Nama Anggota Kelompok :
1. Irma Safitri
(130420041)
2. Cut Nurmalisa
(130420084)
3. Fitriyanti
(130420085)
4. Nurul Hakim ( )
AQIDAH DAN RUANG
LINGKUPNYA
A.
Pengertian Aqidah
Etimologi
Dalam bahasa Arab akidah berasal
dari kata al-’aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu
(التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
(اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.
Terminologi
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi
orang yang meyakininya.
Lisaanul ‘Arab (IX/311:عقد) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu’jamul Wasiith
(II/614:عقد), akidah Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan
kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang
pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang
menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima
keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan
yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah.
Jadi dapat disimpulkan akidah
adalah ilmu yang membahas tentang keyakinan terhadap Allah, para rasul,
malaikat-malaikat, kitab-kitab Allah, hari akhir, dan keyakinan terhadap qadha
dan qadar.
B.
Pembagian Aqidah
Walaupun masalah qadha’ dan qadar
menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah
membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka
itu senantiasa rnenempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut
mereka qadha’ dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka
masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut
pembagian ulama:
Pertama: Tauhid Al-Uluhiyyah,
ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan
karenaNya semata.
Kedua: Tauhid Ar-Rububiyyah, ialah
meng Esakan Allah dalam perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya
Allah yang Mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
Ketiga: Tauhid Al-Asma’ was-Sifat,
ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifatNya. Artinya mengimani bahwa tidak
ada makhluk yang serupa dengan Allah SWT dalam dzat, asma maupun sifat.
C.
Ruang Lingkup Akidah
Menurut
sistematika Hasan Al-Banna maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi :
1.
Ilahiyat, yaitu
pembahasan tentang segala susuatu yang berhubungan dengan Tuhan (Allah),
seperti wujud Allah, nama Allah, sifat Allah, Perbuatan Allah dll.
Bila Anda melihat mobil bergerak di
depan Anda dari jauh, atau menyaksikan pesawat terbang melintas di udara, maka
dengan yakin Anda mengatakan bahwa pasti ada sopir yang menyetir mobil dan ada
pilot yang mengendalikan pesawat meskipun Anda tidak melihat mereka berdua.
Karena jika yang mengendalikan mobil atau pesawat itu tidak ada, mustahil mobil
atau pesawat itu dapat melalui rutenya dengan selamat.
Dari contoh di atas kita kaitkan
dengan wujud Allah, kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak
teratur, malam dan siang berganti dengan keteraturan yang amat detil.
Mungkinkah mereka ada dan bergerak sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya
telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt. Jika Allah tidak ada mustahil matahari, bulan, bintang-bintang,
planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan dengan pergerakannya yang
amat teratur. Dengan demikian pula tidak akan ada makhluk yang sangat
tergantung dengan mereka semua.
2. Nubuwat, yaitu
pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk
pembahasan mengenai kitab-kitab Allah,
mukjizat rasul dll.
Nabi
adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan membawa syariat untuk
diamalkan dan tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul adalah
manusia yang diberikan wahyu kepadanya untuk diamalkan dan diperintahkan untuk
menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi akan tetapi tidak setiap nabi adalah
rasul. Muhamaad saw adalah nabi dan rasul, firman Allah swt dalam QS Al Ahzab
40: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
Didalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban didalam shahihnya dari Abu
Dzar al Ghifary berkata, ”Aku bertanya kepada Rasulullah saw berapakah jumlah
para nabi?” beliau bersabda: ”124.000.” Lalu aku bertanya berapa jumlah para
rasul?” Maka beliau bersabda: ”313.” Namun demikian hadits ini tidaklah
mutawatir sehingga menjadi tidak shohih, yang akhirnya akan menimbulkan dugaan2
yang tidak berdasar selain dari perkiraan2 saja.
Masih
banyak pendapat tentang hal ini dan tidak perlu disebutkan karena kita tidaklah
dibebankan kecuali hanya sebatas mengetahui para rasul yang disebutkan didalam
Al Qur’an al Karim yang berjumlah 25 orang, yang kebanyakan mereka disebutkan
didalam firman Allah surat al An’am ayat 83 – 86 :Dan Itulah hujjah Kami yang
Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang
Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. kepada
keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu
juga telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya Nuh; yaitu
Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas.
semuanya Termasuk orang-orang yang shaleh. Dan Ismail, Ilyasa', Yunus dan Luth.
masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat di masanya.
Daftar kitab
Allah SWT beserta Rasul penerima wahyunya :
1. Kitab Taurat
diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani
2. Kitab Zabur
diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti
3. Kitab Injil
diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani
4. Kitab Al-Quran
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab
3.
Ruhaniyat, yaitu tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dll
Metafisika
adalah studi keberadaan atau realitas. Cabang utama
metafisika adalah ontologi, studi mengenai
kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli
metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai
dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam
menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran
metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam
ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut
bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
4.
Sam'iyyat, yaitu
pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'i, yakni
dalil Naqli berupa Al-quran dan as-Sunnah seperti alam barzah, akhirat dan Azab
Kubur, tanda-tanda kiamat, Surga-Neraka dsb.
Mengikut
pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau
mengatakan: “Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan
hadis-hadis Rasulullah Saw. bahwa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala
petanda-petanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku
dipermukaan bumi ini. Keadaan itu akan disudahi dengan kematian Nabi Isa
alaihissalam (setelah belian turun dari langit). Kemudian terbitnya matahari
dari tempat tenggelamnya adalah permulaan tanda-tanda qiamat yang besar yang
akan merusakkan sistem alam cakrawala yang mana kejadian ini akan disudahi
dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu. Barangkali keluarnya
binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari pada waktu
itu terbit dari tempat tenggelamnya”.
Pembahasan Aqidah
juga dapat mengikuti Arkanul iman yaitu :
1. Kepercayaan akan
adanya Allah dan segala sifat-sifatNya
2. Kepercayaan
kepada Malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk rohani lainnya seperti
Jin, iblis dan Setan)
3. Kepercayaan
kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada rasul
4. Kepercayaan
kepada Nabi dan Rasul
5. Kepercayaan
kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat itu
6. Kepercayaan
kepada takdir (qadha dan qadar) Allah.
D.
Perbedaan Ilmu Aqidah, Ilmu Tauhid dan Ilmu
Kalam.
Ilmu
Aqidah adalah ilmu yang membahas tentang keyakinan terhadap Allah, para Rasul,
Malaikat-malaikat, Kitab-kitab Allah, Hari Akhir dan keyakinan terhadap Qadha
dan Qadar.
Ilmu
Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang kepercayaan dan keyakinan akan sifat
wahdah (esa) bagi Allah dengan berpegang kepada ajaran yang dibawakan oleh para
Rasul-Nya.
Sedangkan
Ilmu Kalam merupakan usaha pemahaman mengenai aqidah islam yang terkandung
dalam dalil naqli (Alquran dan Hadist) dengan tujuan untuk menetapkan,
menjelaskan, atau membela aqidah islam melalui berpikir rasional.
E.
Aliran-aliran Ilmu Kalam
1. Aliran
Syi’ah
Syi’ah dilihat
dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai atau
kelompok, sedangkan secara terminology adalah sebagian kaum
muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada
keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait. Poin
penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu
bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk
keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para
pengikutnya.
2. Aliran
Qadariyah
Qadariyah berasal
dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Adapun
menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan. Aliran berpendapat bahwa
tiap-tiap orang adalah pencipta baagi segala mperbuatannyan; ia dapat berbuat
sesuatu atau meninggalkan atas kehendaknya sendiri. Dalam hal ini, Harun
Nasution menegaskqan bahwa kaum qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qudrahatau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan
berasdal dari pengewrtian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan.
3. Aliran
Jabariyah
Nama Jabriyah Berasal dri kata jabara
yang mengandung arti Memaksa. sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa jabariyah
berarti menghilangkan perbuatan dri hamba secara hakikat dan menyandarkan
perbuatan tersebut kepada Allah SWT. dalam istilah Inggris paham jabariyah
disebut fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa
perbuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar
Tuhan. dengan demikian posisi manusia dalam paham ini tidak memiliki
kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan.
oleh karena itu aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. manusia dalam
paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan
terpaksa.
4. Aliran
Mur’jiah
Nama Murji'ah
diambil dari kata irja atauarja'a yang bermakna
penundaan, penangguhan. dan Pengharapan. Kata arja'a
mengandung Pula arti memberi harapan, yakni memberi harapan kepada
pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Selain
itu, arja'a berarti pula meletakkan di belakang atau
mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena
itu Murji’ah, artinya orang yang menunda penjelasan kedudukan
seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya
masing-masing, ke hari kiamat kelak.
5. Aliran
Khawarij
Khawarij berarti
orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini menganggap
diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk
berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena persoalan
politik, tetapi dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara
masalah teologis. Alasan mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan
Ali adalh ketidak setujuan mereka terhadap arbitrasi atau tahkim yang
dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah.
6. Aliran
Muktazilah
Aliran ini muncul
sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah
mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat
ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama
terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil
mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin
dan kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir
7. Ahlussunah
Waljama’ah
Adapun
ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni)
dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam
pengertian umum adalah lawan kelompok syiah. Dalam pengertian
ini, Mu’tazilah-sebagaimana jugaAsy’ariayah-masul dalam
barisan sunni. Sunni dalam pengertian khusus
adalah mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan
merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term Ahlussunah banyak dipakai setalah
munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah
8. Aliran
Maturidiyah
Aliran
Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Ia dilahirkan di Maturid,
sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk
daerah Uzbekistan).
Al-Maturidy mendasarkan
pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran Imam Abu
Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-Akbar dan Al-fiqh Al-Absath
dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut.
Al-Maturidy meninggalkan karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam
lapangan ilmu tauhid.
9. Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap
paham Muktazillah yang dianggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam.
Dinamakan aliran Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu
Hasan al-Asy’ari. Dan nama aslinya adalah Abu al-hasan ‘Ali bin Ismail
al-Asy’ari, dilahirkan dikota Basrah (Irak) pada tahun 260 H/873 M dan wafat
pada tahun 324 H/ 935 M, keturunan Abu Musa al-Asy’ari seorang sahabat dan
perantara dalam sengketa antara Ali r.a. dan Mu’awiyah r.a.
LKS Akidah Akhlak
MA kelas 2 Semester 1
No comments:
Post a Comment