Monday, April 14, 2014

Jurnal Fisika



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA KELAS X SMA I PEUSANGAN SELATAN
PADA KONSEP KALOR




Abstrak
Keberhasilan pembelajaran fisika disekolah dapat diamati dari keterampilan proses sains siswa disekolah. Kenyataan yang ada pada saat ini, secara kualitas kondisi keterampilan proses sains SMA masih belum mencapai target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh siswa itu sendiri yang memang kemampuannya rendah ataupun metode mengajar guru yang kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan melalui penerapan model pembelajaran Generatif. Model pembelajaran Generatif adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan  baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan yang berjumlah 15 orang. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah RPP. LKS, tes, lembar observasi dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan keterampilan proses sains siswa, hal ini terbukti dari hasil tes keterampilan proses sains siswa pada siklus pertama memperoleh persentase 80,00% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 86,67% dan tergolong dalam ketegori baik. Serta adanya peningkatan kemampuan siswa dalam bekerjasama dan diskusi kelompok saat proses pembelajaran. Aktivitas guru siklus I persentase yang diperoleh 80,75% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 89,72% dengan persentase rata-rata sebesar 85,24%. Sedangkan aktivitas siswa persentase yang diperoleh 77,31% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 87,96% dengan persentase rata-rata sebesar 82,64%. Selain itu setelah semua kegiatan pembelajaran dilakukan, penggunaan model pembelajaran generatif pada materi kalor ternyata mendapat respon positif dari siswa. Secara umum respon tergolong baik dengan persentase 88,50%.

Kata Kunci:    Model pembelajaran generatif, Keterampilan Proses Sains



I.            Pendahuluan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, melainkan juga oleh timbulnya metode ilmuan. Perkembangan kedua hal ini senantiasa bersama, satu dengan yang lain saling mempengaruhi. IPA merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peran cukup besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan IPA, mulai dari Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Di tingkat Sekolah Menengah pembenahan untuk memperbaiki mutu pendidikan (khususnya IPA) banyak dilakukan melalui pembenahan kurikulum dan penyediaan alat-alat praktikum. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang melandasi teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam.
Dalam setiap proses pembelajaran diharapkan guru mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa, guru dapat melakukannya dengan cara mempersiapkan diri semaksimal mungkin sebelum mengajar, menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inofatif dalam setiap proses pembelajaran, menyesuaikan antara model dengan materi yang akan dipelajari dan menguasai materi yang akan diajarkan. Sehingga, diharapkan nantinya siswa akan aktif dalam kegiatan belajarnya, berani bertanya, bertanggung jawab akan tugasnya serta mampu untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada dirinya dan nantinya siswa akan memberikan respon yang baik terhadap pelajaran khususnya fisika.
Hasil wawancara penulis dengan salah satu guru bidang studi fisika di SMA Negeri I Peusangan Selatan ditemukan pembelajaran fisika masih diajarkan dengan pendekatan konvensional dan metode ceramah. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa terkesan hanya sebagai penonton saja. Guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, karena guru tidak mempunyai kemampuan dalam menerapkan model-model pembelajaran yang bisa membuat suasana belajar yang berpusat pada siswa. Selama ini siswa dalam belajar hanya memperhatikan guru saja dalam penerapan pelajaran fisika pada konsep kalor. Siswa tidak mau berfikir, duduk terpaku, menonton, melamun, kadang-kadang terlihat banyak siswa yang asyik saja berbicara  sesamanya.
Karena keadaan seperti ini membuat siswa tidak mampu memahami pelajaran fisika, ini terlihat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru baik soal latihan di kelas maupun soal PR yang harus dikerjakan dirumah. Begitu juga pada setiap ujian, baik ujian harian, ujian blok, bahkan ujian semester tidak bisa menyelesaikan soal-soal dengan baik. Sehingga nilai yang diperoleh oleh siswa belum seperti yang diharapkan. Ini terlihat nilainya banyak yang rendah pada setiap ujian. Bahkan ada juga siswa yang nilai rapornya masih tertera nilai pelajaran fisika sangat rendah. Karena itulah banyak siswa manganggap pelajaran fisika sangat sulit untuk dipelajari, sehingga siswa tidak suka mempelajari fisika.
Untuk menanggulangi permasalahan yang siswa hadapi tersebut menurut penulis dapat diterapkan suatu model pembelajaran yang aktif dan kreatif salah satunya yaitu model pembelajaran generatif dimana model Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan  baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian dengan 3  tujuan :
1.        Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor melalui penerapan model pembelajaran generative. 
2.        Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran generatif pada materi kalor.
3.        Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran generatif di kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan.

