Wednesday, March 11, 2015

Model Pengembangan



1.      Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pelajaran IPA (FISIKA) di SMP (Puskur Balitang Depdiknas, 2002) adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip IPA (FISIKA) untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pengajaran fisika di SMP juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi (Puskur Balitbang Depdiknas, 2002)
Pembelajaran kooperatif  merupakan suatu model pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat membawa keuntungan bagi kelompok bawah (kemampuan rendah) maupun kelompok atas (kemampuan tinggi) yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2.       Landasan Teoritis
Dilihat dari karakteristik siswa yang rata-rata memiliki latar belakang pengetahuan yang relatif rendah, perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya sering pengetahuan antara teman sejawat dan antar siswa dan guru. Siswa perlu diberikan kesempatan untuk belajar secara interaktif kerjasama dengan teman dalam dikembangkan pemahaman terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting. Model pembelajaran yang mendukung masalah ini adalah pembelajaran kooperatif (Ibrahim, M. & Nur, 2002 : 18).

3.      Metode Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah kualitas interaksi siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data penelitian tersebut adalah dengan tehnik obsevasi dan teknik tes. Lembar observasi untuk mengukur (1) Aspek kualitas interaksi siswa yang meliputi berdiskusi dan bertanya, (2) hasil belajar dalam aspek afektif, dan (3) hasil belajar dalam aspek psikomotorik. Tes digunakan untuk mengukur kualitas hasil belajar siswa dan mengukur kemampuan memecahkan masalah (aspek kognitif).
Data penelitian dianalisis menggunakan tehnik analisis data secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan kualitas interaksi siswa dan kualitas hasil belajar siswa.

4.      Hasil dan Pembahasan
Pada siklus 1 rerata kompetensi dasar sudah mencapai kriteria keberhasilan pada kognitif, aspek psikomotor  dan aspek afektif. Pada siklus 2 terjadi peningkatan ketercapaian rerata kompetensi dasar pada ketiga aspek kompetensi dasar, demikian juga pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh interaksi siswa. Pada siklus 3 juga terjadi peningkatan ketercapaian rerata kompetensi dasar fisika siswa pada ketiga aspek yaitu : rerata aspek kognitif mencapai 78.8, rerata aspek psikomotor mencapai 80.56 dan rerata aspek afektif mencapai 76.81. Demikian juga kualitas interaksi siswa reratanya 78.31 yang masuk kualitas interaksi baik.

5.      Komentar




Model Kooperatif



A.     PENDAHULUAN
Menyadari peran penting guru-guru dikelas awal (kelas VII di SMP), 2 orang guru fisika kelas VII SMP Negeri 1 Sukasada dibantu oleh seorang dosen LPTK, mencoba melakukan refleksi terhadap pembelajaran fisika dikels VII yang dilakukan saat ini (April 2006) dan membandingkan dengan pembelajaran sebelumya. Dari refleksi disimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran fisika yang dilaksanakan saat ini dikelas VII relative masih rendah. Penyebabnya adalah metode yang digunakan guru sangat kuno, guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa berinteraksi dengan teman sejawat, guru tidak memahami metode penyelesaian soal secara matematis.

Bertolak dari karakteristik masalah dan akar masalah yang perlu diatasi tampaknya penerapan model pembelajaran yang berfokus pada pengembangan pemahaman konsep, pengembangan interaksi kelompok dan kerja sama, dan latihan memecahkan masalah merupakan pilihan terbaik. Model pembelajaran yang memenuhi criteria ini adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dipadukan dengan pemecahan masalah secara sistematis.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kualitas interaksi siswa kelas VII C dalam pembelajaran fisika dan meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII C pada 3 aspek yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.

B.     Metode Penelitian
a.       Subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada yang dilakukan pada semester ganjil 2006/2007 dan berlangsung selama 5 bulan dari bulan juni 2006 sampai oktober 2006.

b.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitas interaksi siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi dan teknik tes, kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif.
c.       Analisis Data
Pada setiap sesi pembelajaran tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan kualitas interaksi siswa dan kualitas hasil belajar siswa.

