A.
Latar
belakang Masalah
Keberhasilan program pendidikan
melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga
kependidikan, biaya, sarana dan prasarana serta faktor lingkungan. Apabila
faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses
belajar-mengajar, yang akan menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal
yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain dengan perbaikan
mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian
kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan yang baik
akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran diupayakan
agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal dan meningkatkan motifasi,
tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru sebagai
pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber
daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Usaha meningkatkan kemampuan
guru dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tidak sekedar
mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti
usaha menolong si pelajar agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat
menerapkan konsep yang dipahami. Seringnya rasa malu
siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru akan terciptanya
situasi kelas yang tidak aktif dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar
siswa. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan
mengadakan komunikasi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya.
Saat ini, dunia pendidikan
telah mengalami peningkatan yang begitu pesat seiring dengan perkembangan
zaman. Dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar siswa, ada berbagai model
atau metode pembelajaran yang dapat diterapkan. Oleh karena itu, dalam memilih
model atau metode pembelajaran yang tepat harus memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas dan media yang tersedia serta kondisi guru itu sendiri. Selain
penguasaan materi, seorang guru juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam
menyampaikan materi yang akan diajarkan serta menciptakan suasana kelas yang
hangat dan nyaman. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT
(Number Head Together)
Selain itu, pemanfaatan media pembelajaran juga dapat
membantu pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim (1995:1) bahwa
hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu
atau media dalam proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal
peningkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas
diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Dengan demikian pemanfaatan media dalam pembelajaran di
kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat
dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai
kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa
akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana menciptakan
situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada
diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar dan cara belajar yang
efektif dan efisien (Rusyan dan Daryani, 1993:3-4). Dalam hal ini, media pengajaran
merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam membantu terjadinya proses
belajar.
Pada proses pembelajaran, media pengajaran merupakan wadah
dan penyalur pesan dari sumber pesan, dalam hal ini guru, kepada penerima
pesan, dalam hal ini siswa. Dalam batasan yang lebih luas, Miarso (dalam
Rahardjo, 1986:48) memberikan batasan media pengajaran sebagai segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Pokok bahasan kalor merupakan salah satu pokok bahasan yang
dipelajari siswa SMA kelas X pada semester genap. Pengertian Kalor menurut Nur Rokhim, dkk (2006 :
20), kalor adalah suatu bentuk energi yang dipindahkan melalui perbedaan suhu,
kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi kebenda bersuhu renda. Benda yang
menerima kalor suhunya akan naik, sedangkan benda yang melepaskan kalor suhunya
akan turun, karena kalor adalah bentuk energy, maka satuan SI untuk kalor sama
seperti enegri yaitu Joule. Siswa akan sulit mengalami pokok bahasaan ini
karena pada pokok bahasan ini banyak terdapat konsep-konsep mengenai penerapan
kalor pada suatu benda. Dengan adanya pemanfaatan media belajar melalui model
pembelajaran NHT (Number Head Together) siswa diharapkan mampu memahami dan
mendeskripsikan konsep tersebut serta guru juga dituntut untuk dapat membimbing
dan mengarahkan siswa dalam proses belajar.
Berdasarkan latar belakang diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Media Pembelajaran Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head
Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Peudada Pada Konsep Kalor”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu apakah pemanfaatan media pembelajaran melalui model pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa X SMA Negeri 1 Peudada pada konsep kalor ?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dengan pemanfaatan media pembelajaran
melalui model pembelajaran Number Head
Together (NHT) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Peudada pada konsep
kalor.
D.
Manfaat
Penelitian
Proses dan hasil
penelitian ini diharapakan memberi manfaat terutama :
a. Bagi guru : Proses penelitian ini dapat menjadi
rujukan dalam pengembangan suatu model
pembelajaran, sedangkan hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
memutuskan untuk mengadopsi model pembelajaran problem posing tipe pre solution
posing dalam pembelajaran fisika di sekolah.
b.
