Monday, January 19, 2015

“Distribusi-T, Distribusi-F, dan Uji Asumsi Klasik“

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Disadari atau tidak,statistika telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah menggunakan statistika dalam nenilai hasil pembangunan di masa lalu dan juga untuk membuat rencana di masa akan datang. Pemimpin mengambil manfaat dari kegunaan statistika untuk melakukan tindakan-tindakan yang perlu  dalam menjalankan tugasnya.
Salah satu pembahasan yang ada dalam statistika yaitu distribusi data. Sama halnya dengan statistika, distribusi data juga sangan berguna bagi kehidupan kita. Semua jurusan mempelajari mata kuliah ini. Distribusi ini merupakan pengumpulan data atau keterangan ,pengolahan dan penarikan kesimpulan. Hal ini harus dilakukan dengan baik,cermat,teliti,hati-hati,mengikuti cara dan teori-teori yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
Distribusi sampel  T di dapat  dari anggapan bahwa sampel acak berasal dari populasi normal. Sedangkan distribusi F didefinisikan sebagai nisbah dua peubah acak khi-kuadrat yang bebas, masing – masing dibagi dengan derajat kebebasannya. Persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS) yang sering disebut dengan uji asumsi klasik.

1.2.Rumusan Masalah
a.       Apa Pengertian Distribusi T, F, dan Uji Asumsi Klasik ?
b.      Bagaimana Penerapan Distribusi  T, F, dan Uji Asumsi Klasik ?

1.3.Tujuan Penulisan
a.       Agar mengetahui apa pengertian Distribusi T, F, dan Uji Asumsi Klasik.
b.      Agar mengetahui bagaimana Penerapan Distribusi T, F, dan Uji Asumsi Klasik.




BAB II PEMBAHASAN
2.1.DISTRIBUSI T – STUDENT  ( DISTRIBUSI T )
Untuk sampel nukuran n  3, taksiran  dapat diperoleh dengan menghitung nilai S2. Bila n  30, maka S2 memberikan taksiran  yang baik dan tidak berubah dan distribusi statistik  masih secara hampiran, berdistribusi sama dengan peubah normal baku z.
Bila ukuran sampel  ( n < 30 ), nilai S2 berubah cukup besar  dari sampel ke sampel dan distribusi peubah acak   tidak lagi distribusi normal baku.

Dalam hal ini didapatkan distribusi statistik yang disebut T



Distribusi sampel  T di dapat  dari anggapan bahwa sampel acak berasal dari populasi normal.
Dengan ,
Berdistribusi normal baku,dan

Misalkan Z peubah acak normal baku dan V peubah acak khi-kuadrat dengan derajat kebebasan v. Bila z dan v bebas, maka distribusi peubah acak T, bila


Diberikan oleh,

 




Ini di kenal dengan nama distribusi t dengan derajat kebebasan v.
0
α
Distribusi Z dan T berbeda karena variansi T bergantung pada ukuran sampel n dan variansi ini selalu lebih besar dari 1. Hanya bila ukuran sampel  kedua distribusi menjadi sama. Pada gambar dibawah diperlihatkan hubungan antara distribusi normal baku ( ) dan distribusi t untuk derajat kebebasan 2 dan 5.







Karena distribusi t setangkup terhadap rataan nol, maka ;
 yaitu, nilai t yang luas sebelah kanannya , atau luas sebelah kirinya , sama dengan minus nilai t yang luas bagian kanannya .
Panjang selang nilai t yang dapat diterima tergantung pada bagaimana pentingnya . Bila  ingin ditaksir dengan ketelitian yang tinggi, sebaiknya digunakan selang yang lebih pendek seperti  sampai .
   Contoh soal
1.    Suatu pabrik bola lampu yakin bahwa bola lampunya akan tahan menyala rata – rata selama 500 jam. Untuk mempertahankan nilai tersebut, tiap bulan diuji 25 bola lampu. Bila  nilai t yang dihitung terletak antara  dan  maka pengusahan pabrik tadi akan mempertahankan kenyakinannya. Kesimpulan apa yang seharusnya dia ambil dari sampel dengan rataan = 518 jam dan simpangan baku s = 40 jam? Anggap bahwa distribusi waktu menyala, secara hampiran, noramal.
Jawab :
Dari tabel 5 diperoleh  = 1,711 untuk derajat kebebasan 24. Jadi pengusaha tadi akan puas dengan keyakinananya bila sampel 25 bola lampu memberikan nilai t antara -1,711 dan 1,711. Bila memang  = 500, maka
Suatu nilai yang cukup jauh di atas 1,711. Peluang mendapat nilai t, dengan derajat kebebasan v = 24, sama atau lebih besar dari 2,25, secara hampiran adalah 0,02. Bila , nilai t yang di hitung dari sampel akan lebih wajar. Jadi pengusaha tali kemungkinan besar akan menyimpilkan bahwa produksinya lebih nbaik daripada yang diduganya semula.

2.2.DISTRIBUSI-F
Statistik F didefinisikan sebagai nisbah dua peubah acak khi-kuadrat yang bebas, masing – masing dibagi dengan derajat kebebasannya.

Misalkan U dan V dua peubah acak bebas masing – masing berdistribusi khi-kuadrat dengan derajat kebebasan . Maka distribusi peubah acak :


Diberikan oleh

          = 0                                 ,           0 < f < ∞ , untuk f lainnya
 





ini dikenal dengan nama distribusi F dengan derajat kebebasan  dan
Kurva distribusi F tidak hanya tergantung pada kedua parameter   dan   tapi juga pada urutan keduanya ditulis.begitu kedua bilangan itu ditentukan maka kurvanya menjadi tertentu. Dibawah ini adalah kurva khas distribusi F
6 dan 24 d. k
6 dan 10 d. k
0
Gambar 1
 








Di bawah ini gambar kurva nilai tabel distribusi F
0
Gambar 2
 








Lambang   nilai  f  tertentu peubah acak F sehingga disebelah kanannya terdapat luas sebesar . Ini digambarkan dengan daerah  yang dihitami pada gambar 2. Pada tabel  memberikan nilai  hanya untuk  dan  untuk berbagai pasangan derajat kebebasan  dan  Jadi, nilai f untuk derajat kebebasan 6 dan 10 , sehingga luas daerah sebelah kanannya 0,05 adalah .
Tulislah  untuk  dengan derajat kebebasan  dan , maka

 



Bila  dan  variansi sampel acak ukuran  dan  yang diambil dari dua populasi normal, masing-masing dengan variansi  dan , maka

 



Berdistribusi F dengan derajat kebebasan  dan
   Contoh :
Tentukan nilai dari F 0,05 (12,20)
Penyelesaian  :
Diketahui :
 p = 0,05
 ,
Ditanya : F = . . . . ?
Jawab :
F 0,05 (12,20) = 2,28
P = 1 – 0,05 = 0,95
F 0,95 (20,12) =
Jadi nilai F 0,05 (12,20) adalah 0,04

