A
Kajian Teori
1
Strategi Belajar dan
Mengajar.
Pada setiap pengajaran ada tujuan yang
harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut kita perlu menyampaikan
topik – topik yang didalamnya ada konsep
– konsep yang harus sampai pada siswa, dan untuk itu diperlukan pendekatan
tertentu seperti pemecahan masalah , latiahan soal , latih – hafal dan mungkin
dengan pendekatan yang lainnya.
Andi Hakim Nasution ( 1988 : 243 )
menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi
kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat komponen
pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima materi.
Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar.
Pada pengajaran matematika sampai sekarang
ini masih menggunakan strategi belajar mengajar langsung dan sempit. Maksudnya
adlah materi pelajaran yang dibawakan guru itu sempit ( dikumpulkan oleh guru
itu sendiri ) , penyajinya guru itu sendiri pendekatan yang digunakan deduktif
dan siswa yang menerimanya adalah kelompok besar, padahal bila dilihat dari
kombinasi yang ada dalam strategi pembelajaran paling tidak ada 81 kombinasi
yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran.
2
Strategi Pembelajaran Aktif
a.
Pengertian Strategi
Pembelajaran Aktif
Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau
cara. Di dalam kepustakaan
pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian.
Menurut Udin S. Winataputra & Tita Rosita ( 1995: 124) istilah strategi
secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran
diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk
membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan
pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani
(2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar
secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2006:35-41)
menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat
kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas
perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan
kondisi belajar siswa. Namun begitu di
tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak
pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi
yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi,
lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar,
formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan
penggunaan meja, kursi dan papan tulis berroda lebih memungkinkan
berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah.
Aktifitas
siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas. Boakes dalam Mar’at (1984:110) menyatakan
bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik)
dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan
perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam
bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa
Basleman (1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang
harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar.
Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan
mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas.
Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa
kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya
dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman
(2006:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa
dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali
hal-hal baru.
Dari
pembahasan di atas, tip – tip dibawah ini dapat digunakan guru untuk mengarah
pada strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar:
1) Selalu berpenampilan
menarik dan penuh wibawa.
Kesan pertama siswa saat bertemu gurunya adalah
fisik dari guru tersebut. dengan penampilan yang menarik dan penuh wibawa akan
membuat kesan yang positif dari siswa, sehingga dengan mudah guru akan dapat
membawa siswa kedalam suasana belajar yang guru inginkan.
2) Manfaatkan pertemuan
pertama dengan siswa untuk perkenalan antar warga kelas, tunjukkan cara-cara
belajar matematika yang baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait norma-norma
yang harus dipatuhi oleh warga kelas.
3) Buatlah formasi tata
letak meja, kursi, pajangan dinding, dan perabot kelas yang lain sesuai dengan
kesepakatan warga kelas dan kebutuhan.
4) Siapkan semua
peralatan yang akan digunakan di dalam
ruang kelas sebelum memulai pembelajaran.
5) Mulailah proses
belajar mengajar dengan materi yang ringan
tetapi menantang yang dapat merangsang siswa turut aktif berfikir.
Kemudian masuk pada materi yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan
siswa dalam proses belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang kita ajarkan agar siswa lebih mudah
memahami materi yang kita berikan.
6) Selalu memulai dan
mengakhiri pembelajaran tepat waktu serta dengan salam yang menghangatkan,
yaitu salam penuh kasih dan hormat.
7) Gunakan bahasa yang
santun, hormat, dan dengan nada bicara yang lembut.
8) Memahami dan menghormati
berbagai perbedaan yang ada.
9)
Menghormati kerahasiaan setiap
siswa
10) Tidak merendahkan dan mencemooh siswa
11) Memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk bicara dan
jangan mengintrupsi pembicaraan siswa
12) Bila seorang siswa mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang
baik dan selanjutnya berikan kesempatan kepada
siswa lain untuk memahaminya dan memberikan komentarnya.
13) Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu
melancarkan kritik: gunakan bahasa yang mengayomi, dan bila kritik bersifat
pribadi seyogyanya dilakukan di ruang khusus.
14) Sekali waktu, berilah kesempatan kepada siswa untuk memberikan
saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran.
15) Sediakan waktu untuk
berkomunikasi dengan siswa di luar kelas.
b.
Prosedur Pembelajaran Aktif
Proses pembelajaran di kelas dapat
dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal
(pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian,
strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang
mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Prosedur Mengaktifkan
Siswa Belajar Matematika Pada Awal Pembelajaran
Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika adalah membangun sikap
dan persepsi positif terhadap belajar dan matematika sebagai obyek belajar.