Bagi siswa : Untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi peneliti : Proses dan hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan kajian, rujukan atau pembanding bagi penelitian yang sedang
atau yang akan dilakukan.
E.
Anggapan
Dasar dan Hipotesis
a.
Anggapan
Dasar
Perumusan anggapan dasar dalam suatu penelitian yang dimaksudkan untuk
memberi arah dan titik pangkal bagi pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi
anggapan dasar adalah:
1. Konsep
kalor terdapat dalam kurikulum kelas X SMA
2. Pemanfaatan
media pembelajaran melalui model pembelajaran Number
Head Together (NHT) jarang digunakan pada SMA Negeri I Peudada
b.
Hipotesis
Adapun
hipotesis dari penelitian ini adalah pemanfaatan media pembelajaran
melalui model pembelajaran Number Head
Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA 1
Negeri Peudada pada konsep kalor.
F.
Batasan
Masalah
Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Subjek
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Peudada
b. Pokok
bahasan yang dipilih adalah penggunaan kalor
c. Pembelajaran
yang dilaksanakan adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran melalui model pembelajaran
Number Head Together (NHT)
dengan 3 kali pertemuan.
G.
Definisi
Operasional
Untuk
memudahkan memahami makna dari kata-kata operasional yang akan dilakukan dalam
penelitian ini, maka peneiti mencoba mendefinisikan beberapa bagian dari kata
oprasional yang di pakai:
Media pembelajaran : suatu alat yang berisi pesan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu segala sesuatu (alat)
yang berisi pesan pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan
pesan Kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa untuk aktif dalam belajar sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan lebih efektif dan efisien menuju kepada tercapainya kompetensi yang
diharapkan.
Model pembelajaran : Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru di dalam kelas dalam menyajikan materi
ajar.
NHT : Merupakan suatu model pembelajaran dimana
setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa.
Prestasi belajar :
Hasil belajar atau keberhasilan belajar yang diperoleh
setelah proses belajar mengajar.
H. Landasan Teoritis
a.
Proses
Belajar-Mengajar
Proses
belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan
kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya
mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik
intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri secara inddividu dan
makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan
belajar yang di atur oleh guru melalui proses belajar-mengajar.
Lingkungan
belajar yang di atur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran,
metodelogi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa di
kenal dengan komponen-komponen pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan
dimiliki para siswa setelah dia menempuh
berbagai pengalaman belajar (pada akhir proses belajar-mengajar).
Bahan
pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep,
prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan
dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Metodelogi pengajaran adalah
metode atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksinya dengan
siswa agar materi atau bahan pengajaran sampai kepada siswa, sehingga siswa
menguasai tujuan pengajaran.
b.
Pengertian
Belajar dan Hasil Belajar
Menurut kaum konstruktivis, belajar
merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksi arti, baik itu berupa teks,
dialog, maupun pengalaman. Bisa dikatakan juga sebagai proses menghubungkan
pengalaman atau materi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki
seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Menurut Slameto (2003:2)
menyatakan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hasil dan
bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan tingkah laku. Menurut Hamalik
(2004) yaitu :
Bukti bahwa seseorang telah belajar
ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku
memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur
rohaniah sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam
rohaniahnya tidak bisa kita lihat.
Selain itu, Belajar adalah suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa
seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang
bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang
menyangkut nilai dan sikap (afektif). (Sadiman, 1996). Menurut Dick dan Reiser
dalam Hasanah (2007) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran mereka membedakan hasil
belajar atas empat macam, yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual,
keterampilan motorik, dan sikap”.
Burton dalam Hamalik (2004)
mengemukakan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:
1. Proses belajar adalah mengalami,
berbuat, mereaksi, melampaui.
2. Proses itu berjalan melalui
bermacam-macam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan
murid.
3. Pengalaman belajar secara maksimum
bermakna bagi kehidupan tertentu.