2.3.Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Demikian juga tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linear, misalnya uji multikolinearitas tidak dapat dipergunakan pada analisis regresi linear sederhana dan uji autokorelasi tidak perlu diterapkan pada data cross sectional.
Uji asumsi klasik juga tidak perlu dilakukan untuk analisis regresi linear yang bertujuan untuk menghitung nilai pada variabel tertentu. Misalnya nilai return saham yang dihitung dengan market model, atau market adjusted model. Perhitungan nilai return yang diharapkan dilakukan dengan persamaan regresi, tetapi tidak perlu diuji asumsi klasik.
Setidaknya ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi. Analisis dapat dilakukan tergantung pada data yang ada. Sebagai contoh, dilakukan analisis terhadap semua uji asumsi klasik, lalu dilihat mana yang tidak memenuhi persyaratan. Kemudian dilakukan perbaikan pada uji tersebut, dan setelah memenuhi persyaratan, dilakukan pengujian pada uji yang lain.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian.
Pengertian normal secara sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang bodoh sekali dan pandai sekali jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar berada pada kategori sedang atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh semua maka tidak normal, atau sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas banyak yang pandai maka kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas unggulan. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan metode grafik.
Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data, melakukan trimming data outliers atau menambah data observasi. Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural, akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau menyebar ke samping kanan dan kiri.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi (keterkaitan) yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Sebagai ilustrasi, adalah model regresi dengan variabel bebasnya motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja dengan variabel terikatnya adalah kinerja. Logika sederhananya adalah bahwa model tersebut untuk mencari pengaruh antara motivasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja. Jadi tidak boleh ada korelasi yang tinggi antara motivasi dengan kepemimpinan, motivasi dengan kepuasan kerja atau antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja.
Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF), korelasi pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan condition index (CI).
Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:
1.      Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi.
2.      Menambah jumlah observasi.
3.      Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.
4.      Dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang masih jarang sekali digunakan.
Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas, kita dapat menggunakan nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor), dengan rumus sebagai berikut,
VIF = 1/(1-r_12^2 )m Tolerance = 1/VIF = (1-r_12^2)
Pengujian multikolinearitas diketahui dari nilai VIF setiap prediktor. Jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka dapat kita katakan bahwa data kita terbebas dari persoalan multikolinearitas.
3.      Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.
Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.
Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar. Data tingkat inflasi pada bulan tertentu, katakanlah bulan Februari, akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi bulan Januari. Berarti terdapat gangguan autokorelasi pada model tersebut. Contoh lain, pengeluaran rutin dalam suatu rumah tangga. Ketika pada bulan Januari suatu keluarga mengeluarkan belanja bulanan yang relatif tinggi, maka tanpa ada pengaruh dari apapun, pengeluaran pada bulan Februari akan rendah.
Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.
Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson, uji dengan Run Test dan jika data observasi di atas 100 data sebaiknya menggunakan uji Lagrange Multiplier. Beberapa cara untuk menanggulangi masalah autokorelasi adalah dengan mentransformasikan data atau bisa juga dengan mengubah model regresi ke dalam bentuk persamaan beda umum (generalized difference equation). Selain itu juga dapat dilakukan dengan memasukkan variabel lag dari variabel terikatnya menjadi salah satu variabel bebas, sehingga data observasi menjadi berkurang 1.
5.      Uji Linearitas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas.
Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier.
















BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan

Salah satu pembahasan yang ada dalam statistika yaitu distribusi data. Sama halnya dengan statistika, distribusi data juga sangan berguna bagi kehidupan kita. Bila ukuran sampel  ( n < 30 ), nilai S2 berubah cukup besar  dari sampel ke sampel dan distribusi peubah acak   tidak lagi distribusi normal baku. Dalam hal ini didapatkan distribusi statistik yang disebut T




Distribusi sampel  T di dapat  dari anggapan bahwa sampel acak berasal dari populasi normal. Sedangkan Statistik F didefinisikan sebagai nisbah dua peubah acak khi-kuadrat yang bebas, masing – masing dibagi dengan derajat kebebasannya. Misalkan U dan V dua peubah acak bebas masing – masing berdistribusi khi-kuadrat dengan derajat kebebasan . Maka distribusi peubah acak :


Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Jadi analisis regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak memerlukan persyaratan asumsi klasik, misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. Ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokorelasi dan uji linearitas.







DAFTAR PUSTAKA

Budiyono . 2004 . STATISTIK UNTUK PENELITIAN . Surakarta : Sebelas Maret Univercity.
Sudjana . 1992 . METODA STATISTIKA . Bandung : Tarsito Bandung















No comments: