PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF
UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
SISWA KELAS X SMA I PEUSANGAN SELATAN
PADA KONSEP KALOR
Abstrak
Keberhasilan
pembelajaran fisika disekolah dapat diamati dari keterampilan proses sains
siswa disekolah. Kenyataan yang ada pada saat ini, secara kualitas kondisi
keterampilan proses sains SMA masih belum mencapai target yang diharapkan. Hal
ini disebabkan oleh siswa itu sendiri yang memang kemampuannya rendah ataupun
metode mengajar guru yang kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk untuk
mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas X SMA Negeri I
Peusangan Selatan melalui penerapan model
pembelajaran Generatif. Model pembelajaran Generatif adalah suatu model
pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara aktif pengetahuan baru dengan menggunakan pengetahuan yang
sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya. Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas dengan subjek penelitian siswa kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan
yang berjumlah 15 orang. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
RPP. LKS, tes, lembar observasi dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya
peningkatan keterampilan proses sains siswa, hal ini terbukti dari hasil tes
keterampilan proses sains siswa pada siklus pertama memperoleh persentase 80,00%
dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 86,67% dan tergolong dalam
ketegori baik. Serta adanya peningkatan kemampuan siswa dalam bekerjasama dan
diskusi kelompok saat proses pembelajaran. Aktivitas guru siklus I persentase
yang diperoleh 80,75% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 89,72%
dengan persentase rata-rata sebesar 85,24%. Sedangkan aktivitas siswa
persentase yang diperoleh 77,31% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua
menjadi 87,96% dengan persentase rata-rata sebesar 82,64%. Selain itu setelah
semua kegiatan pembelajaran dilakukan, penggunaan model pembelajaran generatif pada materi kalor ternyata mendapat
respon positif dari siswa. Secara umum respon tergolong baik dengan persentase 88,50%.
Kata
Kunci: Model pembelajaran generatif, Keterampilan
Proses Sains
I.
Pendahuluan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak hanya ditunjukkan oleh
kumpulan fakta saja, melainkan juga oleh timbulnya metode ilmuan. Perkembangan
kedua hal ini senantiasa bersama, satu dengan yang lain saling mempengaruhi.
IPA merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peran cukup besar dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu berbagai upaya
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan IPA, mulai dari Sekolah Dasar
sampai tingkat Perguruan Tinggi. Di tingkat Sekolah Menengah pembenahan untuk
memperbaiki mutu pendidikan (khususnya IPA) banyak dilakukan melalui pembenahan
kurikulum dan penyediaan alat-alat praktikum. Fisika merupakan salah satu
cabang IPA yang melandasi teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam.
Dalam setiap proses pembelajaran
diharapkan guru mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa, guru dapat
melakukannya dengan cara mempersiapkan diri semaksimal mungkin sebelum
mengajar, menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inofatif dalam setiap
proses pembelajaran, menyesuaikan antara model dengan materi yang akan
dipelajari dan menguasai materi yang akan diajarkan. Sehingga, diharapkan
nantinya siswa akan aktif dalam kegiatan belajarnya, berani bertanya,
bertanggung jawab akan tugasnya serta mampu untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang ada pada dirinya dan nantinya siswa akan
memberikan respon yang baik terhadap pelajaran khususnya fisika.
Hasil wawancara penulis dengan salah satu guru bidang studi fisika di SMA
Negeri I Peusangan Selatan ditemukan pembelajaran fisika masih diajarkan dengan
pendekatan konvensional dan metode ceramah. Pembelajaran masih berpusat pada
guru. Siswa terkesan hanya sebagai penonton saja. Guru belum mampu mengaktifkan
siswa dalam belajar, karena guru tidak mempunyai kemampuan dalam menerapkan
model-model pembelajaran yang bisa membuat suasana belajar yang berpusat pada
siswa. Selama ini siswa dalam belajar hanya memperhatikan guru saja dalam
penerapan pelajaran fisika pada konsep kalor. Siswa tidak mau berfikir, duduk
terpaku, menonton, melamun, kadang-kadang terlihat banyak siswa yang asyik saja
berbicara sesamanya.
Karena keadaan seperti ini membuat siswa tidak mampu memahami pelajaran
fisika, ini terlihat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
yang diberikan oleh guru baik soal latihan di kelas maupun soal PR yang harus
dikerjakan dirumah. Begitu juga pada setiap ujian, baik ujian harian, ujian
blok, bahkan ujian semester tidak bisa menyelesaikan soal-soal dengan baik.
Sehingga nilai yang diperoleh oleh siswa belum seperti yang diharapkan. Ini
terlihat nilainya banyak yang rendah pada setiap ujian. Bahkan ada juga siswa
yang nilai rapornya masih tertera nilai pelajaran fisika sangat rendah. Karena itulah
banyak siswa manganggap pelajaran fisika sangat sulit untuk dipelajari,
sehingga siswa tidak suka mempelajari fisika.
Untuk menanggulangi
permasalahan yang siswa hadapi tersebut menurut penulis dapat diterapkan suatu
model pembelajaran yang aktif dan kreatif salah satunya yaitu model pembelajaran generatif dimana model Pembelajaran generatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada
pengintegrasian secara aktif pengetahuan
baru dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa
sebelumnya. Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam
menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil
menjawab permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan
dalam memori jangka panjang.
Berdasarkan hal
tersebut maka dilakukan penelitian dengan 3
tujuan :
1.
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains
siswa kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor melalui
penerapan model pembelajaran generative.
2.
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa kelas X SMA
Negeri I Peusangan Selatan dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran generatif pada materi
kalor.
3.
Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran generatif di kelas X
SMA Negeri I Peusangan Selatan.
II.
Landasan
Teoritis
2.1.Pembelajaran
Generatif
Pembelajaran Generatif (PG)
merupakan terjemah dari Generatif
Learning (GL). Pembelajaran generatif
merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pengintegrasian secara
aktif pengetahuan baru dengan
menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki mahasiswa sebelumnya.
Pengetahuan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab
persoalan atau gejala yang terkait. Jika pengetahuan baru itu berhasil menjawab
permasalahan yang dihadapi, maka pengetahuan baru itu akan disimpan dalam
memori jangka panjang. Menurut Sutarman dan Swasono (dalam Wena 2008:177) Pembelajaran generatif (generatif learning model) pertama kali
diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove. Pembelajaran generatif terdiri atas
empat tahap, yaitu:
1.
Eksplorasi
2.
Pemfokusan
3.
Tantangan
4.
Penerapan
Tabel
2.1 Penerapan Model Pembelajaran Generatif di Kelas
No
|
Tahap Pembelajaran
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Pendahuluan
|
Memberikan
aktivitas melalui demonstrasi/ contoh-contoh yang dapat meransang siswa untuk
melakukan eksplorasi.
|
Mengeksplorasi
pengetahuan, idea atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman
sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran ditingkat kelas sebelumnya.
|
Mendorong
dan meransang siswa untuk mengemukakan
ide/ pendapat serta merumuskan hipotesis.
|
Mengutarakan
ide-ide dan merumuskan hipotesis.
|
||
Membimbing siswa
untuk mengklasifikasi pendapat.
|
Melakukan
klasifikasi pendapat/ ide-ide yang telah ada.
|
||
2.
|
Pemfokusan
|
Membimbing dan mengarahkan
siswa untuk menetapkan konteks permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang
kemudian dilakukan pengujian.
|
Menetapakan
konteks permasalahan, memahami, mencermati permasalahan sehingga siswa
menjadi familier terhadap bahan yang digunakan untuk mengeksplorasi konsep.
|
Membimbing siswa
melakukan proses sains, yaitu menguji (melalui percobaan) sesuatu.
|
Melakukan
pengujian, berfikir apa yang terjadi, menjawab pertanyaan berhubungan dengan
konsep.
Memutuskan dan menggambarkan apa yang ia
ketahui tentang kejadian.
Mengklarifikasi
ide ide kedalam konsep.
|
||
Menginterpretasi
respon siswa.
Menginterpretasi
dan menguraikan ide siswa.
|
Mempresentasikan
ide kedalam kelompok dan juga forum kelas melalui diskusi.
|
||
3.
|
Tantangan
|
Mengarahkan dan
memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar siswa.
Menjamin semua
ide siswa dipertimbangkan.
Membuka diskusi.
Mengusulkan
melakukan demonstrasi jika diperlukan.
|
Memberi
pertimbangan ide kepada (a) siswa yang lain (b) semua siswa dalam kelas.
|
Menunjukkan
bukti ide ilmuwan (scientist view)
|
Menguji
validitas ide/ pendapat dengan mencari bukti.
Membandingkan
ide ilmuan dengan ide kelas (class’s
view)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4.
|
Aplikasi
|
Membimbing siswa
merumuskan permasalahan yang sangat sederhana. Membawa siswa mengklarifikasi
ide baru.
Membimbing siswa
agar mampu menggambarkan secara verbal penyelesaian problem.