4. Pengalaman belajar bersumber dari
kebutuhan dan tujuan peserta didik sendiri yang mendorong motivasi secara
berkesinambungan.
5. Proses belajar dan hasil belajar
disyarati oleh keturunan dan lingkungan.
6. Proses belajar dan hasil usaha
belajar secara material dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di
kalangan peserta didik.
7. Proses belajar berlangsung secara
efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan
disesuaikan dengan kematangan murid.
8. Proses belajar yang terbaik apabila
murid mengetahui status dan kemajuan.
9. Proses belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara
fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah.
11. Proses belajar berlangsung secara
efektif dibawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan
paksaan.
12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas
dan keterampilan.
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh
murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna
baginya.
14. Hasil-hasil belajar dilengkapi
dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan
dengan pertimbangan yang baik.
15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun
dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda
16. Hasil-hasil belajar yang telah
dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable), jadi tidak
sederhana dan statis.
Keefektifan
perilaku belajar dipengaruhi oleh empat hal, yaitu :
1. Adanya motivasi peserta didik
menghendaki sesuatu
2. Adanya perhatian dan tahu sasaran
peserta didik harus memperhatikan sesuatu
3. Adanya usaha peserta didik harus
melakukan sesuatu
4. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil
(reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu.
Tujuan pembelajaran adalah adanya
perubahan prilaku siswa baik dari segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif),
maupun keterampilan (psikomotor) siswa. Kemampuan kognitif adalah kemampuan
berfikir, kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Kemampuan afektif adalah kemampuan
yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau
penolakan terhadap suatu objek. Kemampuan psikomotor adalah kemampuan melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan dengan
gerak fisik. Hasil belajar siswa harus mencerminkan adanya peningkatan. Dari
ketiga aspek tersebut meningkat dan belum optimal jika salah satu aspek
kemampuan belum meningkat.
c.
Media
Pembelajaran
Kata “media” berasal dari bahasa
Latin “medium” yang berarti “perantara” atau “pengantar”. Lebih lanjut, media
merupakan sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan
oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut (Rahardjo,
1986:47). Dalam kegiatan belajar-mengajar, sumber pesan adalah guru dan
penerima pesan adalah murid. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu
pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim (1995:1) bahwa hasil
penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau
media dalam proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan
prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan dalam kelas diduga
merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa.
Dengan demikian penggunaan media
dalam pengajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat
diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa
tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di
masa sekarang dan masa akan datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah
bagaimana menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses
pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar
dan cara belajar yang efektif dan efisien (Rusyan dan Daryani, 1993:3-4). Dalam
hal ini, media pengajaran merupakan salah satu pendukung yang efektif dalam
membantu terjadinya proses belajar.
Pada proses pembelajaran, media
pengajaran merupakan wadah dan penyalur pesan dari sumber pesan, dalam hal ini
guru, kepada penerima pesan, dalam hal ini siswa. Dalam batasan yang lebih
luas, Miarso (dalam Rahardjo, 1986:48) memberikan batasan media pengajaran
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada
diri siswa.
Rahardjo (1986:51) lebih lanjut
menyatakan bahwa media memiliki nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk:
a.
Membuat
konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk menjelaskan sistem
peredaran darah.
b.
Membawa
objek yang berbahaya dan sulit untuk dibawa ke dalam kelas, seperti binatang
buas, bola bumi, dan sebagainya.
c.
Menampilkan objek yang terlalu
besar, seperti candi borobudur.
d.
Menampilkan
objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, seperti micro-organisme.
e.
Mengamati
gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion.
f.
Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan
lingkungannya.
g.
Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar.
h.
Membangkitkan
motivasi belajar.
i.
Memberi
kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar.
j.
Menyajikan
informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.
k.
Menyajikan
pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan
ruang.
i. Mengontrol arah maupun kecepatan
belajar siswa.
