MODEL-MODEL INTI
PENDAHULUAN
Struktur atom ditemukan oleh Rutherford, ahli fisika
inggris,pada tahun 1911. Tetapi struktur atom Rutherfrod (struktur atom menurut
pengamatan rutherfrod) kurang jelas. MenurutRutherfrod atom terdiri dari inti
yang dikelilingi planet. Tapi Rutherfrod tidak dapat menjelaskan berapa jauh
jarak elektron dari inti. Bohr memperbaiki model atom Rutherfod.
Dalam membahas sifat-sifat nukleus terdapat tiga model inti
yang dianggap sebagai dasar dalam membahas sifat-sifat nukleus tersebut. Model-model
inti tersebut antara lain :
1. Model tetes cairan,
2. Model kulit inti,
3. Model kolektif inti.
Ketiga
model inti tersebut akan diuraikan dalam
modul ini.
MATERI / ISI
1.
Model Tetes Cairan
Gambar 1 stuktur model tetesan
cairan
Model tetes cairan dikembangkan oleh Niels Bohr, Wheeler,
dan Frenkel. Model ini memperlakukan inti sebagai suatu massa homogen dan
setiap nukleon berinteraksi secara kuat dengan tetangga terdekatnya
(Bunbun Bunjali, 2002). Nukleon-nukleon penyusun nucleus saling tarik-menarik
sehingga jarak antar nucleon menjadi sangat rapat. Gaya interaksi adalah
gaya jarak pendek yang bersifat jenuh dan tidak tergantung pada muatan
dan spin nukleon, sehingga energi interaksi antarnukleon merupakan fungsi
kontinu dari massa inti ( nomor massa A). Nukleon-nukleon yang ada di permukaan
nukleus mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat kearah dalam nucleus cenderung
menjadi bulat seperti setetes cairan. (Retug, 2005)
C. V. Wieszacker pada tahun 1935 mendapati bahwa sifat-sifat inti
berhubungan dengan ukuran, masa dan energi ikat. Hal ini mirip dengan yang
dijumpai pada tetes cairan. Kerapatan cairan adalah konstan, ukurannya
sebanding dengan jumlah partikel atau molekul di dalam cairan, dan penguapannya
(energi ikatnya) berbanding lurus dengan massa atau jumlah partikel yang
membentuk tetesan.
Gambar 2 model tetesan cairan
Model ini disebut model tetes cairan karena adanya sejumlah
kesamaan kelakuan antara inti dan tetesan suatu cairan. Kesamaan kelakuan
tersebut adalah:
1) Baik tetes cairan maupun inti,
keduanya bersifat homogen dan tidak dapat dimamfatkan. Tetes cairan tersusun
oleh sejumlah atom atau molekul , sedangkan inti tersusun atas nukleon .
Implikasi dari hal ini adalah volume inti sebanding dengan massa A. Maka
jari-jari inti R = r0 A , dengan r0 suatu tetapan
dengan orde 1,2 – 1,5 F.
2) Kemiripan inti dengan tetesan
larutan ideal ditunjukkan dengan anggapan bahwa gaya interaksi antarnukleon
adalah sama, tidak memperhatikan muatan maupun spin nukleon, yakni f n-n
f n-p f p-p
3) Analog dengan suatu tetes cairan,
inti atom akan menunjukkan adanya gaya tegangan permukaan, gaya yang sebanding
dengan luas permukaan inti, sehingga terdapat gaya sebanding dengan A .
4) Gambaran umum untuk tetes cairan,
yaitu dapat terjadi penggabungan tetesan kecil menjadi tetesan yang lebih besar
atau sebaliknya, pemecahan tetesan besar menjadi tetesan yang lebih kecil.
5) Jika tetes cairan atau inti
ditembaki dengan partikel berenergi tinggi, partikel penembak ditangkap
dan terbentuk suatu inti gabungan (inti majemuk). Proses termalisasi
energi ini dalam inti gabunga dapat berlangsung dalam waktu 10 – 10
detik, berantung pada kecepatan partikel penembak.
6) Pelepasan kelebihan energi
(dieksitasi) pada tetesan atau inti majemuk dapat dilakukan melalui proses
berikut :
Pada
Tetesan
|
Pada
Inti Majemuk
|
· Pendinginan
dengan melepaskan panas
· Penguapan
sejumlah partikel
· Pemecahan
tetesan menjadi dua tetesan yang lebih kecil
|
·
Pendinginan dengan memancarkan radiasi
·
Pemancaran satu atau lebih partikel
·
Pembelahan inti menjadi dua inti yang lebih kecil
|
Nukleon-nukleon yang berbeda jenis setelah membentuk
nukleus menjadi satu-kesatuan, dan tidak lagi sebagai nukleon yang
berdiri-sendiri. Bila nukleus menerima suatu aksi dari luar maka seluruh
nukleon penyusun nukleus memberikan aksi secara bersama-sama.
Dalam keadaan tereksitasi sifat dari nukleus menjadi tidak
stabil. Untuk mencapai kestabilan kembali nukleus akan melakukan reaksi nuklir.
Hasil dari reaksi nuklir dapat berwujud energi panas, radiasi partikel dan
gelombang elektromagnet. Terpancarnya partikel-partikel dari nukleon
dapat dianalogkan dengan teruapkannya melekul-molekul air dari tetes cairan.
Model tetes cairan juga mampu menjelaskan mekanismelogis
dari reaksi inti berenergi rendah, menjelaskan gejala pembelahan dan
penggabungan inti. Selain itu, model tetes cairan memberikan dasar perhitungan
energi pengikat inti dan massa atom secara inti empirik yang dikemukakan
Weizsacker yang dapat diaplikasikan dalam menghitung tetapan jari-jari nuklir
dan memperkirakan nuklida stabil pada deret isobarik peluruhan.
Model tetes cairan menuntun kita pada formula massa semi
empirik (ketergantungan massa nukleus pada A dan Z
Konstanta diperoleh secara
eksperimen
Konstanta b5 ditentukan dengan skema
berikut
Rata-rata energi ikat per nukleon
dapat dihitung sebagai berikut.
Kerapatan
setetes cairan tidak bergantung pada ukurannya. Dengan begitu, jika tetes itu
menyerupai bola, maka radiusnya sebanding dengan akar 3 jumlah molekulnya.
Hal serupa ditemui pada inti, bahwa radius inti (inti
dianggap menyerupai bola) sebanding dengan A^1/3, sehingga kerapatannya tidak
bergantung pada ukuranya.Energi ikat tiap molekul sama, sehingga energi yang
diperlukan untuk memisahkan semua molekul cairan itu sebanding dengan jumlah
molekulnya. Pada inti diketahui hal serupa, bahwa energi ikat rata-rata per
nukleon (fraksi ikat) konstan, yang berarti, energi yang diperlukan untuk
memisahkan semua nukleon sebanding dengan jumlah nukleon.
Gambar
3 grafik model tetesan air
Pada energi ikat tetes cairan tersebut di atas, dikenakan
koreksi efek permukaan, dikarenakan molekul cairan di permukaan kurang terikat
dibanding molekul di dalam tetes cairan. Untuk energi ikat inti berlaku juga
koreksi efek permukaan serupa.
2.
Model Kulit Inti
Model kulit diangkat berdasarkan pada
suatu kenyataan bahwa nuklida yang memiliki jumlah proton atau
netron sesuai dengan bilangan-bilangan bulat tertentu memiliki stabilitas yang
tinggi, ia sukar mengalami reaksi nuklir. Bilangan bulat yang dimaksud adalah
2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126.
Contoh nuklida yang yang memiliki
nukleus stabil yang mengandung sejumlah proton dan netron yang masing-masing
sesuai dengan bilangan tersebut adalah 8O16 dan 16S32.
Contoh nuklida dengan nukleus yang stabil yang mengandung jumlah proton dan
netronnya merupakan bilangan ganjil adalah nuklida dari 6C13
dan 8O17. Contoh nuklida dengan dengan nukleus stabil
yang jumlah protonnya merupakan bilangan ganjil dan netronnya merupakan
bilangan genap adalah nuklida 15P31 dan 9F19.