C.     HASIL  PENELITIAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah secara matematis untuk meningkatkan capaian kualitas hasil belajar fisika pada siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Sukasada dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang ditujukan oleh kualitas interaksi siswa.

D.     KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
a.       Kelebihan
Semua hasil analisis data tersaji dengan rinci dalam jurnal ini.
b.      Kelemahan
Pelaksanaan pengamatan yang dilakukan dalam jurnal ini banyak, sampai 3 siklus, sehingga membuat penelitian ini agak rumit.

Model Sains



A.    PENDAHULUAN
Ilmu Fisika sebagai disiplin sains mengandung unsur pengetahuan deklaratif dan prosedural. Dengan demikian mempelajari Fisika sebagai pengetahuan deklaratif menghasilkan perubahan sistem konseptual individu, melalui pembentukan konsep dan asimilasi konsep (Ausubel, 1968). Sedangkan sifat prosedural Fisika mengembangkan keterampilan proses sains individu melalui praktikum.

Model Pembelajaran Praktikum Diskriptif–Empiris Induktif–Hipotetis Deduktif” (model pembelajaran praktikum D–E–H) merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan tiga macam siklus belajar ayitu : deskriptif, empiris-induktif dan hipotetis-deduktif (Lawson, 1994). Penggunaan tiga siklus belajar dalam Model Pembelajaran Praktikum ini memerlukan perbedaan dalam inisiatif, pengetahuan, dan kemampuan penalaran dari para siswa.

Model Pembelajaran Praktikum untuk meningkatkan kemampuan berpikir formal siswa dalam penelitian ini, memberikan pengalaman belajar siswa melalui praktikum dengan menggunakan tiga macam siklus belajar: deskriptif, empirisinduktif dan hipotetis-deduktif (Lawson, 1994). Ketiga siklus ini menunjukkan suatu kontinuum dari sains deskriptif hingga sains eksperimental. Siklus belajar deskriptif membutuhkan hanya pola-pola deskriptif (yaitu: seriasi, klasifikasi, konservasi); siklus belajar hipotetis-deduktif membutuhkan pola-pola tingkat-tinggi (yaitu: pengontrolan variabel, penalaran korelasional, penalaran hipotetis-deduktif). Siklus belajar empiris-induktif bersifat intermediate dan membutuhkan pola-pola penalaran deskriptif tetapi secara umum melibatkan pola-pola tingkat-tinggi (Lawson, 1988).

B.     Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan penelitian. Tahap pertama, studi deskriptif teoretik untuk menentukan percobaan-percobaan yang dapat dikembangkan dari materi pembelajaran, dan dilanjutkan dengan studi analisis  teoretik pada uji coba model. Berikutnya tahap kedua, studi eksperimental digunakan pada implementasi dan evaluasi pembelajaran MPP DEH (Model Pembelajaran Praktikum DiskriptifEmpiris InduktifHipotetis Deduktif) tersebut.

Adapun 5 kelas yang digunakan dalam penelitian ini, seluruhnya berjumlah 226 siswa. Dari jumlah tersebut yang tidak mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran sebanyak 10 siswa, sehingga yang dapat menjadi subyek penelitian sebanyak 216 siswa.

C.    Hasil dan Pembahasan
Melalui pembelajaran MPP D–E–H, keterampilan “merumuskan hipotesis”, keterampilan “mengendalikan variabel” dan keterampilan “merancang percobaan” dapat dikembangkan pada kelompok SMA dengan prestasi akademik sedang maupun kelompok SMA dengan prestasi akademik tinggi. Ini merupakan dampak positif dari perbaikan keterampilan proses sains siswa.

D.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
a.      Kelebihan
Semua hasil analisis data tersaji dengan rinci dalam jurnal ini.
b.      Kelemahan
Penelitian ini menggunakan pengolah data dengan statistic yang rumit.