Sejalan
dengan pendapat di atas, Ely (dalam Danim, 1994:13) menyebutkan manfaat media
dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan
kecepatan belajar (rate of learning), membantu guru untuk menggunakan
waktu belajar siswa secara baik, mengurangi beban guru dalam menyajikan
informasi dan membuat aktivitas guru lebih terarah untuk meningkatkan semangat
belajar
2.
Memberi
kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan memperkecil
atau mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku, memberi kesempatan luas
kepada anak untuk berkembang menurut kemampuannya serta memungkinkan mereka
belajar menurut cara yang dikehendakinya.
3.
Memberi
dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan menyajikan/merencanakan program
pengajaran yang logis dan sistematis, mengembangkan kegiatan pengajaran melalui
penelitian, baik sebagai pelengkap maupun sebagai terapan.
4.
Pengajaran
dapat dilakukan secara mantap karena meningkatnya kemampuan manusia untuk
memanfaatkan media komunikasi, informasi dan data secara lebih konkrit dan
rasional.
5.
Meningkatkan
terwujudnya kedekatan belajar (immediacy learning) karena media
pengajaran dapat menghilangkan atau mengurangi jurang pemisah antara kenyataan
di luar kelas dan di dalam kelas serta memberikan pengetahuan langsung.
6.
Memberikan
penyajian pendidikan lebih luas, terutama melalui media massa, dengan jalan
memanfaatkan secara bersama dan lebih luas peristiwa-peristiwa langka dan
menyajikan informasi yang tidak terlalu menekankan batas ruang dan waktu.
Dari uraian di atas, maka semakin
jelas bahwa media pengajaran merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan
dalam rangka menyukseskan program belajar siswa agar dapat tercapai perubahan
tingkah laku yang diharapkan. Konsekuensinya, guru hendaknya memiliki peran
yang tidak terbatas dalam menciptakan, menggunakan maupun mengembangkan media
pengajaran.
Sekalipun efektivitas dan
efisiensi media tidak dapat diragukan lagi dalam pengajaran di kelas,
pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah faktor aksesibilitas (accessibility)
yang menyangkut apakah media tersebut dapat diakses atau diperoleh dengan mudah
atau tidak. Hal ini penting mengingat sejumlah media tidak dapat diperoleh
karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, di daerah terpencil,
sejumlah media terkadang sulit didapat karena terbatasnya fasilitas
transportasi yang tersedia di daerah tersebut, di samping persoalan lainnya,
misalnya keamanan, perawatan, dan sebagainya. Sementara itu, dana bantuan dari
pemerintah terkadang tidak mampu mengatasi itu semua.
Untuk mengatasi masalah ini, guru
hendaknya benar-benar dapat mempertimbangkan kegunaan maupun aksesibilitas
media tersebut. Jika suatu media tidak dapat diakses karena alasan tertentu,
guru hendaknya mencari dan menemukan alternatif lainnya, misalnya dengan
memproduksi sendiri suatu media menurut sarana yang dimilikinya. Hal semacam
ini memang memungkinkan untuk dilakukan karena, menurut Rahardjo (1986:63),
media dibedakan menjadi dua macam menurut criteria aksesibilitasnya, yaitu:
a.
Media
yang dimanfaatkan (media by utilization), artinya media yang biasanya
dibuat untuk kepentingan komersial yang terdapat di pasar bebas. Dalam hal ini,
guru tinggal memilih dan memanfaatkannya, walaupun masih harus mengeluarkan
sejumlah biaya.
b.
Media
yang dirancang (media by design) yang harus dikembangkan sendiri. Dalam
hal ini, guru dituntut untuk mampu merancang dan mengembang sendiri media
tersebut sesuai dengan sarana dan kelengkapan yang dimilikinya.