Kesiapan mental untuk terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam
mengaktifkan siswa belajar matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan
sikap dan persepsi positif siswa harus dilakukan sejak awal dimulainya
pembelajaran. Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah
membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang siswa untuk
berfikir. Bila minat siswa, rasa ingin tahu siswa telah bangkit, serta siswa telah terangsang untuk berfikir ini
berarti siswa telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran matematika, dan bila
terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa belum siap terlibat dalam pembelajaran.
Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif,
Silberman (2006:100-102), mengawali
kegiatan pembelajaran aktif dengan prosedur
sebagai berikut:
a)
Tentukan rentang waktu yang pasti
untuk kegiatan awal pembelajaran.
b) Ucapkan salam pembuka
yang menghangatkan siswa.
c)
Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika
yang akan diajarkan. Misalnya:
(1)
kata-kata untuk didefinisikan,
(2)
soal-soal sederhana dari aplikasi
rumus yang telah dikenal,
(3)
pertanyaan tentang aplikasi
matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
b)
Perintahkan siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah
ditentukan.
c)
Perintahkan siswa untuk menyebar
di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak
tahu jawabannya, Doronglah siswa untuk saling membantu.
d)
Perintahkan untuk kembali ke
tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka
dapatkan.
e)
Gunakan pertanyaan-pertanyaan
arahan sebagai upaya merangsang berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak
satupun siswa bisa menjawab.
f)
Gunakan informasi-informasi yang
diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik
penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan
yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai
variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif pilihan.
(1)
Daftar pertanyaan dapat diganti
dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu
informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan.
(2)
Kegiatan menyebar dapat diganti
dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas.
2)
Prosedur Mengaktifkan Siswa
Belajar Matematika Pada Kegiatan Inti Pembelajaran
Telah dikemukakan di atas
bahwa pendidikan matematika di segala jenjang dimaksudkan untuk membangun
pengetahuan, keterampilan dan sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran
aktif dalam pendidikan matematika dapat berlangsung dalam proses penyelidikan
atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari (aktif) bukan
sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi jika siswa dilibatkan dalam
tugas dan kegiatan yang secara halus mendesak mereka untuk berfikir, bekerja,
dan merasakan.
Berdasarkan pendapat di atas,
upaya yang harus dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika
adalah: (1) mengkondisikan situasi belajar matematika menjadi kegiatan siswa
mengupayakan pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan,
baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa; (2) mendorong
ketertarikan siswa untuk mendapatkan informasi atau menguasai keterampilan
melalui pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan; (3) mendesak
siswa secara halus untuk bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban
pertanyaan, suatu pendapat (gagasan),
atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat menggunakan berbagai
strategi dengan berbagai teknik untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan inti.
Dengan memodifikasi pendapat Silberman (2006:117-206), strategi berikut ini
dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika:
a)
Menstimulir rasa ingin tahu
siswa
Prosedur
(1) Ajukan
pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet) atau yang mempunyai beberapa
kemungkinan jawaban untuk menstimulasi keingintahuan siswa tentang materi yang
akan diajarkan.
Pertanyaan yang disajikan
haruslah merupakan pertanyaan yang menurut guru ada beberapa siswa yang
mengetahui jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat berupa
pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu, definisi, cara kerja
(prosedur).
(2) Doronglah siswa untuk
berfikir, membuat skema atau diagram, dan membuat dugaan umum.
Gunakan frase semisal “ coba
tebak” atau “coba jawab”
(3) Jangan buru-buru memberikan
tanggapan. Tampung semua dugaan siswa. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban
yang sesungguhnya.
Sebagai variasi, buatlah siswa
berpasangan dan membuat dugaan secara kolektif.
(4) Gunakan pertanyaan
itu untuk mengarahkan siswa kepada apa yang hendak diajarkan. Anda perlu
memastikan bahwa siswa lebih menaruh perhatian terhadap pelajaran dibanding
biasanya.
b)
Menstimulir siswa untuk
belajar mandiri
Prosedur
(1) Bagikan kepada siswa
bahan ajar, disertai beberapa pertanyaan/masalah yang terurut dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
(2) Perintahkan siswa
untuk mempelajari bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
(3) Perintahkan siswa
untuk membubuhkan tanda tanya pada materi yang belum mereka pahami. Anjurkan
untuk menyisipkan tanda tanya sebanyak mungkin. Perintahkan siswa untuk
menyusun pertanyaan sebanyak mungkin terkait dengan tanda tanya yang mereka
bubuhkan
(4) Perintahkan siswa
untuk mengemukakan pertanyaan secara tertulis. Beri kesempatan siswa lain untuk
menanggapinya. Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan siswa dibahas.
(5) Berikan penjelasan
sebagai sarana pemantapan dari jawaban atas pertanyaan siswa.
(6) Perintahkan siswa
menyelesaikan masalah dalam bahan ajar secara mandiri atau berpasangan.
(7) Perintahkan siswa
untuk mengemukakan jawaban masalah. Berikan kesempatan siswa lain memberikan
komentar atau mengemukakan kemungkinan jawaban lain.
(8)
Berikan pemantapan jawaban atas
pertanyaaan
Jika
guru merasa bahwa siswa akan mengalami kesulitan mempelajari sendiri bahan
ajar, berikan sejumlah informasi yang mengarahkan mereka.
c) Menstimulir siswa untuk
belajar bersama dalam kelompok.
Prosedur
(1)
Perintahkan siswa secara mandiri
mempelajari bahan ajar
(2) Perintahkan untuk
menuliskan hal yang belum diketahui dalam bentuk pertanyaan.
(3) Perintahkan untuk
membentuk kelompok. Perintahkan masing-masing kelompok memberi nama kelompok
dengan nama dalam matematika, misalnya: kelompok aljabar, kelompok Phytagoras dan
sebagainya.
(4) Diskusikan
pertanyaan-pertanyaan dari masing-masing anggota kelompok.
(5) Berikan tugas
memecahkan masalah, dengan petunjuk yang jelas. misalnya: tuliskan rumus,
gambarkan, buat skema atau diagram yang kamu gunakan untuk menjawab.
(6) Berikan peran pada
anggota kelompok. Misalnya: fasilitator, pencatat, juru bicara, pengatur waktu.
(7) Berikan kesempatan
masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di depan kelas.
(8) Perintahkan siswa
untuk kembali ke posisi semula dan lakukan salah salah satu berikut:
(a)
Membahas materi secara bersama
(b)
Dapatkan pertanyaan dari siswa
(c)
Beri siswa pertanyaan kuis
(d)
Sediakan latihan penerapan atau
kuis bagi siwa untuk menguji pemahaman mereka.
d) Belajar berpasangan
Prosedur:
(1)
Berikan kepada siswa, satu atau
beberapa permasalahan yang memerlukan perenungan dan pemikiran.
(2)
Perintahkan siswa untuk
menyelesaikan masalah secara perseorangan.
(3)
Setelah semua siswa menyelesaikan
masalah, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk berbagi
jawaban satu sama lain.
(4)
Perintahkan pasangan untuk membuat
jawaban baru bagi tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan
(5)
Bila semua pasangan telah
menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan
lain di dalam kelas.
(6)
Perintahkan seluruh siswa untuk
memilih jawaban yang tepat untuk tiap pertanyaan.
Untuk
menghemat waktu, bagilah seluruh siswa dalam 4 kelompok besar berilah nama
kelompok. Berikan permasalahan yang berbeda pada masing-masing kelompok Pada
akhir sesi, perintahkan masing-masing kelompok untuk menyajikan jawaban
terbaiknya. Berikan hadiah pada jawaban terbaik.
e) Turnamen belajar
Prosedur:
(1)
Bagilah siswa menjadi sejumlah tim
beranggotakan 2 hingga 8 siswa. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota yang
sama. Perintahkan untuk memberi nama kelompok masing-masing.
(2)
Berikan bahan ajar kepada tim
untuk dipelajari bersama.
(3) Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan dan
pemahaman terhadap materi yang diberikan. Gunakan format yang memudahkan
penilaian sendiri. Misalnya: pilihan
ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah, menyatakan rumus atau
teorema.
(4) Perintahkan siswa
untuk menjawab secara perseorangan. Pastikan hal ini dilakukan oleh
masing-masing siswa.
(5) Setelah semua siswa
menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan
mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(6) Lakukan diskusi kelas
untuk menentukan jawab pertanyaan.
(7) Perintahkan siswa
untuk menghitung jumlah pertanyaan yang mereka jawab dengan benar, dan mintalah
mereka untuk memberikan skor.
(8)
Perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan anggota tim mereka
untuk mendapatkan skor tim. Umumkan skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau
berilah tepuk tangan pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah
ini sebagai “ronde satu”.
(9)
Perintahkan mereka untuk belajar
lagi untuk ronde ke dua dalam turnamen.
Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi sebagai bagian dari “ronde kedua”. Perintahkan
siswa dengan prosedur seperti ronde satu.
Turnamen
ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde bervariasi dan waktu tiap ronde dapat dilakukan bervariasi, namun
pastikan bahwa setiap ronde siswa menjalani sesi belajar. Dengan kesepakatan
siswa, guru dapat memberikan penalti (hukuman) kepada siswa yang memberikan
jawaban salah dengan pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan memberikan nilai
0 pada siswa yang tidak menjawab.
f)
Menstimulir pembelajaran
antar siswa
Prosedur
(1)
Bentuklah kelompok dengan jumlah kelompok sesuai dengan topik (sub pokok
bahasan) yang akan dipelajari siswa. Topik dipilih yang saling terkait.
(2)
Beri setiap kelompok sejumlah
informasi, konsep, atau keterampilan untuk diajarkan kepada siswa lain.
(3)
Perintahkan setiap kelompok untuk
menyusun cara dalam menyajikan atau mengajarkan topik mereka kepada siswa lain.
Sarankan mereka untuk menghindari cara ceramah atau semacam pembacaan laporan.
Doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman belajar sebagai pengalaman yang aktif
bagi siswa
(4) Kemukakan beberapa
saran berikut ini:
(a)
sediakan media visual
(b)
berikan kesempatan temanmu untuk
membaca materi terlebih dahulu.
(c)
gunakan contoh atau analogi untuk
menyajikan poin-poin pengajaran
(d)
libatkan temanmu dalam diskusi
atau tanya jawab.
(e) berikan kesempatan
pada temanmu untuk bertanya
(f) Berikan waktu yang
cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (baik di dalam maupun di luar
kelas). Kemudian perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran mereka.
Beri tepuk tangan atas usaha mereka.
Sebagai alternatif dari
pengajaran model ini adalah perintahkan siswa untuk mengajarkan atau memberi
bimbingan kepada siswa lain secara individual atau dalam kelompok kecil.
3) Strategi menutup
pembelajaran matematika
Pada kegiatan menutup
pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk:
a)
memberikan kesempatan bagi siswa
merangkum atau membuat ikhtisar dari pelajaran pada hari itu,
b)
memotivasi siswa untuk mempelajari
ulang bahan ajar dan atau menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau
kelompok,
c) memberikan informasi
bahan ajar pertemuan berikutnya,
d) mendapatkan penilaian
dari siswa guna perbaikan proses pembelajaran, dan
e)
memberikan salam penutup.
Cara yang baik untuk membelajarkan membuat ikhtisar bahan ajar adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat ikhtisar dan menyajikan
ikhtisar kepada siswa lain. Strategi berikut dapat digunakan guru:
Prosedur
a)
Jelaskan kepada siswa bahwa bila
guru yang membuat ikhtisar pelajaran, itu bertentangan dengan prinsip belajar
aktif.
b) Bagilah siswa menjadi
kelompok beranggotakan dua hingga 4 orang.
c)
Perintahkan setiap kelompok untuk membuat ikhtisar pelajaran pada hari itu.
Doronglah setiap kelompok untuk membuat uraian singkat guna disampaikan pada
kelompok lain. Gunakan pertanyaan panduan, misalnya:
(1)
Apa judul materi yang baru saja
dipelajari?
(2) Tuliskan definisi
atau rumus yang baru saja dipelajari secara terurut!
(3) Digunakan dalam
masalah apa saja rumus yang baru di pelajari?
3
Pembelajaran Efektif.
Dalam proses belajar mengajar
agar didapatkan suatu hasil yang maksimal maka diperlukan suatu teknik
pembelajaran yang efisien dan afektif sehingga tidak mengahabiskan waktu yang
lama dan bertele-tele yang kadang hasilnya kurang memuaskan, apalagi untuk
siswa didik yang mengikuti program akselerasi yang waktu belajarnya relatif
lebih cepat dibanding dengan siswa didik yang duduk di kelas reguler . Menurut
Daniel Muijs dan David Reynolds (2008 : 65 – 66) Suatu pengajaran klasikal agar
efektif maka harus jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran dengan gaya
ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti sepakat tentang pentingnya
interaksi antara guru dan siswa.
Didalam studinya terhadap
siswa sekolah dasar di Inggris ( Daniel Muijs , 1999) menemukan efek - efek positif dari seringnya menggunkaan
tanya jawab , komunikasi dengan kelas dan menggunakan petanyaan dan pernyataan
tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi untuk pengajaran yang
efektif.
Peneliti – peneliti di Amerika telah menunjukkan pentingnya
interaksi, di dalam penelitian – penelitian mereka sebelum studi – studi yang
dilakukan di eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 ) menemukan penggunaan beragam
pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam penelitian mereka yang
dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970.
Karena pentingnya interaksi
dan tanya jawab sebagai elemen yang paling luas diteliti dalam peneltian
tentang mengajar. Oleh karena itu perlu diketahui dalam tanya jawab yang
efektif dan interaksi yang efektif dalam
pembelajaran.
Tanya jawab dapat digunakan
untuk memeriksa pemahaman siswa untuk memberikan dasar pada pembelajaran siswa,
untuk membantu siswa dalam mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran
mereka, dan membantu siswa mengembangkan sense of mastery ( perasaan menguasai
sesuatu ). Tanya jawab yang efektif dapat
terjadi bila penguasaan diri yang solid tentang strategi – strategi mana yang
paling efektif.
Di dalam pembelajaran yang
mengunakan pembelajaran langsung , berbagai pertanyaan perlu dilontarkan pada
awal pelajaran , ketika topik dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya
jawab efektif tercapai maka seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat
tinggi dan tingkat rendah mencakup produk dan proses serta pertanyaan terbuka
dan tertutup , namun seorang pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak
pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif
dalam pembelajaran langsung bila siswa
menjawab benar diberikan respon positif namun impersonal dan bila
seorang siswa memberikan jaaban yang kurang sepenuhnya benar , maka pengajar poerlu
memberikan prompt kepadanya untuk menemukan jawaban yang benar.
Bentuk interaksi lain yang
efektif dalam pembelajaran adalah diskusi kelas, namun suatu diskusi agar
efektif perlu disiapkan dengan seksama. Pengajar perlu memberikan pedoman yang
jelas kepada siswa tentang apa yang didiskusikan. Selama diskusi siswa perlu
dipastikan untuk tetap pada tugasnya, dan guru perlu menuliskan poin – poin
utama yang muncul selama diskusi. Setelah diskusi poin-poin utama ( produk
diskusi ) ini dapat dirangkum dan siswa diminta untuk meberikan komentar
tentang seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan ( proses diskusi ).
Agar pembelajaran afektif guru
juga harus memastikan bahwa siswa – siswa yang pemalu yang mungkin kurang
aktif untuk diberikan kesempatan dalam
keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.
4
Hasil belajar Matematika.
Penekanan pembelajaran matematika
lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses
ini lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang
paling utama dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk
memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun
sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur ketrampilan
menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution
(1982:12 ) mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar
menambah kepandaiannya.
Sementara itu Nana Sudjana (1995:22
) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan–kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne ( 1977:47-48
) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas
yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif , informasi verbal ,
ketrampilan motorik dan sikap.
Gagne dan Briggs (1978:49-55)
menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut
adalah : (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan
pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan
terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing –
masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi
verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan
jalan mengatur informasi –informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik
adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang
berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan
dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian
terhadap obyek tersebut. Bloom (1976:201-207) membagi hasil belajar menjadi
kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan
dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan-
ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta
pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai.
Kawasan psikomotor adalah kemampuan–kemampuan
menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam
macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis
dari yang paling sederhana sampai kepada
yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali
hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna
atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal – hal
yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi–situasi baru dan nyata, (4)
analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian–bagian sehingga
struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk
memadukan bagian–bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian
adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau
kelompok atau kriteria ekstern atapun yang ditetapkan lebih dahulu.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari
para ahli tersebut diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar
matematika dalam penelitian ini adalah
hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika
yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam menyelesaikan suatu
permasalahan matematika
B Hasil Penelitan yang Relevan.
Sudah cukup
banyak penelitian yang membahas tentang prestasi belajar matematika di SMA
namun masih sedikit peneliti yang meneliti berkaitan dengan materi matematika
pada suatu pokok bahasan. Sepengetahuan
peneliti belum ada peneliti yang meneliti tentang penggunaan strategi
pembelajaran aktif untuk meningkatkan
efektifitas pembelajaran materi logaritma pada kelas program akselerasi.
C
Kerangka Pemikiran.
Dengan
menerapkan strategi pembelajaran aktif maka seorang siswa akan selalu terlibat
secara langsung dalam pembelajaran , sehingga dengan keterlibatan ini materi
yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus
dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by
doing yang menytakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa
tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak
dari pemikiran bahwa membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan
siswa menerima konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah
membawa siswa aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif
untuk menyampaiakan suatu materi ajar.
Secara grafis pemikiran yang dilakukan
oleh peneliti dapat digambarkan dengan bentuk diagram sebagai berikut :
Gambar 1
Diagram kerangka berfikir
D
Hipotesis Tindakan
Dari uraian pada kajian teori
yang telah dipaparkan maka dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut: ” Melalui
strategi pembelajaran aktif dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran materi logaritma bagi siswa kelas X
program akselerasi di SMA Negeri 1
Surakarta tahun pelajaran 2008 – 2009 ”
No comments:
Post a Comment