Lesson Study



A.    PENDAHULUAN
Salah satu penyebab rendahnya hasil pendidikan adalah kualitas guru yang rendah. Dilihat dari pembelajaran yang diterapkan oleh guru di lapangan terdapat kecenderungan bahwa proses belajar mengajar di kelas berlangsung secara klasikal dan hanya bergantung pada buku teks dengan metode pengajaran yang menitikberatkan proses menghafal daripada pemahaman konsep dan guru sebagai pusat pembelajaran. Pengembangan keterampilan proses pada siswa sangat jarang dilakukan. Guru kurang mampu melakukan praktek pengajaran yang mengarah pada keterampilan proses (Zamroni, 1999).
Berdasarkan hasil angket, observasi, dan wawancara dengan guru-guru sekolah-sekolah mitra Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI (Tim piloting plus, 2004) dapat disimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan yang terkait dengan kemampuan guru yaitu: penguasaan materi ajar, penguasaan pedagogik, kemampuan menterjemahkan kurikulum dalam merancang pembelajaran, kemampuan melakukan asesmen, dan keterampilan mengajar. Upaya peningkatan mutu pembelajaran senantiasa dilakukan melalui berbagai pelatihan guru, namun belum memberikan dampak yang diharapkan. Hal ini disebabkan guru yang dilatih adalah yang setelah kembali dari pelatihan kesulitan mengimbaskan pada guru-guru lain di daerahnya bahkan tidak sedikit kesulitan mengimplementasikan hasil-hasil pelatihan di sekolahnya sendiri.
Kegiatan lesson study merupakan wahana saling belajar untuk  mewujudkan learning cummunity diantara peserta kegiatan dan mencobakan sesuatu yang baru serta melihat apa yang telah direncanakan ketika diimplementasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Dengan kegiatan lesson study peserta dapat saling belajar merencanakan, menyusun dan mengembangkan serta mengujicobakan komponen-komponen RPP pada situasisituasi yang sesuai dengan kelas belajar masing-masing.
Lesson study suatu strategi pembinaan profesi pendidik berkelanjutan melalui prinsip-prinsip kolegalitas, mutual learning dan learning community (Sumar Hendayana dkk. 2007).

B.     Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan di MGMP Fisika SMP/MTs Kabupaten Sumedang wilayah Situraja. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Sepetember 2007 di delapan sekolah dengan subjek penelitian adalah sembilan orang guru Fisika SMP dan MTs MGMP Kabupaten Sumedang Wilayah Situraja. Teknik pengambilan dan instrumen pengumpulan data dilakukan dan dikembangkan berdasarkan permasalahan yang akan diteliti
Pelaksanaan lesson study meliputi tiga tahap yaitu: perencanaan (plan) Pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Pada tahap perencanaan dimulai dengan mengkaji berbagai literatur dan hasil penelitian yang relevans serta melakukan analisis situasi dilapangan, ditemukan permasalahan yang akan diteliti.

C.    Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan data pada hasil penelitian nampak bahwa semua guru sudah mampu mengamati aktivitas siswa secara tajam. Perbedaan komponen aktivitas siswa yang teramati guru terjadi bukan hanya karena kemampuan guru mengamati tetapi juga karena frekuensi kemunculan dan kemudahan pengamatan indikator masing-masing komponen aktivitas tidak sama. Misalnya aktivitas menyimpulkan frekuensinya lebih rendah dibandinhgkan merangkai alat. Indikator siswa mengapresiasi prestasi temannya selain frekuensinya jarang juga indikatornya lebih sulit teramati.

D.    Komentar
1.      Kelebihan dalam penelitian dengan menggunakan kegiatan lesson study dijelaskan secara terperinci tahap-tahap yang dilakukan dalam menerapkan  kegiatan tersebut.
2.      Kekurangan dalam penelitian ini tidak semua masalah yang muncul dibahas dengan baik.