Hal terpenting yang harus
dilakukan dalam inovasi dan pengembangan media pengajaran adalah bagaimana
upaya yang harus dilakukan guna menanamkan sikap inovatif pada guru dan lembaga
pendidikan, sebagaimana dinyatakan Wijaya dkk (1991:1). Upaya ini tentu saja
harus dilakukan secara terus menerus agar terjadi kesinambungan dalam inovasi
dan pengembangan media. Motivasi dan jiwa inovatif guru hendaknya terpelihara,
misalnya melalui pelatihan motivasi maupun pengembangan media pengajaran.
Selain itu, dukungan lembaga secara kolektif, dalam hal ini kepala sekolah dan
korps guru, diperlukan agar mampu menjadi penyemangat guru. Dukungan fasilitas
dari pemerintah juga dapat membantu.
d.
Jenis-jenis dan Karakteristik
Media Pembelajaran
Ada
berbagai cara untuk mengelompokkan media serta mengklasifikasikan karakteristik
fisik, sifat, kompleksitas, maupun klasifikasi menurut kontrol para pemakai.
Secara umum media terdiri dari tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak.
Bretz (1971) mengklasifikasikan media menjadi 3 macam yaitu:
1.
Media audio visual gerak memiliki
kemampuan suara, gambar, garis, symbol, gerak seperti film suara, pita video,
film pada televise, televise dan animasi.
2.
Media audio visual diam memiliki kemampuan suara,
gambar, garis dan symbol seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound
slide.
3.
Media audio semi gerak memiliki kemampuan suara,
garis, symbol, gerak, seperti rekaman tulisan jauh bersuara.
4.
Media visual gerak memiliki kemampuan gambar, garis,
simbol, gerak seperti film bisu.
5.
Media visual diam, memiliki kemampuan gambar, garis,
simbol, seperti foto, film rangkai, seri gambar.
6.
Media audio memiliki kemampuan suara seperti radio,
telepon, pita audio
7.
Media cetak memiliki kemampuan simbol seperti buku,
modul bahan ajar mandiri.
Selanjutnya
Schramm (1977) menggolongkan media menurut ukuran audiens yang menggunakannya
sebagaiberikut:
1)
Media untuk audiens besar: Televisi, Radio,
Facsimile, Internet
2)
Media untuk audiens kecil: Film suara, Audiotape.
Film bisu, Audiodisc. Videotape, Foto, Film strip suara, Poster, Slide. Papan
tulis, Radio, Chart, Flip Chart, OHP/OHT S
3)
Media untuk individu: Media
cetak, Telepon, CAI (Computer Assisteo Instruction)
Lebih
lanjut Schramm juga mengelompokkan media dengan membedakan antara media rumit
mahal (big media) dan media sederhana murah (little media) Yang termasuk
kategori big media adalah komputer, film, slide, program video. Sedangkan yang
termasuk kategori little media antara lain gambar, realia sederhana, sketsa.
Dari
beberapa pendapat tentang pengelompokkan media, terlihat ada beragam media yang
dapat digunakan dalam pembelajaran dan disesuaikan dengan tujuan belajar,
karakteristik materi pelajaran, karakteristik siswa dan situasi kondisi
pembelajaran. Maka pengelompokkan media dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
MediaVisual
Media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat. Sajian yang mengandung pesan yang penyampaiannya melalui indera penglihatan. Media Visual dapat dikelompokkan menjadi:
Media visual merupakan media yang hanya dapat dilihat. Sajian yang mengandung pesan yang penyampaiannya melalui indera penglihatan. Media Visual dapat dikelompokkan menjadi:
a.
Media visual yang materinya tidak
diproyeksikan terdiri dari:
1)
Realia yaitu benda nyata atau mahluk hidup yang ada
di lingkungan alam baik yang digunakan dalam keadaan hidup maupun yang sudah
diawetkan dalam bentuk awetan basah atau kering dan digunakan sebagai bahan
belajar, seperti tumbuhan, batuan, binatang, insektarium, dan sebagainya.
2)
Model yaitu benda dua atau tiga
dimensi hasil karya manusia yang dibuat sedemikian rupa sehingga ciri-cirinya
mirip obyek yang dijadikan model dan merupakan representasi dari benda
sesungguhnya Contoh model adalah globe, maket rumah, buah-buahan dan
sebagainya.
3)
Bahan Grafis yaitu bentuk
penyampaian pesan berupa materi visual berupa gambar, sketsa, diagram, poster,
kartun atau visual yang penampilannya tidak diproyeksikan.
a)
Gambar adalah materi grafis berupa garis,
titik-titik dengan atau tanpa sapuan kontinue yang memproyeksikan benda yang
dimediakan baik obyek riil maupun bentuk angan-angan sehingga menjadi konkret.
b)
Sketsa adalah hasil coretan berupa garis-garis
panjang atau pendek sebagai ganti titik-titik atau sapuan. Pada sketsa materi
visual yang ditonjolkan hanya yang esensial saja.
c)
Diagram adalah garis-garis yang menggambarkan
konstruksi suatu sistem, hubungan antar komponen sistem dan secara tidak
langsung menggambarkan kerja dari komponen-komponen tersebut
d) Poster
adalah media grafis yang merupakan perpaduan antara garis, titik-titik, sapuan,
kata-kata dan warna yang dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian.
Mengandung pesan singkat namun tepat sasaran.
e)
Kartun adalah materi grafis yang digambarkan tidak
sepenuhnya mirip dengan obyek yang dimediakan. Pada umumnya dibuat untuk
penyampaian pesan sosial dan politik.
f)
Display bahan pameran/display
yang penggunaannya dipasang di tempat tertentu
4)
Foto merupakan duplikat yang
dipelajari berupa gambaran pada sajian dalam bentuk dua dimensi atau tiga
dimensi. Meliputi foto tunggal dan foto berurutan.
b.
Media visual yang materinya
diproyeksikan terdidari:
1)
Over Head Projector (OHP): alat untuk memproyeksikan
gambar atau tulisan pada transparansi film
2)
Slide projector: alat untuk memproyeksikan gambar
atau tulisan yang telah direkam dalam film positif
3)
Opaque Proyektor (OP) : alat ini
memproyeksikan materi visual yang tergambar atau tertulis pada lembar yang
tidak transparan seperti yang berasal dari buku, majalah, koran, atau media
cetak lainnya secara langsung. Dapat pula memproyeksikan benda berdimensi tiga
kecil walaupun hasilnya relatif dua dimensi.
Kelebihan
Media visual:
a.
murah harganya
b.
mudah didapat
c.
mudah digunakan
d.
dapat memperjelas suatu masalah
e.
lebih realistis
f.
dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
pengamatan
Kekurangan
Media Visual:
a.
semata-mata hanya medium visual
b.
ukuran gambar seringkali kurang tepat
c.
memerlukan ketersediaan sumber
dan keterampilan dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya
2.
Media Audio
Media Audio
merupakan sajian pesan yang penyampaiannya melalui indera pendengaran. Berbagai
cara untuk merekam dan menyampaikan suara untuk tujuan pembelajaran (media
dengar) Kelebihan Media Audio:
a.
Fleksibel
b.
Relatif murah
c.
Ringkas
d.
Mudah dibawa (portable)
Kekurangan
Media Audio:
a.
Memerlukan peralatan khusus
b.
Memerlukan kemampuan khusus untuk pemanfaatannya
3.
Media Video
Format
media yang memanfaatkan tabung katoda/LCD untuk menayangkan pesan dalam bentuk
animasi dan film.
Kelebihan
Media Video:
a.
Memanipulasi waktu dan ruang
b.
Menampilkan objek yang terlalu kecil, besar, dan
berbahaya
c.
Cocok untuk mempelajari keterampilan motorik
d.
Menyajikan gambar dengan lambat
Kekurangan
Media Video:
Memerlukan
peralatan dan kemampuan khusus untuk memanfaatkannya
4.
Media Audio Visual
Format
gabungan antara media audio dan media visual. Dibuat untuk menutupi
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada kedua media tersebut. Sehingga pada satu
media sudah mencakup unsur gambar dan unsur suara, sekaligus dapat dilihat dan
didengar. Belajar konsep akan lebih mudah diterima dan dipahami apabila
didahului oleh penyajian gambar baru penyajian verbal atau cetak. Media audio
visual ini dibedakan menjadi 2 karakteristik yaitu media audio visual diam
(slow scan TV, TV diam, Film rangkai bersuara, film bingkai bersuara), dan
media audio visual gerak (film bersuara, pita video, film TV, video tapes).
5.
Media Berbasis Komputer
Media yang
dioperasikan melalui komputer, yang biasa dikenal sebagai perangkat lunak
(software)
Kelebihan
Media Berbasis Komputer
a.
Memungkinkan terjadinya interaksi mahasiswa dan
materi pelajaran
b.
Proses belajar secara individual sesuai kemampuan
mahasiswa
c.
Menampilkan unsur audiovisual
d.
Langsung memberikan umpan balik
e.
Menciptakan proses belajar yang berkesinambungan
Kekurangan
Media Berbasis Komputer
a.
Peralatan untuk memanfaatkannya masih mahal
b.
Perlu keterampilan khusus untuk mengoperasikannya
6.
Multi Media Berbasis Komputer
Media yang
mengintegrasikan berbagai bentuk materi seperti: teks, gambar, grafis, dan
suara yang dioperasikan dengan komputer
Bentuk: Hypermedia, Video interaktif, CD-Rom, Digital video interactive, Virtual reality
Bentuk: Hypermedia, Video interaktif, CD-Rom, Digital video interactive, Virtual reality
7.
Multi Media Kit
Paket bahan
ajar yang terdiri dari beberapa jenis media digunakan untuk menjelaskan materi
tertentu, yang biasanya dilengkapi dengan buku panduan
e.
Kegunaan dan Prosedur Media
Pembelajaran
1.
Kegunaan media adalah:
a.
memperjelas pesan agar tidak
terlalu verbalistis
b.
mengatasi keterbatasan ruang, waktu,
tenaga dan daya indera
c.
menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara siswa dengan sumber belajar
d.
memungkinkan anak belajar secara
mandiri sesuai bakat dan kemampuan belajarnya masing-masing (visual, auditif
dan kinestetik)
e.
memberikan rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
2.
Kemampuan media dalam kegiatan
pembelajaran adalah:
a. dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa
b. dapat memperbesar obyek yang terlalu kecil atau terlalu halus
c. dapat menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari siswa.
d. dapat menyajikan peristiwa yang kompleks, berlangsung dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana.
e. dapat menampung sejumlah besar siswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama
a. dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa
b. dapat memperbesar obyek yang terlalu kecil atau terlalu halus
c. dapat menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh dari siswa.
d. dapat menyajikan peristiwa yang kompleks, berlangsung dengan sangat cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematik dan sederhana.
e. dapat menampung sejumlah besar siswa untuk mempelajari materi pelajaran dalam waktu yang sama
f.
dapat menyajikan benda atau
peristiwa berbahaya dan beresiko tinggi kehadapan siswa.
g. dapat
meningkatkan daya tarik pelajaran dan perhatian siswa,
h. dapat meningkatkan sistematika pembelajaran.
h. dapat meningkatkan sistematika pembelajaran.
3.
Yang dipertimbangan dalam
pemilihan media adalah:
a.
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b.
Kesesuaian media dengan materi pelajaran
c.
Kesesuaian media dengan metode pembelajaran
d.
Tersedianya sarana dan prasarana
e.
Karakteristik siswa.
f.
Biaya murah baik dalam pembelian
dan pemeliharaa
4.
Prosedur penggunaan media pembelajaran
adalah:
a.
Tahap persiapan
b.
Tahap pelaksanaan
c.
Tahap tindak lanjut
f.