Ikut terlibat
dalam merangsang dan berkonstribusi kedalam diskusi untuk menyelesaikan
permasalahan.
|
Menyelesaikan
problem praktis dengan menggunakan konsep dalam situasi yang baru.
Menerapkan
konsep yang baru dipelajari dalam berbagai kontseks yang berbeda.
Mempresentasikan
penyelesaian masalah dihadapan teman.
Diskusi dan
debat tentang penyeeasian masalah, menkritisi dan menilai penyeleasian
masalah. Menarik kesimpulan akhir.
|
Sumber: Wena (2008:181)
2.2.Keterampilan Proses Sains
Depdinkas (dalam Dimyati dan Mujiono, 2009:139) menjelaskan bahwa
pendekatan keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai wawasan atau
anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik
yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada
dalam diri siswa. Jadi Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa
untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk
menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh
pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki (Dahar dalam
Nuh, 2010).
Penguasaan keterampilan proses dapat diukur dengan tes penampilan. Tes
penampilan (performance assesment)
dapat diobservasi, jawabannya dapat secara tertulis atau lisan. Dalam tes penampilan dapat diketahui keterampilan
dan cara berpikir responden atau siswa. Tes penampilan masih sangat jarang
dilakukan (Ramli, 2011). Menurut Nuh (dalam Ramli, 2011) hal-hal yang
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, diantaranya yaitu perbedaan
kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru
dalam mengajar.
Adapun mengenai KPS dan indikatornya menurut Indrawati (dalam Nuh, 2010)
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Keterampilan
Proses Sains dan Indikatornya
KPS
|
Indikator
|
1
|
2
|
Melakukan pengamatan
(observasi)
|
·
Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda
·
Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang
nyata pada objek atau peristiwa
|
1
|
2
|
·
Membaca alat ukur
·
Mencocokan gambar dengan uraian tulisan /
benda
|
|
Menafsirkan pengamatan
(interpretasi)
|
·
Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil
pengamatan
·
Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu
penjelasan yang logis
|
Mengelompokkan (klasifikasi)
|
·
Mencari
perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari
dasar penggolongan.
|
Meramalkan (prediksi)
|
·
Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang
belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/ pola yang sudah ada.
|
Berkomunikasi
|
·
Mengutarakan suatu gagasan
·
Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan
secara akurat suatu objek atau kejadian
·
Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam
bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.
|
Berhipotesis
|
·
Hipotesis merupakan dugaan sementara tentang
pengaruh variabel amnipulasi terhadp vriabel respon. Hipotesis menyatakan
penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui
eksperimen.
|
Merencanakan percobaan/
penyelidikan
|
·
Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel
atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel terikat
dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta
menentukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan
penelitian.
|
Menerapkan sub konsep/ prinsip
|
·
Menggunakan subkonsep yang telah dipelajari
dalam situasi baru, menggunakan subkonsep pada pengalaman baru untuk
menjalaskan apa yang sedang terjadi.
|
Sumber: Indrawati (dalam Nuh,
2010)
III. Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dan tanpa
menggunakan analisis statistik, karena penulis ingin mengetahui peningkatan
keterampilan proses sains siswa setelah menggunakan model pembelajaran generatif.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Resarch). Menurut Arikunto (2006:91) “Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi didalam sebuah kelas”. Penelitian tindakan kelas
terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus secara
berulang yaitu:
1.
Tahap Perencanaan (planning)
Rencana merupakan
tahap awal yang harus dilakukan.
2.
Tahap Pelaksanaan/ Tindakan (action)
Tindakan merupakan
penerapan dari rencana yang telah dibuat berupa penerapan suatu strategi
pembelajaran tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
strategi yang sedang dilakukan.
3.
Tahap Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan
untuk mangamati perubahan yang terjadi selama tindakan dilakukan.
4.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini
peneliti melihat kembali prosedur pembelajaran yang telah diterapkan, refleksi
ini berfungsi untuk menyempurnakan kegiatan pembelajaran pada proses
berikutnya.
Gambar 3.1 Bagan Spiral Penelitian Tindakan
Kelas
Sumber: Arikunto dkk (2010:16)
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar seorang siswa
dikatakan tuntas belajar jika telah memperoleh skor dan persentase klasikal tercapai bila dikelas
tersebut terdapat siswa telah tuntas belajar. Untuk mengetahui
peningkatan keterampilan sains melalui penerapan model pembelajaran generatif, data yang diperoleh dari tes
keterampilan proses sains siswa dianalisis dengan menggunakan statistic
deskriptif yaitu:
Daya Serap (DS) = X 100%
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan menggunakan
persentase:
Skor
Persentase (SP) = x 100%
Kriteria taraf
keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut:
90%SP 100% :
Sangat baik
80% SP < 90% :
Baik
70%SP < 80% :
Cukup
60% SP < 70% :
Kurang
0% SP < 60% :
Sangat Kurang
Analisis respon siswa dilakukan dengan
cara mempersentasikan jawaban dari siswa dengan analisis deskriptif yaitu:
P = X 100% (Sudjiono, 2004:43)
Keterangan
:
P = angka persentase
f = frekuensi jawab siswa
N= jumlah siswa
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.