Bila beberapa nuklida dengan nukleus yang memiliki jumlah proton dan netronnya
merupakan bilangan genap, yang bila disusun secara berurutan dari kecil
ke yang besar hasilnya mirip dengan jumlah maksimum elektron yang dapat
mengorbit di orbital elektron utama terluar sesuai dengan konfigurasi elektron
dalam uklida-nuklida yang stabil , yang jika dituliskan secara berurutan
hasilnya yaitu 2, 8 ,18, 32, 50, 72. Bilangan-bilangan ini sering disebut
dengan bilangan ajaib. Oleh karena telah diketahui bahwa elektron-elektron
dalam mengorbit nukleus sesuai dengan tingkatan energi masing-masing ,
maka susunan nukleon –nukleon dalam nukleon mirip dengan susunan
elektron pada orbital nuklida.
Nukleon-nukleon pembentuk nukleus
bergerak mengorbit pusat nukleus pada orbitalnya masing-masing sesuai dengan
tingkat energinya. Energi yang dimiliki oleh nukleon yang ada
dipermukaan nukleus lebih besar dibandingkan dengan yang ada di pusat nukleus.
Untuk mempertahankan posisinya nukleon yang ada di permukaan
nukleus harus mengeluarkan energinya yang cukup besar. Bila ketersediaan
energinya kurang maka nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus
akan mudah meninggalkan posisinya. Bila hal ini terjadi maka susunan
nukleon dalam nukleus akan berubah, artinya menjadi reaksi nuklir.
3.
Model Kolektif Inti
Model kolektif nukleus merupakan hasil
penggabungan antara model tetes cairan dan model kulit nukleus. Dalam
model kolektif nukleus susunan nukleon-nukleon penyusun nukleus
berlapis-lapis, akan tetapi bila nukleus menerima tambahan energi
dari luar maka energi itu akan didistribusikan merata ke seluruh nukleon
penyusun nukleus tersebut. Bila dampak dari penyerapan energi itu menyebabkan
nukleus dari nuklida memberikan reaksi maka reaksi itu merupakan akumulasi dari
reaksi yang diberikan oleh semua nukleon penyusun nukleusnya. (Retug, 2005)
PENUTUP
1) Kesimpulan
C. V. Wieszacker pada tahun 1935 mendapati bahwa
sifat-sifat inti berhubungan dengan ukuran, masa dan energi ikat. Hal ini mirip
dengan yang dijumpai pada tetes cairan. Kerapatan cairan adalah konstan,
ukurannya sebanding dengan jumlah partikel atau molekul di dalam cairan, dan
penguapannya (energi ikatnya) berbanding lurus dengan massa atau jumlah
partikel yang membentuk tetesan.
Model kulit
diangkat berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa nuklida yang
memiliki jumlah proton atau netron sesuai dengan bilangan-bilangan bulat
tertentu memiliki stabilitas yang tinggi, ia sukar mengalami reaksi nuklir.
Bilangan bulat yang dimaksud adalah 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126.
2) Pertanyaan
1. Seperti kita ketahui model tetes
cairan mempunyai sejumlah kesamaan kelakuan antara inti dan tetesan suatu
cairan yang sudah disebutkan dalam modul ini, yang menjadi pertanyaan saya.
Adakah perbedaan kelakuan antara inti dan tetesan suatu cairan dan tolong
sebutkan…?
2. Coba jelaskan bagaimana gejala pembelahan dan penggabungan inti dalam
model tetes cairan…?
3. Hitunglah
energy ikat per nucleon untuk …?
4. Nukleon-nukleon pembentuk nukleus bergerak mengorbit
pusat nukleus pada orbitalnya masing-masing sesuai dengan tingkat energinya. Yang menjadi pertanyaannya adalah
sebutkan energy atau tingkat energy apa sajakah itu…?
No comments:
Post a Comment