Model
Pembelajaran
Untuk mengatasi berbagai
problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model
mengajar yang di pandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas
mengajar dan dan juga kesulitan belajar peserta didik. Model diartikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi
atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang
tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data,
dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu
obyek atau peristiwa; (4) suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem
kerja; (5) suatu deskripsi dari suatu system yang mungkin atau imajiner; dan
(6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat
bentuk aslinya.
Model dirancang untuk mewakili
realitas yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari
dunia yang sebenarnya. Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar
dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
Model mengajar menurut Joyce dan
Weil (2000:13) adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran
dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja,
program multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer. Sebab
model-model ini menyediakan alat-alat belajar yang diperlukan bagi para siswa.
Hakekat mengajar (teaching) menurut Joyce dan Weil adalah membantu para siswa memperoleh
informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan
dirinya, dan belajar bagaimana cara belajar.
1.
Model
Pembelajaran NHT Serta Langkah-langkahnya
Salah satu dari tipe pembelajaran
kooperatif yaitu adalah Number Head Together (NHT). Tipe ini merupakan salah
satu dari banyak tipe atau variasi pembelajaran kooperatif. Karena NHT hanya
salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatif, maka semua prinsip dasar
pembelajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Ini berarti dalam NHT ada saling
ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab perseorangan, serta ada
komunikasi antar anggota kelompok. Pelibatan siswa secara kolaborarif dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama ini memungkinkan NHT dapat meningkatkan
hasil belajar fisika khususnya dalam pemecahan masalah fisika.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
juga merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para
siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar
akademik stuktural yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya
keragaman yang bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social yang bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan
yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat
orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a)
Pembentukan
kelompok;
b)
Diskusi
masalah;
c)
Tukar
jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian
dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam
tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario
Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam
pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang
siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok
yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari
latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain
itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai
dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku
panduan
Dalam
pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh
guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam
kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang
bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam
tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
2.
Keunggulan dan Kelemahan Model
Pembelajaran NHT
a.
Keunggulan
Ada beberapa manfaat pada model
pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
a.
Rasa
harga diri menjadi lebih tinggi
b.
Memperbaiki
kehadiran
c.
Penerimaan
terhadap individu menjadi lebih besar
d.
Perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil
e.
Konflik
antara pribadi berkurang
f.
Pemahaman
yang lebih mendalam
g.
Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h.
Hasil
belajar lebih tinggi
b.
Kelemahan
Adapun kelemahan yang dimiliki
oleh model pembelajaran ini yaitu:
a.
Kemungkinan nomor yang
dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b.
Tidak semua anggota kelompok dipanggil
oleh guru
I.
Metodelogi
Penelitian
a.
Metode
Penelitian
Berdasarkan dari
rumusan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka jenis penelitian ini
tergolong dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Dalam rancangan ini digunakan satu
kelompok subjek. Pertama-tama dilakukan
pengukuran, lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, kemudian
dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya.
Menurut
Suryabrata (2006:117), rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pre test Treatment Post test
T1
|
X
|
T2
|
Dimana:
T1 : Pengukuran awal
T2 : Pengukuran akhir
X : Perlakuan
Gambar
: pretest dan post test
b.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
dilakukan penelitian ini yaitu di SMA Negeri 1 Peudada dan pelaksanaannya pada
semester genap tahun ajaran 2011/2012.
c.
Populasi
dan Sampel Penelitian
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Peudada yang
terdiri dari 1 kelas berjumlah 40 siswa. Sedangkan sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X2 yang berjumlah 40 siswa yang dipilih secara
random.
d.
Instrumen
Pengumpulan Data
Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu pretes dan
post tes.
e.
Metode
Pengolahan Data
Berdasarkan
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka metode pengolahan data yang
digunakan rumus sebagai mana dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto (1997:218)
sebagai berikut :
Dimana
:
Md = Mean (post tes - pretes)
∑xd2
= Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
No comments:
Post a Comment