Keterampilan
Proses Sains Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan model pembelajaran generatif
dapat meningkatkan Keterampilan proses sains siswa. Secara terperinci dapat
dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Persentase Hasil Tes Keterampilan
Proses Sains Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No.
|
Siklus
|
Hasil Tes Keterampilan Proses Sains
|
|
Tuntas
|
Tidak tuntas
|
||
1
|
Siklus I
|
80%
|
20%
|
2
|
Siklus II
|
86,67 %
|
13,33 %
|
Berdasarkan tabel 4.9 di atas terlihat bahwa hasil tes keterampilan
proses sains siswa terjadi peningkatan, pada siklus I persentase ketuntasan
sebesar 80% dan yang tidak tuntas sebesar 20% sedangkan pada siklus II
persentase ketuntasan sebesar 86,67% dan yang tidak tuntas sebesar 13,33%.
Peningkatan terjadi sebesar 6,673%, hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran generatif pada materi
kalor berpengaruh baik terhadap pembelajaran.
2.
Aktivitas Guru
dan Siswa
Menurut hasil pengamatan oleh dua orang guru pengamat (observator) saat
proses pembelajaran berlangsung, aktivitas guru dan aktivitas siswa sudah
terlihat baik. Secara ringkas hasil persentasenya dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.10 Hasil Observasi Terhadap Guru
Dan Siswa Siklus I Dan Siklus II
No.
|
Jenis aktivitas
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Aktivitas guru
|
80,75%
|
89,72%
|
2
|
Aktivitas siswa
|
77,31%
|
87,96%
|
Berdasarkan tebel 4.10 terlihat bahwa aktivitas belajar mengajar antara
guru dan siswa telah berlangsung dengan baik. Ini terlihat dari hasil observasi
siklus pertama dan kedua mengalami peningkatan dari pihak guru pada siklus
pertama persentase sebesar 80,75% pada siklus kedua naik menjadi 89,72%.
Sedangkan dari pihak siswa pada siklus pertama 77,31% juga mengalami
peningkatan pada siklus kedua menjadi 87,96%.
3.
Respon Siswa
Analisis respon siswa terhadap
model pembelajaran generatif dapat dilihat pada lampiran 28. Adapun hasil
respon siswa secara jelas terlihat pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Analisis Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Generatif
No.
|
Respon Siswa
|
Persentase
|
Keterangan
|
1
|
Senang
|
94%
|
Sangat baik
|
3
|
Sesuai
|
80%
|
Baik
|
5
|
Setuju
|
87%
|
Baik
|
6
|
Ingin
|
93%
|
Sangat baik
|
Rata-rata
|
88,50%
|
Baik
|
Berdasarkan tabel 4.11 di atas persentase siswa yang menjawab senang 94%
tergolong dalam kategori sangat baik. Kemudian yang menjawab sesuai sebesar 80%
tergolong dalam kategori baik, yang menjawab setuju sebesar 87%% tergolong
dalam ketegori baik dan yang menjawab ingin sebesar 93% tergolong dalam
kategori sangat baik. Dari hasil analisis respon siswa maka diperoleh rata-rata
dengan persentase 88,50% tergolong dalam kategori baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran generatif.
Pembahasan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian mulai dari pelaksanaan siklus I,
hasil observasi dan hasil tes menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran generatif dikelas
X SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor mendapat respon yang baik
dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap kegiatan guru
diperoleh persentase rata-rata 80,75% dan kegiatan siswa 89,72% selanjutnya
hasil pelaksanaan tes akhir pada siklus I terlihat bahwa 12 siswa memperoleh
nilai 65%, sehingga persentase yang diperoleh adalah
80%.
Hasil pelaksanaan siklus II yang meliputi hasil observasi, hasil
tes serta angket respon siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran generatif dapat
meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang pengamat
terhadap kegiatan belajar mengajar. Hasil observasi kegiatan guru diperoleh
persentase 89,72% dan hasil observasi kegiatan siswa 87,96%. Dan
ditinjau dari pelaksanaan tes akhir pada siklus II terlihat bahwa 13 siswa
memperoleh nilai 65%, sehingga persentase yang diperoleh adalah
86,67%.
Hasil pembagian angket respon siswa menunjukkan bahwa siswa
kelas X/3 SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor dengan menerapkan model pembelajaran generatif memudahkan
siswa memahami materi tersebut. Model
pembelajaran generatif dapat membuat siswa memperoleh ilmu pengetahuan
dengan caranya sendiri.
Hal ini dapat diterima karena untuk menerangkan materi pelajaran fisika
kepada siswa dapat lebih mudah dianalisa dengan melibatkan siswa secara
langsung untuk berusaha mengatasi sebuah permasalahan yang dipaparkan, di mana
siswa akan aktif menerima pelajaran karena tidak hanya harus mendengar saja apa
yang dijelaskan oleh guru, tetapi mereka juga harus dapat berbuat sehingga
mereka aktif dalam mengikuti materi pelajaran fisika yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran generatif adalah
model pembelajaran yang mampu menciptakan interaksi dan keaktifan siswa,
sehingga bakat, kemampuan serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang.
Karena dengan model pembelajaran ini siswa menggali pengetahuannya sendiri.
Sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lama.
Dengan demikian pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan pada
kelas X/3 SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor sudah berhasil
dengan menggunakan model pembelajaran
generatif.
V.
Kesimpulan
dan Saran
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kegiatan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran generatif yang
dilaksanakan di kelas X SMA Negeri I Peusangan Selatan pada materi kalor dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Terjadinya peningkatan keterampilan proses sains siswa,
hal ini terbukti dari hasil tes keterampilan proses sains siswa pada siklus
pertama memperoleh persentase 80,00% dan mengalami peningkatan pada siklus
kedua menjadi 86,67% dan tergolong dalam ketegori baik.
2.
Adanya peningkatan aktivitas guru dan siswa, hal ini
dapat dilihat dari perolehan persentase pada siklus I sebesar 80,75% dan
mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 89,72% dengan persentase
rata-rata sebesar 85,24%. Sedangkan aktivitas siswa persentase yang diperoleh
77,31% dan mengalami peningkatan pada siklus kedua menjadi 87,96% dengan
persentase rata-rata sebesar 82,64%.
3.
Penggunaan model
pembelajaran generatif pada materi kalor ternyata mendapat respon positif
dari siswa. Secara umum respon tergolong baik dengan persentase 88,50%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1.
Diharapkan kepada guru supaya dalam mengajar
menggunakan model pembelajaran generatif
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2.
Diharapkan kepada guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar agar memahami dan menguasai setiap materi dan model
pembelajaran yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto
dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Bumi Aksara
Baihaqi dan Afriadi. 2011. Pengembangan
Model-Model Pembelajaran IPA.
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim-Kab. Bireuen.
Dimyati
dan Mujiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Holil. 2008. Pembelajaran
Generatif. Http://Anwarholil.Blogspot.Com
: Internet . Di akses tanggal 3 juli 2011
Irawan,
dkk. 2008. Pelajaran IPA Fisika Bilingual. Bandung. Yrama widya
Nuh, Usep. 2010. Keterampilan
Proses Sains. http://fisikasma-online.blogspot.com/. Internet. Diakses 27
Februari 2012.
Rahmat,
M dan Dewi, Aflina Sari. 2007. Hasil
Belajar Keterampilan Sosial Sains Fisika Melalui Model Pembelajaran Generatif
Pada Siswa Kelas VIII B3 MTs DAR El Hikmah Pekanbaru. Jurnal
Geliga Sains 1 (2), 25-30. ISSN 1978-502X.
Ramli, Kamrianti. 2011. Keterampilan Proses Sains. http://kamriantiramli.wordpress.com/
: Internet diakses 27 Februari 2012.
Sari, Betha Nurina. 2004.Sistem
Pembelajaran KBK Terhadap Motivasi Belajar Para Peserta Didik Pada Bidang Studi Fisika. Internet. http://www.scribd.com/doc/. Diakses 17 Januari 2012.
Sudijono,
Anas. 2004. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya. Prestasi Pustaka
Wahidin. 2008. Keterampilan Proses Dasar Pada Pembelajaran IPA. http://edukasi.kompasiana.com/. Internet. Diakses. 27 Februari 2012
Wena,
made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Malang: Bumi Aksara
Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran
Formal Terhadap Penguasaan konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4
Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 1(2), 15-29. JPPP,
Lembaga Penelitian Undiksha.
No comments:
Post a Comment