A.
Teliti
1)
Konsep Tentang Teliti
Teliti adalah
cermat atau seksama, berhati-hati, penuh perhitungan
dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam
melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat dibutuhkan dalam mencapai hasil
yang maksimal. Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk bersikap teliti
dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya yang bekerja dengan
tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan kegagalan dalam mencapai
suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ
سَأُرِيكُمْ آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya: Manusia
telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu
tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya
dengan segera. (Qs. Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu
bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah bekerja yang tergesa-gesa. Rasulullah
SAW bersabda:
اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
وَالتَّأَنِّيْ مِنَ اللهِ
Artinya: Tergesa-gesa
itu berasal dari syetan dan berhati-hati dari Allah. (H.R. Tirmidzi).
Sifat teliti
juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya ketika menyikapi perlakuan kasar
orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam yang ada di Mekah, sementara nabi
telah hijrah ke Madinah. Ketika itu para sahabat meminta nabi agar segera
berperang melawan kezaliman kafir Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa.
Untuk beberapa saat ia menunggu petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia
bicarakan dengan para sahabatnya tentang strategi apa yang dilakukan.
Berkat
ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para sahabat, perang Badar yang tidak
seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan 1000 tentara kafir Quraisy)
akhirnya dimenangkan umat Islam. Dengan demikian, berupayalah dengan kerja
keras, tekun, ulet, dan teliti sehingga hasil yang kita peroleh mengalami
peningkatan dan akan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
Pahami dan
perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ
أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ
وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ (رواه الحاكم(
Artinya: Barangsiapa
amal usahanya lebih baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang
beruntung; jika amal usahanya sama dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang
yang rugi; dan jika amal usahanya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia
termasuk orang yang terlaknat. (H.R. al-Hakim).
2)
Hikmah Teliti
Di antara
hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
a.
Bekerja penuh dengan keyakinan
b.
Memperoleh hasil yang memuaskan
c.
Menghindari kesalahan dan kekeliriun
dalam melakukan pekerjaan
d.
Hasil usaha dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional
e.
Memudahkan untuk memperoleh
kesuksesan
f.
Terhindar dari penyeselan akibat
dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan
B. Tekun
1) Konsep tentang
Tekun
Tekun artinya
berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguh-sungguh dan
terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan, dan
rintangan. Sifat tekun ini diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan
tidak kendur walaupun banyak rintangan yang menghadang. Sebagai seorang
pelajar, harus tekun dalam belajar. Ketekunan itu bisa diwujudkan dalam bentuk
belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus. contohnya belajar setiap
malam, bukan belajar hanya ketika dekat waktu ujian. Begitu juga dalam
beribadah, kita harus senantiasa berzikir kepada Allah baik dalam keadaan
sempit maupun ketika lapang. Jika sifat tekun telah menjadi bagian diri kita,
maka kita akan terampil dan mampuni dalam bidang yang kita tekuni. Sebagai
seorang mukmin, kita harus menekuni bidang kita masing-masing. Hal ini tersirat
dalam surat al-Isra’/17 ayat 84.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى
شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلاً
Artinya: Katakanlah:
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian
sifat tekun menjadi salah satu modal untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai
bidang sebagaimana yang dicita-citakan. Hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW dalam mensyi’arkan agama Islam. Ia melakukan dakwah secara terus-menerus
kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia
juga melakukan pembinaan yang kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk
mempelajari al-Qur’an dan siap berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka
dengan cara yang santun dan baik. Dengan kerja keras dan ketekunan mereka,
Islam telah berjaya di jazirah Arab ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah
tanpa adanya paksaan.
Semua manusia
yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu
pun manusia ahir di dunia ini dalam
keadaan pandai atau pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu
dan tahun, akal dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan Allah.
Alla berfirman:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini
dapat pula dilihat dari berbagai kisah orang-orang terdahulu yang shaleh lagi
sukses dalam menjalani kehidupannya. Salah satu di antaranya adalah seorang
ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar. Awalnya dia adalah seorang anak yang
merasa bodoh. Ia sulit menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu
ketika ia melihat batu kecil yang terletak di tepi sungai. Ia mengamati batu
kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air menetas dari atas dan jatuh tepat di
lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar ternyata batu yang keras itu bisa
berlobang hanya karena air yang secara terus menerus menetes, walaupun hanya
setetes demi setetes. Kemudian, beliau berpikir, meskipun ia merasa bodoh,
tetapi jika belajar dengan tekun, terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar.
Akhirnya ia belajar lebih tekun lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka.
Karena ketekunannya dalam belajar terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai
itu, maka ia pun diberi nama Ibn Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak
kisah sukses yang dialami oleh orang-orang ternama akibat ketekunannya dalam
meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin, tekunlah dalam
berusaha baik untuk urusan duniawi terutama dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya
usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang
lebih baik akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan pahamilah firman Allah di
bawah ini:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا
بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: ...
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-Ra’du/13: 11)
2) Hikmah Tekun
Di antara
hikmah tekun adalah sebagai berikut:
a.
Menghasilkan apa yang diusahakan
b.
Selalu berusaha agar berhasil
c.
Melatih diri untuk siap menghadapi
berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan ini.
d.
Membentuk pribadi yang dinamis dan
kreatif dalam berkarya.
e.
Bersyukur jika usahanya berhasil
f.
Memperoleh pahala karena bersikap
tekun itu melaksanakan ajaran Islam
No comments:
Post a Comment