II.         Landasan Teoritis
2.1.Pembelajaran Generatif
Pembelajaran Generatif (PG) merupakan terjemah dari Generatif Learning (GL). Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan  baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya.
Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang. Menurut Sutarman dan Swasono (dalam Wena 2008:177) Pembelajaran generatif (generatif learning model) pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove. Pembelajaran generatif terdiri atas empat tahap, yaitu:
1.        Eksplorasi
2.        Pemfokusan
3.        Tantangan
4.    Penerapan









Tabel 2.1 Penerapan Model Pembelajaran Generatif di Kelas
No
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
2
3
4
1
Pendahuluan
Memberikan aktivitas melalui demonstrasi/ contoh-contoh yang dapat meransang siswa untuk melakukan eksplorasi.
Mengeksplorasi pengetahuan, idea atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran ditingkat kelas sebelumnya.
Mendorong dan  meransang siswa untuk mengemukakan ide/ pendapat serta merumuskan hipotesis.
Mengutarakan ide-ide dan merumuskan hipotesis.

Membimbing siswa untuk mengklasifikasi pendapat.
Melakukan klasifikasi pendapat/ ide-ide yang telah ada.
2.
Pemfokusan
Membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetapkan konteks permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan pengujian.
Menetapakan konteks permasalahan, memahami, mencermati permasalahan sehingga siswa menjadi familier terhadap bahan yang digunakan untuk mengeksplorasi konsep.
Membimbing siswa melakukan proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan) sesuatu.
Melakukan pengujian, berfikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan konsep.
 Memutuskan dan menggambarkan apa yang ia ketahui tentang kejadian.
Mengklarifikasi ide ide kedalam konsep.
Menginterpretasi respon siswa.
Menginterpretasi dan menguraikan ide siswa.
Mempresentasikan ide kedalam kelompok dan juga forum kelas melalui diskusi.

3.
Tantangan
Mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
Menjamin semua ide siswa dipertimbangkan.
Membuka diskusi.
Mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
Memberi pertimbangan ide kepada (a) siswa yang lain (b) semua siswa dalam kelas.
Menunjukkan bukti ide ilmuwan (scientist view)

Menguji validitas ide/ pendapat dengan mencari bukti.
Membandingkan ide ilmuan dengan ide kelas (class’s view)




1
2
3
4
4.
Aplikasi
Membimbing siswa merumuskan permasalahan yang sangat sederhana. Membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Membimbing siswa agar mampu menggambarkan secara verbal penyelesaian problem.
Ikut terlibat dalam merangsang dan berkonstribusi kedalam diskusi untuk menyelesaikan permasalahan.
Menyelesaikan problem praktis dengan menggunakan konsep dalam situasi yang baru.
Menerapkan konsep yang baru dipelajari dalam berbagai kontseks yang berbeda.
Mempresentasikan penyelesaian masalah dihadapan teman.
Diskusi dan debat tentang penyeeasian masalah, menkritisi dan menilai penyeleasian masalah. Menarik kesimpulan akhir.
Sumber: Wena (2008:181)


2.2.Keterampilan Proses Sains
Depdinkas (dalam Dimyati dan Mujiono, 2009:139) menjelaskan bahwa pendekatan keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Jadi Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki (Dahar dalam Nuh, 2010).
Penguasaan keterampilan proses dapat diukur dengan tes penampilan. Tes penampilan (performance assesment) dapat diobservasi, jawabannya dapat secara tertulis atau lisan. Dalam tes penampilan dapat diketahui keterampilan dan cara berpikir responden atau siswa. Tes penampilan masih sangat jarang dilakukan (Ramli, 2011). Menurut Nuh (dalam Ramli, 2011) hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru dalam mengajar.
Adapun mengenai KPS dan indikatornya menurut Indrawati (dalam Nuh, 2010) adalah sebagai berikut:


Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya
KPS 
Indikator
1
2
Melakukan pengamatan (observasi) 
·      Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda
·      Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa
1
2

·      Membaca alat ukur
·      Mencocokan gambar dengan uraian tulisan / benda
Menafsirkan pengamatan (interpretasi) 
·       Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan
·       Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis
Mengelompokkan (klasifikasi)
·      Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar penggolongan. 
Meramalkan (prediksi) 
·      Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/ pola yang sudah ada.
Berkomunikasi
·      Mengutarakan suatu gagasan
·      Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian
·      Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat. 
Berhipotesis  
·      Hipotesis merupakan dugaan sementara tentang pengaruh variabel amnipulasi terhadp vriabel respon. Hipotesis menyatakan penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen.
Merencanakan percobaan/ penyelidikan 
·      Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel terikat dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan penelitian.
Menerapkan sub konsep/ prinsip
·      Menggunakan subkonsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, menggunakan subkonsep pada pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang sedang terjadi.  
Sumber: Indrawati (dalam Nuh, 2010)



III.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan tanpa menggunakan analisis statistik, karena penulis ingin mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah menggunakan model pembelajaran generatif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Resarch).  Menurut Arikunto (2006:91) “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi didalam sebuah kelas”. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus secara berulang yaitu:
1.        Tahap Perencanaan (planning)
Rencana merupakan tahap awal yang harus dilakukan.
2.        Tahap Pelaksanaan/ Tindakan (action)
Tindakan merupakan penerapan dari rencana yang telah dibuat berupa penerapan suatu strategi pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan strategi yang sedang dilakukan.
3.        Tahap Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan untuk mangamati perubahan yang terjadi selama tindakan dilakukan.
4.        Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti melihat kembali prosedur pembelajaran yang telah diterapkan, refleksi ini berfungsi untuk menyempurnakan kegiatan pembelajaran pada proses berikutnya.


Gambar 3.1 Bagan Spiral Penelitian Tindakan Kelas
Sumber: Arikunto dkk (2010:16)



Berdasarkan petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika telah memperoleh skor  dan persentase klasikal tercapai bila dikelas tersebut terdapat siswa telah tuntas belajar. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan sains melalui penerapan model pembelajaran generatif, data yang diperoleh dari tes keterampilan proses sains siswa dianalisis dengan menggunakan statistic deskriptif yaitu:
Daya Serap (DS) =   X 100%
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan menggunakan persentase:
Skor Persentase (SP) =  x 100%
Kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut:
90%SP  100%     : Sangat baik
80% SP < 90%        : Baik
70%SP  < 80%       : Cukup
60%  SP < 70%        : Kurang
0%  SP < 60%          : Sangat Kurang 

Analisis respon siswa dilakukan dengan cara mempersentasikan jawaban dari siswa dengan analisis deskriptif  yaitu:
P =       X 100%                     (Sudjiono, 2004:43)

Keterangan :
P = angka persentase
f = frekuensi jawab siswa
N= jumlah siswa



IV.      Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.        Keterampilan Proses Sains Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan Keterampilan proses sains siswa. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:


Tabel 4.9 Persentase Hasil Tes Keterampilan Proses Sains Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No.
Siklus
Hasil Tes Keterampilan Proses Sains
Tuntas
Tidak tuntas
1
Siklus I
80%
20%
2
Siklus II
86,67 %
13,33 %



Berdasarkan tabel 4.9 di atas terlihat bahwa hasil tes keterampilan proses sains siswa terjadi peningkatan, pada siklus I persentase ketuntasan sebesar 80% dan yang tidak tuntas sebesar 20% sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan sebesar 86,67% dan yang tidak tuntas sebesar 13,33%. Peningkatan terjadi sebesar 6,673%, hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran generatif pada materi kalor berpengaruh baik terhadap pembelajaran.
2.        Aktivitas Guru dan Siswa
Menurut hasil pengamatan oleh dua orang guru pengamat (observator) saat proses pembelajaran berlangsung, aktivitas guru dan aktivitas siswa sudah terlihat baik. Secara ringkas hasil persentasenya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:


Tabel 4.10 Hasil Observasi Terhadap Guru Dan Siswa Siklus I Dan Siklus II

No.
Jenis aktivitas
Siklus I
Siklus II
1
Aktivitas guru
80,75%
89,72%
2
Aktivitas siswa
77,31%
87,96%



Berdasarkan tebel 4.10 terlihat bahwa aktivitas belajar mengajar antara guru dan siswa telah berlangsung dengan baik. Ini terlihat dari hasil observasi siklus pertama dan kedua mengalami peningkatan dari pihak guru pada siklus pertama persentase sebesar 80,75% pada siklus kedua naik menjadi 89,72%. Sedangkan dari pihak siswa pada siklus pertama 77,31% juga mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 87,96%.

3.        Respon Siswa
Analisis respon siswa terhadap model pembelajaran generatif dapat dilihat pada lampiran 28. Adapun hasil respon siswa secara jelas terlihat pada tabel 4.11 berikut:


Tabel 4.11 Analisis Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Generatif
No.
Respon Siswa
Persentase
Keterangan
1
Senang
94%
Sangat baik
3
Sesuai
80%
Baik
5
Setuju
87%
Baik
6
Ingin
93%
Sangat baik

Rata-rata
88,50%
Baik



Berdasarkan tabel 4.11 di atas persentase siswa yang menjawab senang 94% tergolong dalam kategori sangat baik. Kemudian yang menjawab sesuai sebesar 80% tergolong dalam kategori baik, yang menjawab setuju sebesar 87%% tergolong dalam ketegori baik dan yang menjawab ingin sebesar 93% tergolong dalam kategori sangat baik. Dari hasil analisis respon siswa maka diperoleh rata-rata dengan persentase 88,50% tergolong dalam kategori baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran generatif.

Pembahasan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian mulai dari pelaksanaan siklus I, hasil observasi dan hasil tes menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif dikelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor mendapat respon yang baik dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap kegiatan guru diperoleh persentase rata-rata 80,75% dan kegiatan siswa 89,72% selanjutnya hasil pelaksanaan tes akhir pada siklus I terlihat bahwa 12 siswa memperoleh nilai  65%, sehingga persentase yang diperoleh adalah 80%.
Hasil pelaksanaan siklus II yang meliputi hasil observasi, hasil tes serta angket respon siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran generatif dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat terhadap kegiatan belajar mengajar. Hasil observasi kegiatan guru diperoleh persentase 89,72% dan hasil observasi kegiatan siswa 87,96%. Dan ditinjau dari pelaksanaan tes akhir pada siklus II terlihat bahwa 13 siswa memperoleh nilai  65%, sehingga persentase yang diperoleh adalah 86,67%.
Hasil pembagian angket respon siswa menunjukkan bahwa siswa kelas X/3 SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor dengan menerapkan model pembelajaran generatif memudahkan siswa memahami materi tersebut. Model pembelajaran generatif dapat membuat siswa memperoleh ilmu pengetahuan dengan caranya sendiri.
Hal ini dapat diterima karena untuk menerangkan materi pelajaran fisika kepada siswa dapat lebih mudah dianalisa dengan melibatkan siswa secara langsung untuk berusaha mengatasi sebuah permasalahan yang dipaparkan, di mana siswa akan aktif menerima pelajaran karena tidak hanya harus mendengar saja apa yang dijelaskan oleh guru, tetapi mereka juga harus dapat berbuat sehingga mereka aktif dalam mengikuti materi pelajaran fisika yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran generatif adalah model pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa, sehingga bakat, kemampuan serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang. Karena dengan model pembelajaran ini siswa menggali pengetahuannya sendiri. Sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lama.
Dengan demikian pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan pada kelas X/3 SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor sudah berhasil dengan menggunakan model pembelajaran generatif.




V.         Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kegiatan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran generatif yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor dapat disimpulkan bahwa:
1.        Terjadinya peningkatan keterampilan proses sains siswa, hal ini terbukti dari hasil tes keterampilan proses sains siswa pada siklus pertama memperoleh persentase 80,00% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 86,67% dan tergolong dalam ketegori baik.
2.        Adanya peningkatan aktivitas guru dan siswa, hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase pada siklus I sebesar 80,75% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 89,72% dengan persentase rata-rata sebesar 85,24%. Sedangkan aktivitas siswa persentase yang diperoleh 77,31% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 87,96% dengan persentase rata-rata sebesar 82,64%.
3.        Penggunaan model pembelajaran generatif pada materi kalor ternyata mendapat respon positif dari siswa. Secara umum respon tergolong baik dengan persentase 88,50%.




Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1.        Diharapkan kepada guru supaya dalam mengajar menggunakan model pembelajaran generatif untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2.        Diharapkan kepada guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar memahami dan menguasai setiap materi dan model pembelajaran yang diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan praktek.  Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara
Baihaqi dan Afriadi. 2011. Pengembangan Model-Model  Pembelajaran IPA. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim-Kab. Bireuen.
Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Holil. 2008. Pembelajaran Generatif. Http://Anwarholil.Blogspot.Com : Internet . Di akses tanggal 3 juli 2011
Irawan, dkk. 2008.  Pelajaran IPA Fisika Bilingual. Bandung. Yrama widya
Nuh, Usep. 2010. Keterampilan Proses Sains. http://fisikasma-online.blogspot.com/. Internet. Diakses 27 Februari 2012.
Rahmat, M dan Dewi, Aflina Sari. 2007. Hasil Belajar Keterampilan Sosial Sains Fisika Melalui Model Pembelajaran Generatif Pada Siswa Kelas VIII B3 MTs DAR El Hikmah Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 1 (2), 25-30. ISSN 1978-502X.
Ramli, Kamrianti. 2011. Keterampilan Proses Sains. http://kamriantiramli.wordpress.com/ : Internet diakses 27 Februari 2012.
Sari, Betha Nurina. 2004.Sistem Pembelajaran KBK Terhadap Motivasi Belajar Para Peserta Didik Pada Bidang  Studi Fisika. Internet. http://www.scribd.com/doc/. Diakses 17 Januari 2012.
Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya. Prestasi Pustaka

Wahidin. 2008. Keterampilan Proses Dasar Pada Pembelajaran IPA. http://edukasi.kompasiana.com/. Internet. Diakses. 27 Februari 2012

Wena, made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Malang: Bumi Aksara
Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 1(2), 15-29. JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha.

No comments: