Sunday, May 18, 2014

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PEUDADA PADA KONSEP KALOR



A.    Latar belakang Masalah
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana dan prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar-mengajar, yang akan menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain dengan perbaikan mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal dan meningkatkan motifasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Usaha meningkatkan kemampuan guru dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tidak sekedar mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti usaha menolong si pelajar agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat menerapkan konsep yang dipahami. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru akan terciptanya situasi kelas yang tidak aktif dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
Saat ini, dunia pendidikan telah mengalami peningkatan yang begitu pesat seiring dengan perkembangan zaman. Dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa, ada berbagai model atau metode pembelajaran yang dapat diterapkan. Oleh karena itu, dalam memilih model atau metode pembelajaran yang tepat harus memperhatikan  kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia serta kondisi guru itu sendiri. Selain penguasaan materi, seorang guru juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan serta menciptakan suasana kelas yang hangat dan nyaman. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together)
Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran juga dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim (1995:1) bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Dengan demikian pemanfaatan media dalam pembelajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien (Rusyan dan Daryani, 1993:3-4). Dalam hal ini, media pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar.
Pada proses pembelajaran, media pengajaran merupakan wadah dan penyalur pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru, kepada penerima pesan, dalam hal ini siswa. Dalam batasan yang lebih luas, Miarso (dalam Rahardjo, 1986:48) memberikan batasan media pengajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Pokok bahasan kalor merupakan salah satu pokok bahasan yang dipelajari siswa SMA kelas X pada semester genap. Pengertian Kalor menurut Nur Rokhim, dkk (2006 : 20), kalor adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melalui perbedaan suhu, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi kebenda bersuhu renda. Benda yang menerima kalor suhunya akan naik, sedangkan benda yang melepaskan kalor suhunya akan turun, karena kalor adalah bentuk energy, maka satuan SI untuk kalor sama seperti enegri yaitu Joule. Siswa akan sulit mengalami pokok bahasaan ini karena pada pokok bahasan ini banyak terdapat konsep-konsep mengenai penerapan kalor pada suatu benda. Dengan adanya pemanfaatan media belajar melalui model pembelajaran NHT (Number Head Together) siswa diharapkan mampu memahami dan mendeskripsikan konsep tersebut serta guru juga dituntut untuk dapat membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Media Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Peudada Pada Konsep Kalor”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah pemanfaatan media pembelajaran melalui model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa X SMA Negeri 1 Peudada pada konsep kalor ?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan  pemanfaatan media pembelajaran melalui model pembelajaran Number Head Together (NHT) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Peudada pada konsep kalor.

D.    Manfaat Penelitian
Proses dan hasil penelitian ini diharapakan memberi manfaat terutama :
a. Bagi guru        : Proses penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam pengembangan    suatu model pembelajaran, sedangkan hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan untuk mengadopsi model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing dalam pembelajaran fisika di sekolah.
b. Bagi siswa      :  Untuk meningkatkan hasil belajar siswa.                         
c. Bagi peneliti   : Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan atau pembanding bagi penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan.

E.     Anggapan Dasar dan Hipotesis
a.      Anggapan Dasar
Perumusan anggapan dasar dalam suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi arah dan titik pangkal bagi pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi anggapan dasar adalah:
1.      Konsep kalor terdapat dalam kurikulum kelas X SMA
2.      Pemanfaatan media pembelajaran melalui model pembelajaran Number Head Together (NHT) jarang digunakan pada SMA Negeri I Peudada
b.      Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah pemanfaatan media pembelajaran melalui model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA 1 Negeri Peudada pada konsep kalor.

F.     Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a.       Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Peudada
b.      Pokok bahasan yang dipilih adalah penggunaan kalor
c.       Pembelajaran yang dilaksanakan adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran melalui  model pembelajaran Number Head Together (NHT) dengan 3 kali pertemuan.
G.    Definisi Operasional
            Untuk memudahkan memahami makna dari kata-kata operasional yang akan dilakukan dalam penelitian ini, maka peneiti mencoba mendefinisikan beberapa bagian dari kata oprasional yang di pakai:
Media pembelajaran    : suatu alat yang berisi pesan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu segala sesuatu (alat) yang berisi pesan pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan pesan Kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa untuk aktif dalam belajar sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien menuju kepada tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Model pembelajaran    : Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di dalam kelas dalam menyajikan materi ajar.
NHT                            :  Merupakan suatu model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Prestasi belajar            :  Hasil belajar atau keberhasilan belajar yang diperoleh setelah        proses belajar mengajar.

H.      Landasan Teoritis
a.        Proses Belajar-Mengajar
Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri secara inddividu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang di atur oleh guru melalui proses belajar-mengajar.
Lingkungan belajar yang di atur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodelogi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa di kenal dengan komponen-komponen pengajaran. Tujuan pengajaran  adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki  para siswa setelah dia menempuh berbagai pengalaman belajar (pada akhir proses belajar-mengajar).
Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodelogi pengajaran adalah metode atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan siswa agar materi atau bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.

b.      Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi arti, baik itu berupa teks, dialog, maupun pengalaman. Bisa dikatakan juga sebagai proses menghubungkan pengalaman atau materi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Menurut Slameto (2003:2) menyatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hasil dan bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan tingkah laku. Menurut Hamalik (2004) yaitu :
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat.

Selain itu, Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). (Sadiman, 1996). Menurut Dick dan Reiser dalam Hasanah (2007) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran mereka membedakan hasil belajar atas empat macam, yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, dan sikap”.
Burton dalam Hamalik (2004) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:
1.      Proses belajar adalah mengalami, berbuat, mereaksi, melampaui.
2.      Proses itu berjalan melalui bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan murid.
3.      Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan tertentu.
4.      Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan peserta didik sendiri yang mendorong motivasi secara berkesinambungan.
5.      Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh keturunan dan lingkungan.
6.      Proses belajar dan hasil usaha belajar secara material dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan peserta didik.
7.      Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
8.      Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
9.      Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10.  Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.
11.  Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12.  Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.
13.  Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14.  Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
15.  Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda
16.  Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.

      Keefektifan perilaku belajar dipengaruhi oleh empat hal, yaitu :
1.      Adanya motivasi peserta didik menghendaki sesuatu
2.      Adanya perhatian dan tahu sasaran peserta didik harus memperhatikan sesuatu
3.      Adanya usaha peserta didik harus melakukan sesuatu
4.      Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu.

Tujuan pembelajaran adalah adanya perubahan prilaku siswa baik dari segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotor) siswa. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Hasil belajar siswa harus mencerminkan adanya peningkatan. Dari ketiga aspek tersebut meningkat dan belum optimal jika salah satu aspek kemampuan belum meningkat.
 
c.         Media Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa Latin “medium” yang berarti “perantara” atau “pengantar”. Lebih lanjut, media merupakan sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut (Rahardjo, 1986:47). Dalam kegiatan belajar-mengajar, sumber pesan adalah guru dan penerima pesan adalah murid. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim (1995:1) bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Dengan demikian penggunaan media dalam pengajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang efektif dan efisien (Rusyan dan Daryani, 1993:3-4). Dalam hal ini, media pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses belajar.
Pada proses pembelajaran, media pengajaran merupakan wadah dan penyalur pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru, kepada penerima pesan, dalam hal ini siswa. Dalam batasan yang lebih luas, Miarso (dalam Rahardjo, 1986:48) memberikan batasan media pengajaran sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Rahardjo (1986:51) lebih lanjut menyatakan bahwa media memiliki nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk:
a.    Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah.
b.    Membawa objek yang berbahaya dan sulit untuk dibawa ke dalam kelas, seperti binatang buas, bola bumi, dan sebagainya.
c.     Menampilkan objek yang terlalu besar, seperti candi borobudur.
d.   Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, seperti     micro-organisme.
e.    Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion.
f.     Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
g.    Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar.
h.    Membangkitkan motivasi belajar.
i.      Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
j.      Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
k.    Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan ruang.
                    i.     Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Sejalan dengan pendapat di atas, Ely (dalam Danim, 1994:13) menyebutkan manfaat media dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kecepatan belajar (rate of learning), membantu guru untuk menggunakan waktu belajar siswa secara baik, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi dan membuat aktivitas guru lebih terarah untuk meningkatkan semangat belajar
2.      Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan memperkecil atau mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku, memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut kemampuannya serta memungkinkan mereka belajar menurut cara yang dikehendakinya.
3.      Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan menyajikan/merencanakan program pengajaran yang logis dan sistematis, mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian, baik sebagai pelengkap maupun sebagai terapan.
4.      Pengajaran dapat dilakukan secara mantap karena meningkatnya kemampuan manusia untuk memanfaatkan media komunikasi, informasi dan data secara lebih konkrit dan rasional.
5.      Meningkatkan terwujudnya kedekatan belajar (immediacy learning) karena media pengajaran dapat menghilangkan atau mengurangi jurang pemisah antara kenyataan di luar kelas dan di dalam kelas serta memberikan pengetahuan langsung.
6.      Memberikan penyajian pendidikan lebih luas, terutama melalui media massa, dengan jalan memanfaatkan secara bersama dan lebih luas peristiwa-peristiwa langka dan menyajikan informasi yang tidak terlalu menekankan batas ruang dan waktu.
Dari uraian di atas, maka semakin jelas bahwa media pengajaran merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka menyukseskan program belajar siswa agar dapat tercapai perubahan tingkah laku yang diharapkan. Konsekuensinya, guru hendaknya memiliki peran yang tidak terbatas dalam menciptakan, menggunakan maupun mengembangkan media pengajaran.
Sekalipun efektivitas dan efisiensi media tidak dapat diragukan lagi dalam pengajaran di kelas, pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor aksesibilitas (accessibility) yang menyangkut apakah media tersebut dapat diakses atau diperoleh dengan mudah atau tidak. Hal ini penting mengingat sejumlah media tidak dapat diperoleh karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, di daerah terpencil, sejumlah media terkadang sulit didapat karena terbatasnya fasilitas transportasi yang tersedia di daerah tersebut, di samping persoalan lainnya, misalnya keamanan, perawatan, dan sebagainya. Sementara itu, dana bantuan dari pemerintah terkadang tidak mampu mengatasi itu semua.
Untuk mengatasi masalah ini, guru hendaknya benar-benar dapat mempertimbangkan kegunaan maupun aksesibilitas media tersebut. Jika suatu media tidak dapat diakses karena alasan tertentu, guru hendaknya mencari dan menemukan alternatif lainnya, misalnya dengan memproduksi sendiri suatu media menurut sarana yang dimilikinya. Hal semacam ini memang memungkinkan untuk dilakukan karena, menurut Rahardjo (1986:63), media dibedakan menjadi dua macam menurut criteria aksesibilitasnya, yaitu:
a.       Media yang dimanfaatkan (media by utilization), artinya media yang biasanya dibuat untuk kepentingan komersial yang terdapat di pasar bebas. Dalam hal ini, guru tinggal memilih dan memanfaatkannya, walaupun masih harus mengeluarkan sejumlah biaya.
b.      Media yang dirancang (media by design) yang harus dikembangkan sendiri. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mampu merancang dan mengembang sendiri media tersebut sesuai dengan sarana dan kelengkapan yang dimilikinya.
Hal terpenting yang harus dilakukan dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan guna menanamkan sikap inovatif pada guru dan lembaga pendidikan, sebagaimana dinyatakan Wijaya dkk (1991:1). Upaya ini tentu saja harus dilakukan secara terus menerus agar terjadi kesinambungan dalam inovasi dan pengembangan media. Motivasi dan jiwa inovatif guru hendaknya terpelihara, misalnya melalui pelatihan motivasi maupun pengembangan media pengajaran. Selain itu, dukungan lembaga secara kolektif, dalam hal ini kepala sekolah dan korps guru, diperlukan agar mampu menjadi penyemangat guru. Dukungan fasilitas dari pemerintah juga dapat membantu.

d.        Jenis-jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Ada berbagai cara untuk mengelompokkan media serta mengklasifikasikan karakteristik fisik, sifat, kompleksitas, maupun klasifikasi menurut kontrol para pemakai. Secara umum media terdiri dari tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bretz (1971) mengklasifikasikan media menjadi 3 macam yaitu:
1.        Media audio visual gerak memiliki kemampuan suara, gambar, garis, symbol, gerak seperti film suara, pita video, film pada televise, televise dan animasi.
2.        Media audio visual diam memiliki kemampuan suara, gambar, garis dan symbol seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.
3.        Media audio semi gerak memiliki kemampuan suara, garis, symbol, gerak, seperti rekaman tulisan jauh bersuara.
4.        Media visual gerak memiliki kemampuan gambar, garis, simbol, gerak seperti film bisu.
5.        Media visual diam, memiliki kemampuan gambar, garis, simbol, seperti foto, film rangkai, seri gambar.
6.        Media audio memiliki kemampuan suara seperti radio, telepon, pita audio
7.        Media cetak memiliki kemampuan simbol seperti buku, modul bahan ajar mandiri.
Selanjutnya Schramm (1977) menggolongkan media menurut ukuran audiens yang menggunakannya sebagaiberikut:
1)        Media untuk audiens besar: Televisi, Radio, Facsimile, Internet
2)        Media untuk audiens kecil: Film suara, Audiotape. Film bisu, Audiodisc. Videotape, Foto, Film strip suara, Poster, Slide. Papan tulis, Radio, Chart, Flip Chart, OHP/OHT S
3)        Media untuk individu: Media cetak, Telepon, CAI (Computer Assisteo Instruction)
Lebih lanjut Schramm juga mengelompokkan media dengan membedakan antara media rumit mahal (big media) dan media sederhana murah (little media) Yang termasuk kategori big media adalah komputer, film, slide, program video. Sedangkan yang termasuk kategori little media antara lain gambar, realia sederhana, sketsa.
Dari beberapa pendapat tentang pengelompokkan media, terlihat ada beragam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan disesuaikan dengan tujuan belajar, karakteristik materi pelajaran, karakteristik siswa dan situasi kondisi pembelajaran. Maka pengelompokkan media dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.        MediaVisual
Media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat. Sajian yang mengandung pesan yang penyampaiannya melalui indera penglihatan. Media Visual dapat dikelompokkan menjadi:
a.         Media visual yang materinya tidak diproyeksikan terdiri dari:
1)   Realia yaitu benda nyata atau mahluk hidup yang ada di lingkungan alam baik yang digunakan dalam keadaan hidup maupun yang sudah diawetkan dalam bentuk awetan basah atau kering dan digunakan sebagai bahan belajar, seperti tumbuhan, batuan, binatang, insektarium, dan sebagainya.
2)   Model yaitu benda dua atau tiga dimensi hasil karya manusia yang dibuat sedemikian rupa sehingga ciri-cirinya mirip obyek yang dijadikan model dan merupakan representasi dari benda sesungguhnya Contoh model adalah globe, maket rumah, buah-buahan dan sebagainya.
3)   Bahan Grafis yaitu bentuk penyampaian pesan berupa materi visual berupa gambar, sketsa, diagram, poster, kartun atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan.
a)   Gambar adalah materi grafis berupa garis, titik-titik dengan atau tanpa sapuan kontinue yang memproyeksikan benda yang dimediakan baik obyek riil maupun bentuk angan-angan sehingga menjadi konkret.
b)   Sketsa adalah hasil coretan berupa garis-garis panjang atau pendek sebagai ganti titik-titik atau sapuan. Pada sketsa materi visual yang ditonjolkan hanya yang esensial saja.
c)   Diagram adalah garis-garis yang menggambarkan konstruksi suatu sistem, hubungan antar komponen sistem dan secara tidak langsung menggambarkan kerja dari komponen-komponen tersebut
d)  Poster adalah media grafis yang merupakan perpaduan antara garis, titik-titik, sapuan, kata-kata dan warna yang dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian. Mengandung pesan singkat namun tepat sasaran.
e)   Kartun adalah materi grafis yang digambarkan tidak sepenuhnya mirip dengan obyek yang dimediakan. Pada umumnya dibuat untuk penyampaian pesan sosial dan politik.
f)    Display bahan pameran/display yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu
4)   Foto merupakan duplikat yang dipelajari berupa gambaran pada sajian dalam bentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Meliputi foto tunggal dan foto berurutan.
b.             Media visual yang materinya diproyeksikan terdidari:
1)   Over Head Projector (OHP): alat untuk memproyeksikan gambar atau tulisan pada transparansi film
2)   Slide projector: alat untuk memproyeksikan gambar atau tulisan yang telah direkam dalam film positif
3)   Opaque Proyektor (OP) : alat ini memproyeksikan materi visual yang tergambar atau tertulis pada lembar yang tidak transparan seperti yang berasal dari buku, majalah, koran, atau media cetak lainnya secara langsung. Dapat pula memproyeksikan benda berdimensi tiga kecil walaupun hasilnya relatif dua dimensi.
Kelebihan Media visual:
a.    murah harganya
b.    mudah didapat
c.    mudah digunakan
d.   dapat memperjelas suatu masalah
e.    lebih realistis
f.     dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan pengamatan
Kekurangan Media Visual:
a.    semata-mata hanya medium visual
b.    ukuran gambar seringkali kurang tepat
c.    memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya
 
2.        Media Audio
Media Audio merupakan sajian pesan yang penyampaiannya melalui indera pendengaran. Berbagai cara untuk merekam dan menyampaikan suara untuk tujuan pembelajaran (media dengar) Kelebihan Media Audio:
a.    Fleksibel
b.    Relatif murah
c.    Ringkas
d.   Mudah dibawa (portable)
Kekurangan Media Audio:
a.    Memerlukan peralatan khusus
b.    Memerlukan kemampuan khusus untuk pemanfaatannya
3.        Media Video
Format media yang memanfaatkan tabung katoda/LCD untuk menayangkan pesan dalam bentuk animasi dan film.
Kelebihan Media Video:
a.    Memanipulasi waktu dan ruang
b.    Menampilkan objek yang terlalu kecil, besar, dan berbahaya
c.    Cocok untuk mempelajari keterampilan motorik
d.   Menyajikan gambar dengan lambat
Kekurangan Media Video:
Memerlukan peralatan dan kemampuan khusus untuk memanfaatkannya
4.        Media Audio Visual
Format gabungan antara media audio dan media visual. Dibuat untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada kedua media tersebut. Sehingga pada satu media sudah mencakup unsur gambar dan unsur suara, sekaligus dapat dilihat dan didengar. Belajar konsep akan lebih mudah diterima dan dipahami apabila didahului oleh penyajian gambar baru penyajian verbal atau cetak. Media audio visual ini dibedakan menjadi 2 karakteristik yaitu media audio visual diam (slow scan TV, TV diam, Film rangkai bersuara, film bingkai bersuara), dan media audio visual gerak (film bersuara, pita video, film TV, video tapes).
5.        Media Berbasis Komputer
Media yang dioperasikan melalui komputer, yang biasa dikenal sebagai perangkat lunak (software)
Kelebihan Media Berbasis Komputer
a.       Memungkinkan terjadinya interaksi mahasiswa dan materi pelajaran
b.      Proses belajar secara individual sesuai kemampuan mahasiswa
c.       Menampilkan unsur audiovisual
d.      Langsung memberikan umpan balik
e.       Menciptakan proses belajar yang berkesinambungan
Kekurangan Media Berbasis Komputer
a.    Peralatan untuk memanfaatkannya masih mahal
b.    Perlu keterampilan khusus untuk mengoperasikannya
6.        Multi Media Berbasis Komputer
Media yang mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti: teks, gambar, grafis, dan suara yang dioperasikan dengan komputer
Bentuk: Hypermedia, Video interaktif, CD-Rom, Digital video interactive, Virtual reality
7.        Multi Media Kit
Paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media digunakan untuk menjelaskan materi tertentu, yang biasanya dilengkapi dengan buku panduan

e.         Kegunaan dan Prosedur Media Pembelajaran
1.        Kegunaan media adalah:
a.       memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
b.      mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera
c.       menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar
d.      memungkinkan anak belajar secara mandiri sesuai bakat dan kemampuan belajarnya masing-masing (visual, auditif dan kinestetik)
e.       memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
2.        Kemampuan media dalam kegiatan pembelajaran adalah:
a. dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa
b. dapat memperbesar obyek yang terlalu kecil atau terlalu halus
c. dapat menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari siswa.
d. dapat menyajikan peristiwa yang kompleks, berlangsung dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana.
e. dapat menampung sejumlah besar siswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama
f.       dapat menyajikan benda atau peristiwa berbahaya dan beresiko tinggi kehadapan siswa.
g. dapat meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa,
h.   dapat meningkatkan sistematika pembelajaran.
3.        Yang dipertimbangan dalam pemilihan media adalah:
a.         Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b.         Kesesuaian media dengan materi pelajaran
c.         Kesesuaian media dengan metode pembelajaran
d.         Tersedianya sarana dan prasarana
e.         Karakteristik siswa.
f.          Biaya murah baik dalam pembelian dan  pemeliharaa
4.        Prosedur penggunaan media pembelajaran adalah:
a.         Tahap persiapan
b.         Tahap pelaksanaan
c.         Tahap tindak lanjut

f.         Model Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang di pandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan dan juga kesulitan belajar peserta didik. Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja; (5) suatu deskripsi dari suatu system yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.
Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model mengajar menurut Joyce dan Weil (2000:13) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer. Sebab model-model ini menyediakan alat-alat belajar yang diperlukan bagi para siswa. Hakekat mengajar (teaching) menurut Joyce dan Weil adalah membantu para siswa memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan belajar bagaimana cara belajar.

1.      Model Pembelajaran NHT Serta Langkah-langkahnya 
Salah satu dari tipe pembelajaran kooperatif yaitu adalah Number Head Together (NHT). Tipe ini merupakan salah satu dari banyak tipe atau variasi pembelajaran kooperatif. Karena NHT hanya salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif, maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Ini berarti dalam NHT ada saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Pelibatan siswa secara kolaborarif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama ini memungkinkan NHT dapat meningkatkan hasil belajar fisika khususnya dalam pemecahan masalah fisika.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman yang bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3.  Pengembangan keterampilan social yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a)    Pembentukan kelompok;
b)   Diskusi masalah;
c)    Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

2.        Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran NHT
a.    Keunggulan
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
a.       Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b.      Memperbaiki kehadiran
c.       Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d.      Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e.       Konflik antara pribadi berkurang
f.       Pemahaman yang lebih mendalam
g.      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h.      Hasil belajar lebih tinggi
b.   Kelemahan
Adapun kelemahan yang dimiliki oleh model pembelajaran ini yaitu:
a.    Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b.    Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

I.         Metodelogi Penelitian
a.      Metode Penelitian
            Berdasarkan dari rumusan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen).  Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok  subjek. Pertama-tama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya.
Menurut Suryabrata (2006:117), rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
            Pre test                              Treatment                                Post test
T1
X
T2
Dimana:
T1           : Pengukuran awal
T2           : Pengukuran akhir
X         : Perlakuan
Gambar : pretest dan post test

b.      Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dilakukan penelitian ini yaitu di SMA Negeri 1 Peudada dan pelaksanaannya pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

c.       Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Peudada yang terdiri dari 1 kelas berjumlah 40 siswa. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 yang berjumlah 40 siswa yang dipilih secara random.

d.      Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu pretes dan post tes.

e.       Metode Pengolahan Data
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka metode pengolahan data yang digunakan rumus sebagai mana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto (1997:218) sebagai berikut :
Dimana :
Md       = Mean (post tes - pretes)
∑xd2     = Jumlah kuadrat deviasi
N         = Subjek pada sampel

No comments: