sadiman,
Arief, et al., eds. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatan.
Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2008.
Sudjana,
Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sumber Baru Al Gen
Sindo. 2000
No comments:
Post a Comment